The World Knows

26.5K 1.7K 227
                                    


Bukan salahku untuk dilahirkan menjadi seorang laki-laki androgini di dunia ini. Ya, androgini. Sebuah sebutan aneh, sama anehnya dengan penampilanku yang juga agak aneh. Aku terlahir dengan wajah yang membuat semua orang kagum. Kagum karena wajahku cantik seperti seorang perempuan. Mereka sering menyalahartikan aku sebagai seorang perempuan, dan dengan kaget mereka akan meminta maaf, melongo dan balik memujiku saat tahu bahwa aku laki-laki.

"Mas ini cantik banget, ya...!" seorang satpam berkali-kali meminta maaf saat aku menjelaskan berulang kali dan menunjukkan KTPku saat aku dirazia di toilet Mall. Aku dikira cewek mesum yang hobi nongkrongin toilet cowok. Padahal jelas-jelas aku cowok! Semua orang yang ada di sana juga tertarik melihat tontonan gratis yang untuk mereka sangat unik.

Aku pasang wajah manyun. Lantas karena sudah kesal aku buru-buru melengos dan mengambil tasku. Aku sudah nggak mood untuk melanjutkan acara belanjaku. Padahal awalnya niat belanja ke mall untuk beli jeans.

"Lain kali jangan asal tuduh, lah pak! Ditanya dulu identitasnya!" aku sewot dan buru-buru cabut dari ruang security yang bagiku sekarang mirip ruang pesakitan. Aku sudah terlalu sering disangka cewek, bahkan sering ditawari jadi model. Keren, kan? Iya, tapi sayangnya model cewek. Mungkin saja nanti wajahku akan muncul di majalah wanita dengan memakai dress dan rok. Lalu dengan shock Mamaku akan berteriak histeris dan menjawil hidungku karena bahagia anaknya jadi model cewek. Cukup klise? Ya, karena sebenarnya dulu Mamaku berharap anak keduanya adalah cewek.

Setelah tahu anak bungsunya adalah cowok, Mamaku sepertinya masih keukeh ingin merubah takdir. Sejak kecil aku didandani ala cewek. Sampai sekarang. Papa sudah berkali-kali melarang, tapi sayangnya keinginan Mamaku bagaikan perintah mutlak di keluargaku. Aku ingin diperlakukan seperti Mama memperlakukan kakak laki-lakiku. Aku merasa dilecehkan sejak kecil.

"Gue nyariin loe dari tadi..!" seorang cowok menepuk pundakku dan nafasnya ngos-ngosan. Dia menunduk, menetralisir deru nafasnya. Cowok ini adalah sahabatku sejak kecil. Cowok yang agak dingin, tapi sebenarnya baik hati.

"Gue dapat masalah!" aku menjawab sewot.

"Kenapa? Loe digodain om-om hidung belang lagi?" dia mengguncang lenganku.

"Lebih parah, kali ini gue dikirain cewek mesum yang lagi nongkrongin toilet cowok!" lagi-lagi aku menjawab sewot.

"Kenapa loe nggak telepon gue?"

"Mana gue kepikiran loe, tas gue tadi disita!"

"Kan udah gue bilang, mendingan loe cari jeansnya sama gue aja!"

"Loe bilang mau ke tempat sepatu, ya udah biar kita nggak lama-lama ya mending berpencar aja beli sesuai kebutuhan kita."

"Trus kenapa kita pergi bareng?" sahabatku sejak kecil, Elno menatapku ironis. Aku balik menatapnya dengan pandangan sinis.

"Yang maksa ikut gue itu loe..." aku menjawab pelan. Dalam sekejap sunyi menyelimuti percakapan kami. Baik aku dan Elno hanya menghela nafas berat. Elno melirikku, dalam sekejap tangannya sudah merangkul bahuku dan menarikku pergi dari tempat itu.

"Gue temenin loe nyari jeans! Kali ini harus berdua!" dia menarikku paksa. Aku sempoyongan mengikuti langkahnya. Seandainya ada cewek-cewek fujoshi di sekitar sini, pasti mereka akan berteriak histeris. Tapi masalahnya, apa mereka tahu kalau aku cowok?

Entahlah, apalagi sejak aku mulai kuliah. Mama semakin menjadi-jadi obsesinya terhadapku. Aku curiga, jangan-jangan dulu Mamaku juga seorang cosplayer, makanya sekarang menginginkan aku menjadi seperti dirinya. Aku mulai memilih jeans yang akan kubeli. Ukurannya harus pas dengan kakiku kalau nggak mau jeans itu melorot. Elno berlari ke arahku sambil menenteng sebuah jeans lengkap dengan bajunya.

The World Knows (ONESHOOT - BXB)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang