3.

865 44 1
                                    

Unknown POV

Let's play the game's!

****

Author POV

Seperti biasa, mereka ber-5 berjalan di koridor kampus dengan suara bisik-bisik dari mahasiswa/i yang berada di koridor kampus. OSPEK memang sudah selesai tapi bagi mereka ber-5 kejahatan atau keusilan mereka masih belum selesai.

Ketika mereka ber-5 berjalan ke arah kantin. Seorang mahasiswa tidak sengaja menabrak Matthew lalu baju Matthew basah dan lengket karena minuman yang dibawa mahasiswa itu. Rahang Matthew mengeras dan tangannya mengepal sekeras-kerasnya.

"F*ck!! Apa kau tidak punya mata?! Ha?!" Kata Matthew dengan tatapan yang sangat tajam seperti ingin menghajar mahasiswa itu

"M-maaf kak, saya tidak melihat." Kata mahasiswa itu gugup sambil matanya mengarah kearah lantai karena takut dengan tatapan itu.

"Apa?! Kau bilang minta maaf?! Apa semudah itu?! Tidak! Kau harus aku hajar! Sekarang ju..." Kata-kata Matthew terpotong karena bisikan dari Michael

"Huft. Baiklah! Kau beruntung sekarang karena Michael membela-mu! Tapi lihat, pulang kuliah nanti kau harus ada di aula! Kalau kau tidak datang, tunggu saja. Pasti ajal-mu akan datang secepatnya!" Kata Matthew sambil membentuk sebuah senyuman jahat di bibirnyanya, tepatnya menyeringai.

Sebelum mahasiswa itu menjawab, mereka ber-5 sudah pergi meninggalkan area itu karena ingin membersihkan kemeja yang dipakai oleh Matthew.

****

"Cepat! Kau tidak ingin dihukum dengan Matthew yang lebih parah lagi-kan?" Kata Gracie ke mahasiswa tadi. Ya, mereka sedang menghukum mahasiswa yang lancang tadi. Panggil saja mahasiswa itu Judit.

Judit -mahasiswa itu- pun masih tetap berlari di area aula yang sangat besar itu. Meski keadaannya sudah sangat lemas, Gracie masih tetap gencar dengan hukuman yang dia berikan. Bayangkan aula sebesar gedung Pertemuan di Hotel dikalikan 50 kali putaran, pasti sangat-sangat melelahkan.

"Ayo cepat! Kau itu laki-laki, harus kuat! Baru 5 putaran saja sudah capek!" Kata Gracie dengan nada yang sangat keras agar terdengar oleh Judit di ujung aula. Tiba-tiba ada yang memegang pundak Gracie

"Kau! Bikin aku terkejut saja." Kata Gracie sambil menatap tajam  kearah Michael, ya dia yang tadi memegang pundak Gracie.

"Huft. Maaf, dimana Matthew?" Kata Michael sambil melirik ke segala arah untuk mencari keberadaan Matthew

"Aku tidak tahu, aku sudah menelfonnya tapi tidak dijawab olehnya." Kata Gracie sambil memegang Handphone-nya.

Persetan-lah dengan si Judit itu, yang terpenting Gracie harus tau keberadaan Matthew .batin Gracie

Krriiingg..Krriiingg

Handphone Michael pun berbunyi dengan display name yang tidak ia kenal. Michael menatap Gracie secara perlahan untuk memberitahu 'harus diangkat atau tidak' dan Gracie pun menggangguk.

Michael pun mengangkat telfon itu. Lalu Michael memencet tombol speaker supaya Gracie juga bisa mendengarnya.

"Hello" kata Michael sambil melirik ke arah Gracie.

"Hello! You miss me? Or miss your bestfriend?" Kata seseorang disebrang sana.

"Saya berbicara dengan siapa ya?" Kata Gracie.

"T-ttoollonng grac, s-sselamaatkan akuu... Ups! Kalian sudah mengenal siapa aku?" Kata seseorang disebrang sana.

"Matthew? Itu kau? Where are you now? Jangan membuat kita panik sekarang?! Hey! Kau siapa? Kau apakan Matthew?!" Kata Gracie panik.

Bleeding VictimTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang