Kuhempaskan tubuhku ke ranjang dan memejamkan mata. Syukurlah hari ini semua berjalan dengan lancar.
'Aroma apa ini? Sedap sekali?' batinku.
Aku turun dari ranjang dan mencari sumber aroma sedap ini. Ternyata aroma ini berasal dari makanan yang dibuat oleh Bibi Caroline.
"Makanan apa ini bi?" tanyaku.
Bibi Caroline terkejut mendapatiku yang tiba-tiba sudah berada di sampingnya.
"I-Ini maple dog" jawabnya.
"Bolehkah aku mencobanya?"
"T-tentu"
Ia menyerahkan maple dog itu dan segera pergi.
Aku ragu untuk memakan makanan ini. Sejak kapan aku suka makanan manusia?
Pasti rasanya menjijikan. Tapi bukankah aku juga setengah manusia? Mungkin aku bisa memakan maple dog ini. Sudah berabad-abad aku tidak pernah memakan makanan manusia lagi. Aku sampai lupa bagaimana enaknya makanan manusia itu.
Ku gigit maple dog itu. Ku kunyah perlahan dan menikmati rasanya.
"Mmm.. Ini tidak terlalu buruk"
Mungkin karena aku setengah manusia jadi aku masih bisa memakan makanan manusia.
Ku habiskan tiga maple dog dan menyisakannya satu di piring.
"Bi" panggilku pada Bibi Caroline yang sedang duduk di halaman belakang.
Ia menoleh dan seperti biasa aku bisa melihat ketakutan di wajahnya. Ku hampiri dia dan duduk di sampingnya.
"Ini terbuat dari apa bi?" tanyaku seraya menyodorkan piring tadi.
Ia tampak kaget melihat maple dog di piring ini tinggal satu buah.
"Kau yang memakannya?" tanyanya.
"Tentu. Siapa lagi?"
Bibi Caroline memasang wajah tak percaya. Ku ambil maple dog itu dan ku makan lagi. Ia kaget melihatnya. Mungkin ia sedang berpikir 'Bagaimana bisa seorang vampire makan maple dog? Seharusnya ia memakan dog nya saja' Haha aku hampir tertawa memikirkannya.
"Ini sungguh enak bi. Ini terbuat dari apa?" tanyaku sambil asyik mengunyah.
"Ini sosis lapis tepung maizena dengan celupan sirup maple"
"Ooh. Bisakah bibi memasakanku makanan enak lagi? Aku lapar"
"Tentu"
Ia beranjak pergi ke dapur dengan wajah bingung. Mungkin ia sedang berpikir 'Justin itu manusia. Bukan vampire. Lucu sekali mengapa aku selalu ketakutan jika bertemu dengannya?'
***
Aku tak tahu mengapa tubuhku sangat lemas. Padahal tadi pagi aku sudah sarapan. Sudah dua minggu aku tak pernah berburu. Aku selalu makan makanan yang dibuat Bibi Caroline.
"Kau kenapa Just? Sakit?" tanya Yair saat kami makan di kantin.
"Tidak. Mungkin aku hanya kelelahan setelah olahraga tadi"
"Kau memakai kontak lens?"
"Tidak"
"Tapi warna matamu hitam, biasanya cokelat"
"Lihat! Warna matamu semakin hitam" seru Yair.
Ya Tuhan, apa yang sedang terjadi dengan diriku?
"Aku harus pergi, Yair"
"Hey tunggu" teriak Yair.
Aku tak menghiraukannya. Aku terus berlari menjauhinya.
Aku berlari ke belakang sekolah, tak ingin ada orang yang melihatku. Tenggorokanku terasa sangat panas. Taringku memanjang. Aku benar-benar sangat haus. Aku butuh darah.
"Arrggghhhhh" ku pegangi tenggorokanku yang terasa sangat panas dan sakit.
Awan kelabu menjatuhkan rintik-rintik hujan, kemudian hujan itu semakin besar dan disertai petir. Tubuhku basah kuyup tapi tenggorokanku tetap saja terasa sangat panas dan semakin panas.
Aku harus segera pergi sebelum aku tidak bisa mengendalikan diriku sendiri dan membunuh manusia.
Ku telusuri lorong-lorong sekolah yang sepi karena semua orang sedang sibuk di kelas. Tiba-tiba aku mencium bau darah segar. Taringku semakin panjang. Ku rasa sekarang aku benar-benar kehilangan akal sehat. Ku ikuti bau darah itu.
Kini aku sampai di UKS. Terlihat seorang siswa yang sedang mengobati jarinya yang berdarah.
"Hey apa yang kau lakukan?" tanyanya karena melihatku masuk dan mengunci pintunya.
"DIAM!" bentakku.
Aku melangkah menghampirinya.
"ASTAGA" ia sangat kaget.
Taringku sudah menyembul keluar.
"V-Vampire?" ia gemetaran.
Walaupun ia laki-laki tapi penampilannya sangat culun.
"Jangan mendekat" ia mundur, suaranya bergetar.
Ia mengambil sesuatu dari sakunya. Apa itu? Bawang putih dan salib? Haha memangnya aku takut dengan barang-barang konyol seperti itu?
"Jangan dekati aku, atau kau akan mati" ucapnya dengan suara bergetar.
Aku maju dan merampas bawang putih dan salib di tangannya.
"Kau kira aku takut dengan benda konyol seperti ini hah?"
Tanpa basa-basi ku raih tangan kanannya dan ku tancapkan taringku tepat di urat nadinya.
"AAAAAAAAA" ia memekik kesakitan.
Aku tak peduli. Dahaga telah menguasaiku. Tak ada orang yang mendengar jeritannya. Hujan badai telah mengalahkan suaranya. Ia terus saja memberontak, menendangku, memukulku, menjambakku. Itu hanya membuang-buang tenanga saja, aku sama sekali tak merasa sakit.
Ia mulai lemas dan berhenti memberontak. Darahnya sudah terlalu banyak ku hisap. Ia kejang-kejang karena 'bisa' vampire ku telah menyebar ke tubuhnya. Ku hisap terus darahnya sampai habis, dan ia mati. Aku tak ingin dia menjadi vampire.
Ku hempaskan tubuh yang kini sudah tak bernyawa itu. Perasaan menyesal menyerbuku.
"Apa yang telah ku lakukan? Arghh" ku jambak rambutku sendiri.
"Kau bodoh sekali Justin. Bodoh. Kenapa kau melanggar janjimu sendiri? Kenapa kau membunuh manusia lagi?" ucapku pada diriku sendiri.
Aku menyesal. Benar-benar menyesal.
Mengapa aku harus dilahirkan menjadi manusia setengah vampire? Mengapa aku tak dilahirkan sebagai manusia normal saja?
Sejenak ku pandang tubuh tak berdosa yang kini telah terbujur kaku.
"Maafkan aku" bisikku.
KAMU SEDANG MEMBACA
SHADOW
FanfictionInilah aku, Justin Drew Bieber, manusia setengah vampire. Ini adalah cerita bagaimana duniaku berubah total dengan sangat cepat. Dan selamat datang di duniaku. Dunia bayang-bayang yang penuh dengan kegelapan. Dunia vampire.