8

6.2K 480 1
                                    

Aku tak bisa berhenti memandang kearah pintu.

Ia belum datang, dan sebentar lagi acaranya akan di mulai. Aku mencengkram erat handphone yang berada di genggamanku. Sesekali aku menatap layarnya untuk melihat apa ia membalas pesanku.

Tidak ada.

Aku kembali mengiriminya pesan untuk yang kesekian kalinya.

To: Justin.
Hai, kau tidak lupa dengan acara kelulusanku bukan? Kau akan datang?

"Kau baik-baik saja, Alexis?" Tanya Madison yang sepertinya tahu jika aku sedang gelisah.

Aku memandang Madison yang duduk tepat disebelahku. "Aku baik-baik saja,"

Ia mengerutkan alisnya. "Kau sepertinya sedang mencemaskan sesuatu. Ada apa?"

"Aku hanya... Gugup."

Ia menggenggam tanganku, lalu meremasnya lembut. "Kau tidak perlu gugup. Ada aku."

Aku memberinya senyuman hangat lalu acaranya pun di mulai. Satu per satu nama mulai di panggil oleh Mr. Porter keatas panggung. Tanganku mulai berkeringat, dan jantungku berdebar sangat kencang. Aku menunggu dengan sabar sampai namaku di panggil.

"James Shepard,"

Madison bertepuk tangan dengan cukup keras disamping telingaku ketika Mr. Porter mengumumkan nama James.

"Itu kekasihku," Gumam Madison padaku.

"Lucy Williams,"

Ia masih belum datang.

"Xavier McClaine,"

"Madison Thompson,"

Madison memberiku sebuah pelukan singkat sebelum ia pergi keatas panggung.

"Alexis Johnson,"

Itu aku. Aku memandang kearah pintu masuk, untuk yang kesekian kalinya sebelum naik keatas panggung.

"Selamat, Ms. Johnson." Mr. Porter memberiku senyuman hangatnya dan sebuah gulungan kertas padaku.
Aku menjabat tangannya. "Terima kasih Mr. Porter."

Lalu aku turun dari panggung dan keluar dari dalam gedung. Seharusnya aku tahu jika ia tidak bisa—tidak mungkin—datang. Tapi ia sudah berjanji padaku jika ia akan datang.

"Alexis! Astaga!"

Aku melihat Madison berlari kearahku dengan James yang berjalan tepat di belakangnya. Ia langsung memberikanku sebuah pelukan erat hingga aku kesulitan bernapas.

"Aku tak percaya ini! Kita lulus!"

Aku tertawa kecil. "Aku juga tak percaya ini,"

Senyuman lebar di wajahnya kini memudar. Ia memegang kedua pundakku erat.

"Alexis, ada apa?" Tanyanya. "Mengapa kau terlihat sangat sedih?"

"Benarkah?" Tanyaku. Ia mengangguk. "Mungkin karena aku tidak akan datang lagi ke tempat ini. Mungkin itu yang membuatku sedih,"

Ia membawaku kedalam pelukannya kembali. "Kita bisa datang ke tempat ini kapan pun,"

Ia mengusap punggungku perlahan, lalu melepaskan pelukannya. Tatapannya yang semula berada pada wajahku, kini beralih kebelakangku.

"Kekasihmu sudah datang," Gumamnya perlahan.

Aku mengernyitkan dahiku, lalu aku menoleh kebelakang. "Dia bukan kekasihku, Mads."

Cody tengah berlari-lari kecil melewati sekumpulan orang-orang yang menghalangi jalannya.

"Hai," Gumamnya, tepat didepanku dengan napas yang terengah-engah. "Apa aku terlambat? Aku minta maaf."

Lie About Us | Justin BieberTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang