Begining

1.2K 52 2
                                    

Ku buka pintu UKS dan segera keluar. Tak lupa ku kunci pintunya dari luar. Ku simpan kuncinya di saku celanaku. Aku tak ingin ada orang yang melihat mayat siswa itu. Aku akan membuangnya nanti malam setelah sekolah ini sepi.

'Bukkk' aku menabrak seseorang.

"Maaf maaf" ucapku sembari mengambil buku-bukunya yang jatuh berserakan di lantai.

"Tidak apa-apa" jawabnya.

"Ini bukunya" ku serahkan buku-bukunya yang kini sudah tersusun rapi kembali.

"Justin, kau kenapa? Bibirmu berdarah" ada kekhawatiran yang tersirat di wajah cantiknya. Mungkinkah dia mengkhawatirkanku?

"T-tadi aku terbentur tembok. Aku tak melihat jalan. Tau-tau ada tembok di depanku" dustaku.

"Haha lucu sekali" ia tertawa kecil sembari melap bibirku dengan tisu yang dibawanya.

"Terima kasih, Lesley"

"Ya sama-sama"

"Setelah ini kau ada pelajaran apa?" tanyaku.

"Sejarah"

"Wow.. Kita satu kelas lagi. Setelah ini aku juga ada pelajaran sejarah"

"Benarkah?"

"Ya. Ayo shawty" ku gandeng tangannya.

"Siapa itu shawty?" ia menahanku dan menatapku tajam.

"Haha.. Shawty itu ya kau"

"Aku Lesley bukan shawty. Seenaknya saja kau mengganti namaku menjadi shawty" ia sedikit jengkel.

"Hehe. Sudahlah. Nanti kita terlambat ke kelas sejarah"

***

Pelajaran hari ini telah usai. Hujan belum juga reda. Aku berjalan menuju tempat parkir bersama Lesley.

"Lesley" panggil seseorang.

Kami menoleh. Seorang lelaki tampan berjalan ke arah kami. Ia menatapku dengan tatapan tidak suka.

"Ayo kita pulang Lesley" ia menarik Lesley dengan paksa.

"Umm.. Aku pulang dulu ya Jus. Sampai jumpa besok" Lesley tersenyum. Aku tak tahu mengapa setiap kali melihatnya tersenyum, aku merasa ada getaran aneh yang menjalar di dadaku.

"Ya. Hati-hati" ku lambaikan tanganku.

Ada perasaan yang aneh ketika melihat ia berjalan dengan lelaki lain. Perasaan apa lagi ini?

"Hei Canadian Boy" seseorang menepuk pundakku. "Dari mana saja kau? Meninggalkanku di kantin begitu saja"

"Maaf Dude. Tadi tiba-tiba saja aku ingin ke toilet" dustaku.

"Gara-gara kau aku jadi tidak konsentrasi mengikuti pelajaran kalkulus tadi. Aku kira kau kenapa-napa"

"Maaf. Lagi pula siapa suruh kau mengkhawatirkanku? Haha"

"Iya sih. Kau mau pulang?"

"Ya. Mau ikut? Hujan-hujan begini mana ada taxi"

"Kau benar. Ayo"

***

Malam ini semua berjalan sesuai rencana. Hujan lebat yang tak berhenti-berhenti membuat orang malas keluar dan jalanan sepi. Ku buang mayat siswa tadi di jurang. Aku tahu di sana banyak binatang buas. Tubuhnya pasti akan habis dimakan binatang buas.

***

Ku raih ranselku dan bergegas menuruni tangga. Di dapur, Bibi Caroline sedang memanggang roti untuk sarapan.

SHADOWTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang