Heartbreaker // 1

1.4K 39 14
                                    

Senin pagi dengan cahaya yang masih belum menampak dirinya dari peradaban. Aku segera terbangun dari tidur nyenyakku, tangan ku meraba nakas untuk mematikan alarm, meraih ponsel hanya untuk melihat notification ponselku apakah ada hal penting yang aku lewatkan. Ternyata ponselku hanya ada notification dari Operator, beberapa Official Account dan lainnya yang menurutku tidak terlalu penting. Selesai dengan ponsel, aku beralih ke kamar mandi untuk membersihkan diri dan bersiap untuk berangkat sekolah. Vanila Angelo, disini lah aku menatap kearah cermin dengan bayangan tubuh ku yang terpampang jelas disana menggunakan seragam SMA BINA BAKTI, rambut dikuncir kuda, wajah tanpa polesan makeup yang berlebihan hanya lipbalm rasa Raspberry yang selalu aku gunakan, selesai dengan semua itu. Aku keluar kamar dan menuruni anak tangga untuk melakukan rutinitas pagi lainnya yaitu sarapan bersama keluarga.

"Kak lala yang bener dong jangan kaya gitu makannya!" Tegur Vanesa, dia itu adikku.
"Apaan sih, biarin kek lo kalo makan tinggal makan gausah urusin gue."
"Simpen dulu hp nya ish!"
"Bentar tanggung."
"Nanti lagi ngapa!"
"Iya bawel."

Kedua orang tuaku yang menyaksikan perdebatan kecil antara aku dan Vanesa hanya geleng-geleng kepala melihat tingkah kami, mungkin mereka sudah lelah untuk mengingatkan kami atau hanya sekedar menegur kami agar tidak bertengkar di meja makan.

Selesai makan aku bergegas berangkat kesekolah, karena jam sudah menunjukan pukul 6.45 AM. Aku berangkat sendiri, sementara Vanesa bersama papah, kalo mamah ya kalian pasti tahu lah mamah bawa kendaraan sendiri pastinya, ga mungkin kan papah sama mamah berangkat dalam satu kendaraan sementara mereka sama sama sibuk sama kerjaan mereka masing-masing.

Aku memasuki area parkiran sekolah. Selesai memarkirkan kendaraanku aku melenggang pergi menuju kelas kesayanganku. Tepat sekali saat aku duduk bel masuk berbunyi, Diara teman sebangku sekaligus sahabatku yang sudah tau sifatku luar dalam hanya mendengus kesal melihatku yang selalu berangkat siang dan hampir terlambat.

"Hampir telat lagi lo?" Tanyanya
"Hehe iya." aku hanya nyengir kuda tanpa dosa padanya dan dibalas dengan sodoran tumpukan buku tugas. Temenku ini walaupun kalo lagi kesel garangnya naudzubillah tapi tetep baik ko sama aku, buktinya sekarang dia malah ngasih contekan pr dengan mudahnya tanpa diminta dulu. Uuuhh the best lah pokoknya. *jangan ditiru ya readers sifat Vanila yang buruk ini*

Pelajaran selesai bel istirahat pun berbunyi aku melihat Diara membereskan buku-buku nya dan siap untuk meluncur ke kantin bersamaku. sampai dikantin kami berdua memesan makanan yang biasa kami pesan saat istirahat,dan kembali ke meja kantin yang biasa kami tempati saat istirahat dengan nampan berisi makanan di tangan, dan setibanya disana meja kami ternyata sudah ada yang mengisi terlebih dahulu.

"Parah ya kalian berdua ko udah disini aja, awas minggir-minggir kita mau duduk elah." aku menatap mereka heran.
"Lo abis darimana dah? ngomong-ngomong itu kursi kan masih ada dua lagi didepan kita." Tanya Reyhan.
"Lo gak liat gue bawa nampan segede gaban gini masih aja nanya." aku mendengus dan duduk di kursi yang berada didepan mereka, aku berhadapan dengan Reyhan dan Diara berhadapan dengan Zyko, sementara mereka berdua hanya cengengesan saja.
"Lah lo ko ga pesenin buat kita berdua juga sih Van?" Keluh Ziko dengan muka cemberutnya yang gak banget. 
"Salah sendiri kalian berdua telat datengnya."
"Yaudah deh gue pesen makanan dulu, lo mau pesen apa Ko?"
"Pesen kaya biasa aja beb." Ziko dengan gaya mahonya dia yang gak banget.
"Okey say." Reyhan dengan gaya mahonya yang lebih-lebih gak banget.
"Najis bukan temen gue lo berdua, asli jijik gue" ucapku sarkastis, Diara yang mulutnya masih penuh sama batagor cuma manggut manggut doang tanda setuju sama ucapanku.

Tak lama Reyhan dateng, selama mereka berdua makan aku dan diara membicarakan tentang hal-hal yang tidak penting, sambil menunggu mereka selesai makan aku memainkan ponselku juga sesekali.

Bel masuk bunyi, kita berempat memang satu kelas jadi tidak perlu ada sesi berpisah ditengah jalan. pelajaran matematika dimulai dan aku mulai bosan, jujur saja aku tidak begitu mahir dalam pelajaran matematika jadi selama guru menerangkan aku hanya bermain-main dengan pulpen dan ponsel ku, atau sesekali ngejailin Diara sampe bikin dia kesal dan aku akan tertawa sendiri karna ulahku.

Bel pulang berbunyi, aku langsung membereskan buku-bukuku kedalam tas, Diara juga sama seperti k.

"Lo balik bareng siapa Ra?"
"Gatau gue bingung nyokap sama bokap gue gak bisa jemput supir gue lagi nganterin nyokap ketemu kolega."
"Yaudah lo bareng gue aja kalo gitu, gue bawa mobil hari ini."
"Serius Van? Lo ga bareng bokap atau adik lo gitu?"
"Engga, udah cepet buru ah."
Diara bersorak kegirangan gara-gara dia pulang ada yang nganter gila emang tuh bocah.

Selama di jalan menuju parkiran aku dan Diara banyak ngobrol dan bercanda ria tertawa sendiri layak nya sepasang cewe gila. Tapi tawa kita berdua terhenti karna Diara yang tibatiba berlari menghampiri seseorang yang mungkin aku tau dia siapa. Aku mengikuti arah berlarinya Diara, Diara seperti sedang membicarakan sesuatu dengan cowo itu dia keliatannya adik kelas deh, tapi masa Diara deketin brondong sih gak banget. Aku buru-buru menghampiri Diara.

"Ra lo ko ninggalin gue sih? Rese ya!"
"Eh sorry ini, tadi gue liat adek kelas ini kan dia satu ekskul bareng gue jadi ya gitu deh."
"Ish ya bilang kek jangan langsung pergi aja curut!"
"Hehe maapin mak." aku mendengus kesal dan lebih memilih melihat-lihat objek yang lain.
"Eh kenalin Van, ini Rio." Diara menujuk kearah cowo jangkung di sebelahnya.
"Hah? Eh iya gue Vanila." sapaku tersenyum tipis pada Rio.
"Rio." dia membalas sapaanku dan tidak lupa dengan senyum tipisnya.
"Hmm, kalo yang ini namanya Leo" Diara menunjuk kearah cowo yang gak begitu tinggi tapi dia tinggi nya sama denganku dan Diara.
"Eh-iya gue Vanila." perlakuan yang sama yang kuberikan pada Rio.
"Leo." seringaian muncul dibibirnya tapi itu mampu membuat ku melting. Hus jauh jauh gue sama dia baru kenal, dan dia berondong oke, lupakan Van lupakan.
"Yaudah ya kak gue sama Leo balik duluan, mulai kumpul eskulnya hari rabu kan?"
"Oke, bye. Iya Rabu jangan sampe ngaret ya, yo"
"Oke, duluan kak Ra, kak Van. Oiya kak Vanila lo anak osis ya?"
"He-eh kok lo tau?"
"Tau lah lo kan pendamping gue sama Leo waktu MOS itu kak, lo gak inget?"
"Inget sih gue muka kalian, cuma gue gatau nama aja jadi agak ragu gitu tadi takut salah orang"
"Oke gamasalah kak, bye lah sekali lagi gak balik balik nih gue. Ayo Le" Leo yang disampingnya hanya manggut nurut pada Rio.
"Yee ya lo nya aja yang kelamaan" semprot Diara.

Mereka berdua berjalan melewatiku, Leo sedikit mendekat ke arahku aku heran ada apa anak ini berjalan kearahku, seringaian itu muncul lagi.

"Lo sombong ya ka DM gue ga lo bales, gue udah stalk akun sosmed lo. Gausah stalk balik oke?" Aku terjengkit kaget mendengarnya anak macam apa dia ini.
"L-lo stalker? Gue belom buka akun twitter gue lagi, nanti gue cek. Ngapain juga gue ngestalk lo ga penting asli." ucapku sekenanya, dan dia sekarang udah pergi ninggalin aku sama Diara. Diara juga terlihat bingung karna tingkah Leo dan aku.

Selama perjalanan dimobil hening tidak ada yang mulai bicara, aku sibuk dengan pikiranku, dan Diara yang seperti nya sedang menyusun kata-kata untuk memulai pembicaraan.

------------------

04-12-2015

HeartbreakerTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang