3. Jacob yang Baru

87 25 0
                                    

please vote karena aku udah nulis chapter ini dengan semangat45 dan perjuangan /hah.

Anyway, good luck for everyone at high school for final exam!


Recommended song :

One Direction – Infinity

Shawn Mendes – Stitches

---

Pagi ini aku bangun lebih pagi sehingga aku juga sampai ke sekolah duluan daripada teman – temanku. Aku melihat beberapa orang yang berkumpul didepan papan pengumuman begitu aku datang. Aku berjalan sambil tersenyum kearah tempat itu. Entah kenapa, semenjak semalam aku lebih sering tersenyum. Atau mungkin juga setelah aku mendapat kabar kalau Mama dan Papa akan pulang bersamaan lusa.

Aku harus menabrak beberapa orang sebelum akhirnya aku bisa melihat dua kolom baru di papan itu. Kolom pertama berisi tentang pemilihan ketua OSIS lusa dan kolom kedua berisi tentang, oh. Sial. Ujian akhir semester ini. Aku benci ujian dan bahkan aku lupa kalau semester ini hampir berakhir.

"Gimana menurutmu? MPK yang bikin program pemilos."

Aku mendongak, melihat Vincent berdiri di sebelahku sambil terus menatap poster didepannya. Tulang pipinya kuat, seperti Jacob.

"Bagus. Aku suka posternya." Aku hanya bisa berkomentar itu, kurasa.

"Kamu redaksi majalah sekolah, kan?" aku mengangguk. "Well, itu berarti besok kamu harus bantu aku untuk wawancara ketua OSIS yang baru."

"Eh? Kenapa harus aku?"

"Ya, anak redaksi yang kelas dua belas sudah sibuk buat persiapan kelulusan dan mereka juga sudah purna tugas kan? Yang kelas sebelas sudah bikin laporan program exchange."

Aku mengangguk. "Kadidatnya?"

"Aska Alaska, Auriga Anandya dan Ara Anindya."

Aku melihat kearah Vincent. "Bukannya Ara dan Aga itu saudara kembar?" tanyaku bingung.

Vincent mengangguk lalu menarik tanganku keluar dari kejauhan. Aku hanya bisa diam saat tangannya menarik lenganku. "Yap, dan mereka berdua adalah kandidat yang bener – bener harus bersaing."

"Aku nggak kenal yang satu."

"Aska Alaska? Namanya Aska. Seingetku, dia memang belum populer dikalangan adik kelas. Tapi diangkatan kita dan dan kakak kelas dia populer banget," terang Vincent.

Suara bel terdengar kemudian dan aku berkata akan menemuinya lagi nanti. Aku melihat beberapa orang menatapku saat aku berjalan menjauhi Vincent masuk ke kelas. Aku memang baru mengenalnya tapi kurasa dia orang yang mudah bergaul dan baik hati.

"Athenaaaa!" aku melihat Petra berlari kearahku. "Tungguuuu!"

"Santai, Petra."

"Nggak bisa santai. Aku belum ngerjain tugas dan kakakku telat nganter aku. Dia mah enak nggak ada tugas. Gimana nih? Apa aku cabut aja ke UKS!" tanya Petra.

"What? No! UKS bahaya banget! Itu kan dekat ruang BK, nanti kamu ketahuan."

Petra menghela napas panjang, seorang guru dari Tata Usaha menghampiri kami dan tersenyum. "Kalian ada pelajaran Pak Arka pagi ini?"

Aku melirik Petra yang tidak mengerjakan tugas Pak Arka. "Iya, Bu."

"Ini tugas dari Pak Arka. Beliau tidak masuk karena ada keperluan. Kumpulkan tugasnya di mejanya hari ini."

Setelah guru itu berbalik, Petra menghela napas lega. "Tuhan! Untung aja!!!"

Aku dan Petra berjalan bersama memasuki kelas, menyerahkan tugas itu ke sekretaris untuk ditulis dan mencari meja. Meja pojok belakang menjadi pilihan kami karena kebetulan Petra sedang suntuk. "Oh iya, aku seneng banget. Aku dapet tawaran dari gereja buat jadi panitia natal! Jadi natal di gerejaku tahun ini bakalan diadakan bareng anak yatim piatu. Tapi aku juga harus kerja keras soalnya jadi bagian dekorasi."

A PiecesTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang