11

6.1K 476 39
                                    

Aku terbangun dengan pening yang luar biasa di kepalaku.

Aku memijat pelan pelipisku, menyenderkan punggungku kebelakang sementara mataku berusaha menyesuaikan dengan terangnya cahaya lampu. Mataku melirik ke segala penjuru ruangan yang aku tempati. Aku mengenal kamar ini. Ini seperti kamar milik—

"Kau sudah bangun?"

Cody.

Ia membawa nampan yang terdapat roti, selai roti dan segelas teh. Aku tidur di apartemennya semalaman? Ia menyimpan nampannya di atas meja di sebelahku.

Ia duduk di depanku. "Kau merasa lebih baik?"

Aku kembali memegangi kepalaku. "Kepalaku pening,"

"Kau minum terlalu banyak semalam. Kau ingat?"

"Aku tidak mengingatnya," Aku bahkan tidak tahu jika ia membawaku ke apartemennya.

"Kau tidak mengingat semuanya? Saat kau mabuk dan aku membawamu ke apartemenku?" Aku menggeleng. "Tentu saja kau tidak mengingatnya karena kau sangat mabuk,"

"Apa aku melakukan sesuatu yang konyol?"

Aku ingat saat terakhir kali aku mabuk—kurasa dua tahun yang lalu—aku mengirimi mantan kekasihku pesan yang mengatakan jika aku merindukan anjingnya. Itu sangat memalukan hingga aku memutuskan untuk mengganti nomor teleponku.

"Tidak, tapi kau menciumku." Gumamnya, seakan-akan itu bukan hal yang besar.

Aku membelalakan mataku. "Aku apa?"

"Kau menciumku," Gumamnya. "Kau bahkan mencoba membuka bajuku. Kau tidak ingat?"

Aku menundukan kepalaku, membiarkan helaian rambutku menutupi wajahku.

"Aku minta maaf, Cody. Aku tidak tahu apa yang aku lakukan."

"Kau tidak perlu meminta maaf," Ia mengangkat kepalaku sehingga kini aku menatapnya.

"Apa lagi yang kulakukan semalam?"

"Hanya itu," Aku mendesah lega mendengar jawabannya. "Oh, tapi kau terus mengatakan 'pria brengsek' semalaman."

"Benarkah?" Ia mengangguk. "Apa yang ku katakan?"

"Kau mengatakan 'pria brengsek itu lebih mencintai wanita itu' dan 'pria brengsek itu tidak menginginkanku' seperti itu." Ucapnya menirukan ucapan yang ku katakan. Benarkah aku mengatakan itu semua?

"Siapa 'pria brengsek' itu Alexis?"

Justin.

"Apa aku menyebutkan nama seseorang?"

Ia berusaha mengingatnya. "Tidak. Kau tidak menyebutkan nama siapapun,"

"Oh syukurlah,"

"Siapa 'pria brengsek' itu?"

"Itu bukan siapa-siapa," Ucapku. "Kau tahu, aku selalu berkata konyol ketika aku sedang mabuk. Kau tidak perlu terlalu memikirkannya,"

"Tapi Alexis—"

"Apa ini sarapan untukku?" Aku mengganti topik pembicaraannya dengan mengambil roti yang berada di nampan di sebelahku.

"Ya, itu untukmu."

"Aku minta maaf karena telah menyusahkanmu,"

Ia tersenyum. "Kau tidak menyusahkanku,"

"Apa Madison tahu aku ada disini?"

Ia mengangguk. "Aku sudah meneleponnya tadi malam,"

"Apa kau keberatan jika aku tidur disini untuk malam ini?" Tanyaku. "Aku hanya tidak ingin pulang ke apartemenku,"

Lie About Us | Justin BieberTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang