Wedding's Memory

3.1K 244 7
                                        


~Happy Reading~



Di suasana yang cukup cukup dingin itu, Jaejoong berlari keluar rumah dengan nafas terengah-engah. Semuanya terasa kacau. 'kejam! Keterlaluan! Aku benci mereka semua! Aku benci eommonim! Aku benci Seo Yeji! Aku juga benci Jung Yunho! AKU BENCI!' teriak jaejoong dalam hati sambil menitikkan air mata. Rasanya Jaejoong ingin bersabar tetapi dia sudah tidak tahan di perlakukan seperti itu. Baru kali ini Jaejoong merasa merana seperti ini.


JJ POV ON


Mereka semua menyakiti hatiku. Apakah mereka sudah puas? Mereka begitu tega kepadaku. Sebenarnya siapa yang paling penting bagi yunho? Aku atau eommonim? Air mataku tak terbendung lagi dan terus mengalir deras, dan sekarang kepalaku terasa berat dan pusing.

Aku terus berlari sampai kehabisan nafas. Tanpa kusadari, aku berada di tempat yang aku kenali. Tempat yang begitu familiar yaitu gereja. Gereja ini dulu tempat aku dan yunho menikah. Taman di depan gereja tampak tenang dan sunyi. Suasana di sekitarnya remang karena memang kini sudah masuk jam makan malam. Aku merasa dinginnya angin malam sambil terus menangis. Seolah-olah ingin menenangkan pikiran, aku duduk di tangga batu gereja.

Tiga tahun yang lalu pada bulan juni tanggal 10, aku dan yunho melangsungkan pernikahan di gereja ini. Saat itu langit berwarna biru cerah. Aroma pepohonan tercium di udara. Semua tamu tertawa gembira. Pemberkatan, sumpah sehidup semati, buket bunga lili dan baju pengantin putih yang sederhana.


Semua itu terbayang dalam benakku, suara lonceng gereja saat itu masih menggema di telingaku sampai sekarang. Aku teringat, yunho tertawa bahagia saat itu. Semua terbayang lagi di pelupuk mataku. Hatiku terluka. Nafasku terasa sesak. Air mataku terus mengalir dan menetes di batu tangga gereja.

Sudah tiga tahun berlalu, aku mengalami berbagai kejadian dan bertemu banyak orang, tertawa, menangis, marah, bahagia, semua tak asing bagiku.

Aku teringat yunho, dia selalu memanjakanku seolah-olah aku ini masih anak-anak. Yunho selalu menjagaku. Aku percaya bahwa perasaan yunho tidak akan berubah sampai kapanpun, akan tetapi sekarang aku merasa sendiri.

Angin malam yang dingin terasa menggigit. Aku masih masih menangis karena merasa kesepian. Egoiskah aku jika menginginkan Yunho berada disini dan menggenggam tanganku. Bukankah kami sudah bersumpah sehidup semati. Apakah cinta sejati itu hanya khayalan saja? Apakah cinta sejati itu hanya kebohongan buatan manusia?


Entah sudah berapa lama aku duduk di tangga batu gereja ini. Sedikit demi sedikit perasaanku yang kacau mulai mereda. Perasaan marah dan sedih masih tersisa, seolah-olah kenanganku sudah tenggelam kedasar laut yang sangat dalam.

Aku seperti sedang berbicara dengan diri sendiri. Jaejoong, kenapa kamu seperti anak kecil? Kenapa kamu merasa kacau? Bukankah kamu masih mencintai Yunho? Yunho adalah orang terpenting dalam hidupmu. Kamu merasa sudah menemukan cinta yang sesungguhnya, kan? Benar kan Jaejoong?

Jaejoong, apakah cinta sejati bagimu? Apakah cinta sejati itu hanya sebatas dicintai dan mencintai oleh seseorang? Jika kamu mencintai seseorang, apakah kamu akan menuntu orang tersebut untuk mencintaimu juga? Apakah itu yang dinamakan cinta sejati? Bukan kan jika kamu mencintai seseorang kamu ingin orang tersebut bahagia bukan? Kamu ingin Yunho bahagia, kan? Seperti yang di katakan oleh eommonim, Yeji jauh lebih baik umtuk Yunho.

Jika Yunho menikah dengan Yeji, mungkin dia akan bahagia. Dia bisa makan masakan Korea setiap hari, terutama eommonim sangat cocok dengan Yeji.

Jika dibandingkan dengan ku, Yeji jauh lebih pantas menjadi menantu keluarga Jung. Hubungan antara aku dan eommonim sangatlah buruk, dan aku tidak ingin memperburuk keadaan. Aku tidak ingin Yunho pulang dalam keadaan lelah dan harus menghadapi situasi yang tak menyenangkan dirumah.

19! An AffairTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang