4

7.4K 488 9
                                    

"Justin! Aku tak bisa menemukan celana yang pas ditubuhku!"

Aku menggerutu untuk yang kesekian kalinya malam ini. Aku menolehkan kepalaku saat terdengar bunyi decitan pintu. Justin baru selesai mandi. Ia hanya mengenakan celana putih panjang, tidak mengenakan kaus, dan sebuah handuk yang ia pegang. Ia terlihat sangat, uh, menggoda.

"Tak ada satupun dari celanaku yang muat di tubuhmu?" Tanyanya. Aku menggelengkan kepalaku.

"Kalau begitu, kau tidak usah memakai celana." Ucapnya. "Aku lebih suka melihatmu tanpa celana. Oh, bukan. Aku lebih suka melihatmu tanpa apapun," Ia mengedipkan matanya padaku.

Aku memutar bola mataku sembari melipat lenganku di depan dada.

"Menurutmu aku harus memakai ini saja?"

"Ya, tentu saja." Gumamnya. "Kemejaku terlihat bagus di tubuhmu,"

Justin memberiku kemeja panjang putih miliknya padaku. Cukup panjang hingga menutupi sebagian pahaku, dan aku harus menggulung lengan kemejanya.

"Mungkin kau terlalu mungil hingga tak ada satupun dari celanaku yang muat di tubuhmu," Ucapnya.

Aku melemparkan bantal yang berada tak jauh dariku kearahnya. Apa ia baru saja mengataiku 'mungil'?

"Tinggiku 173 cm, dan berat badanku 56 kilogram." Gumamku. "Apa itu terdengar 'mungil' untukmu?"

Ia tertawa seraya mengangkat bantal yang berada di kakinya.

"Aku hanya bergurau," Gumamnya. Ia meletakkan kembali bantal itu diatas kasurnya.

Aku tersenyum. Aku mengelus pipinya dengan jemariku, lalu aku mengacak-acak rambutnya dan tentu saja, setelah itu aku lari keluar dari kamar.

"Alexis!" Teriaknya dari dalam kamar. "Aku baru saja menata rambutku!"

Justin sangat tidak suka jika ada orang lain yang menyentuh rambutnya. Mungkin itu sebabnya mengapa rambutnya selalu terlihat sempurna.

Aku berlari menuju ruang tengah dan tak berapa lama Justin muncul. Aku tak tahu jika ia bisa berlari secepat itu.

"Alexis!"

"Justin!" Ucapku sembari terkekeh.

"Oh, kau pikir ini lucu?"

Aku mengangguk. "Ya, kau harus melihat bagaimana ekspresi wajahmu saat ini,"

"Ini tidak akan menjadi lucu jika aku sudah menangkapmu,"

Ia berusaha menangkapku dan aku berusaha untuk berlari menjauhinya tapi tetap saja, ia berhasil menangkapku. Kurasa aku payah dalam berlari.

Justin memeluk pinggangku dari belakang dengan cukup erat. "Aku menangkapmu," Ucapnya tepat di samping telingaku.

"Aku minta maaf Justin," Gumamku. "Aku tak akan melakukannya lagi,"

Ia membalikkan tubuhku. "Sudah terlambat Alexis,"

"Aku benar-benar tidak akan melakukannya lagi,"

"Kau tahu bukan jika aku tak suka jika orang lain menyentuh rambutku?" Gumamnya.

Aku mengangguk.

"Kecuali—" Ia membawaku semakin mendekat ketubuhnya. "—jika kita sedang berhubungan badan."

Astaga. Apa ia baru saja mengatakannya? Aku menundukkan kepalaku karena aku sangat yakin kini pipiku sangat merah.

"Lihat aku Alexis," Ia mengangat daguku dengan jemarinya. "Kau harus menerima hukumannya,"

Lie About Us | Justin BieberTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang