18

5.6K 376 3
                                    

12:18AM.

Aku melingkarkan lengan Justin di pundakku, sementara tanganku yang lainnya memeluk pinggangnya, berusaha menahan tubuhnya agar ia masih bisa berdiri dengan tegak. Kami baru saja pulang dan ia mabuk. Mungkin karena ia minum terlalu banyak wine. Ia meneguk habis sebotol wine sedangkan aku hanya minum beberapa gelas.

Dengan perlahan aku menuntunnya naik keatas. Aku membuka pintu di depanku dengan kakiku, lalu menidurkannya diatas ranjang.

"Alexis," Gumamnya. Lalu ia tertawa.

"Aku tak seharusnya membiarkanmu meminum habis wine itu,"

Ia kembali tertawa, lalu berhenti. "Aku kelelahan,"

Aku berjongkok untuk membuka sepatu yang masih ia kenakan. Aku melempar sepatu itu kesembarang arah ke belakangku. Ia tidak mungkin tidur dengan menggunakan tuxedo bukan?

Dengan perlahan aku membuka kancing tuxedo-nya satu persatu.

"Kau menginginkannya, Alexis?" Tanyanya.

Aku tak menggubris ucapannya. Aku melepaskan tuxedo itu dari tubuhnya, lalu aku melepaskan dasinya.

"Kau benar-benar menginginkannya," Ucapnya sembari tertawa.

Apa yang ia tertawakan? Mengapa setiap hal nampak lucu baginya?

"Kau tidak bisa tidur dengan keadaan seperti ini," Ucapku.

Aku melangkah menuju lemari, mengambil kaus apapun yang kulihat lalu kembali menghampiri Justin yang tengah memperhatikan langit-langit kamar.

"Kau tidak bisa tidur menggunakan ini,"

Aku hendak membuka kemejanya namun ia menahan lenganku. Ia menariknya sehingga aku jatuh tepat di dadanya.

"Apa yang kau lakukan?" Gumamku.

Ia menyelipkan helaian rambutku kebelakang telinga. "Aku juga menginginkannya,"

Aku mengernyitkan dahiku. "Aku tak mengerti,"

Ia membalik posisi kami sehingga kini ia berada di atas tubuhku. Kedua tangannya mencengkram erat pergelangan tanganku, membuatku tak bisa menggerakan tubuhku.

"Justin, kau sedang mabuk."

"Tidak, aku tidak mabuk Alexis." Gumamnya. "Aku tahu apa yang aku inginkan,"

"Justin-"

Ia mendekatkan wajahnya padaku. "Aku menginginkanmu,"

Ia melepaskan cengramannya. Ia mulai membuka kancing kemejanya satu per satu dan aku tak tahu apa yang harus kulakukan.

"Kau menginginkannya, bukan?"

Ia mulai memberikan ciuman-ciuman kecil di leherku. Aku menggigit bibirku, berusaha untuk menahan suara yang akan keluar dari dalam mulutku.

"Aku tidak mencintai wanita itu," Bisiknya pelan. "Aku hanya mencintaimu,"

Ia benar-benar sedang mabuk.

Ia menjauhkan wajahnya dari leherku. Ia menatapku lekat-lekat. Jika tatapan bisa membunuh, mungkin aku sudah mati sekarang.

"Aku akan meninggalkannya," Ucapnya. "Kita akan bersama-sama,"

"Justin, kau mabuk."

Aku berusaha menyingkirkannya dari tubuhku namun tentu saja itu tidak mudah karena ia terlalu kuat untukku.

"Aku tidak perduli. Apakah aku mabuk atau tidak," Ia kembali mendekatkan wajahnya. "Aku tetap menginginkanmu,"

Ia memagut bibirku, sementara tangannya meraih ujung gaunku. Gaun itu terlepas begitu saja melewati kepalaku. Ia melemparkannya ketas lantai.

Lie About Us | Justin BieberTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang