~Happy Reading~
" Jaejoongie.... Joongie.....Boojae Gwenchana?"Jaejoong mulai membuka matanya yang terasa berat dengan perlahan sambil membiaskan cahaya yang masuk di sela-sela kedua bola mata bulatnya dan langsung melihat kearah Yunho yang tengah berdiri di samping ranjangnya. Tergambar jelas raut kecemasan di wajah sang suami.
" Yunnie.."
" Boojae! Astaga BooJaejoongie" Panggil Yunho sambil memeluk jaejoong, rasa khawatir akan sang malaikat yang tiba-tiba saja pingsan membuat Yunho seolah di cabut nyawanya. " Apakah kau tau boo! ketika kau pingsan. Aku merasa jantungku berhenti berdetak. Kau tahu betapa cemasnya aku ketika tiba-tiba saja kau tergeletak dengan wajah pucat."
" Apakah aku ada dirumah sakit?" bukannya menenangkan sang suami yang sedang di landa kecemasan akan dirinya, Jaejoong malah balik bertanya dengan suara lemahnya. Jaejoong dapat mencium aroma rumah sakit yang khas di hidungnya begitu dirinya mulai tersadar dari pingsan, suara alat-alat rumah sakit pun langsung masuk menyapa telinganya.
" Ne. Tadi aku memanggil ambulance. Apakah kau tak mengingatnya?"
" Ingat. Sedikit.... aku dibawa kerumah sakit pakai ambulance?"
" Ne" sahut Yunho Sambil memandang Jaejoong dengan sedu.
" Ketika naik ambulance aku tidak mengingat sedikitpun. Waah, sayang sekali ya. Padahal itu pengalaman pertamaku naik ambulans" canda Jaejoong sambil tertawa lemah.
"Boo...." panggil yunho dengan mata berkaca-kaca. " Dasar pabbo! Kau berhasil membuat ku cemas eoh" lanjutnya.
Jaejoong dapat melihat bahu yunho yang gemetar, meski tidak meneteskan air mata tetapi mata setajam musang tersebut terlihat sedikit memerah meredam tangis. Rupanya suaminya tersebut sangat mencemaskannya. Jaejoong pun melihat kedua mertuanya dan juga Yeji berdiri dibelakang yunho, sedangmemandang dirinya dengan wajah pucat mereka.
" Jaejoong~ah" Panggil Umma Jung sambil berjalan mendekati ranjang tempat jaejoong berbaring. Jaejoong melihat sinar mata umma Jung yang nampak sedih. " Jaejoong, kamu menjadi seperti ini pasti karena umma." Lirihnya dengan nada bergetar.
" Eommonim..."
" Maafkan umma. Umma sudah melakukan hal yang tidak pantas."
" Eommonim.."
" Umma benar-benar minta maaf. Maafkan atas segala perbuatan umma, sejujurnya umma cemburu padamu sehingga berbuat jahat seperti ini." Tergambar jelas raut penyesalan di wajah Umma Jung, mendengar ungkapan penyesalan sang mertua Jaejoong hanya bisa terdiam. Jaejoong hanya bisa mendengarkan curahan hati Umma Jung yang berdiri tak jauh dari tempatnya berbaring. Tidak, jaejoong tidak marah dengan sang ibu mertua. Jaejoong hanya merasa sedikit kesal dan jengkel dengan tingkah laku Umma Jung yang menurutnya sangat tidak menyukai dirinya itu, padahal Jaejoong sudah melakukan semua yang Umma Jung minta agar Mertuanya itu mau menerima dirinya sabagai menantu.
" Kau masih begitu muda dan perjalanan hidupmu masih panjang. Kau juga sangat mencintai anakku, Yunho. Sedangkan umma , umma merasa semakin hari semakin tua. Rasanya seperti suami dan anakku sudah tidak membutuhkan umma lagi. Umma merasa sudah tidak punya tempat lagi di hati mereka. Makanya umma sangat membencimu. Mianhae" menedengar semua keluhan Umma Jung ingin rasanya Jaejoong memeluknya. Mengatakan bahwa dia sangat menyanyangi Umma Jung meski dirinya mendapatkan perlakuan yang kurang menyenangkan selama ini.
" Eommonim.." lirih Jaejoong
" Mianhae. Ketika kau pingsan tadi, umma seakan tersadar. Umma merasa ada beribu duri yang menancap dihati umma. Umma begitu cemas dan takut ketika kau tak sadarkan diri tadi."

KAMU SEDANG MEMBACA
19! An Affair
FanfictionNamaku Jung jaejoong. Aku sudah menikah sewaktu masih duduk di kelas dua SMA dengan guru bahasa inggris terfavourit di sekolah, namanya Jung Yunho. Tentu saja selama aku masih bersekolah, kami merahasiakan pernikahan ini. Selama di SMA, aku mengalam...