Rumah

386 14 0
                                    

Akhirnya Adrijal dan Amanda pun sampai disebuah rumah yang sangat besar dan megah, ya tentu itu rumah Amanda. Amanda turun dari motor Adrijal.
"Mau mampir dulu ga? Ketemu mertua?" godanya padahal ia tau bahwa ayahnya pasti sedang tidak ada dirumah kecuali si DIA wanita yang paling ia benci.

"Kaga dah makasih" tolaknya mentah-mentah
"Yaudh hati-hati ya ayang, dijalan jangan mikirin gue mulu kalau mau selamet oke?" ia pun mencubit kedua pipi Adrijal yang sedikit tertutupi oleh helm yang ia gunakan.

"Ogah banget gw mikirin lo" cibirnya seraya menyalahkan mesin motornya dan menjalankanya. Tetapi sebelum Adrijal semakin menjauh Amanda berteriak sedikit keras dan tentu saja terdengar oleh telinga Adrijal yang tajam.

"I LOVE YOU too jal" seperti biasa, kata-kata itu lah yang selalu membuat Adrijal sebal akanya.

Setelah mendapati kepergian Adrijal, Amanda pun memasuki rumahnya, senyum yang tadi merekah dibibirnya berubah menjadi senyum miris dan kebencian serta kesedihan yang teramat dalam.

Ia memasuki pintu utama rumahnya lalu melihat seorang wanita paruh baya berstlye yang terlihat sangat modis dan berkelas, wanita itu sedang asik membaca majalah dengan posisi duduk bak bos atau nyonyah, Amanda pun melewati begitu saja, tetapi sebuah suara menghentilan langkahnya yang baru menaiki satu anak tangga. Dan terdengar derap langkah yang mendekatinya.

"Dasar ga tau diri, masuk kerumah maen nyelonong aja ga pernah diajarin sopan santun sama ibu kamu Hah?!" ucap wanita paruh bayu tersebut, amanda pun menoleh lalu berdecak marah, bahkan sangat marah.

"Lah siapa anda ngatur-ngatur saya? Dan saya ingatkan jangan pernah menyalahkan ibu saya yang sudah tenang disana. Ingat itu bitch" Amanda berteriak didepan wajah wanita tersebut, satu tamparan mendarat tepat dipipinya yang luka, ia meringis sakit tetapi hatinya jauh lebih sakit dari seribu tamparan sekali pun.

"Dasar anak gatau diuntung, udah mending saya nampung kamu disini, dasar gatau terimakasih" geramnya, tangan kiri amanda memegang pipinya dan sudut bibirnya yang berdarah sedangkan satu tanganya mencengkram pegangan tangga yang ada disebelahnya.

"Pantas saja ibu kamu mati muda, dia pasti menyesal telah melahirkanmu didunia ini" lanjutnya membuat Amanda semakin mempererat cengkramanya.

"Harusnya saya yang bilang seperti itu, sepertinya orang tua anda menyesal telah melahirkan anak yang berhati busuk seperti anda" akhirny kata-katanya pun keluar begitu mulus dari mulutnya, wanita paruh baya itu pun melayangkan tanganya keudara dan ingin mendarat kan kearah wajah Amanda, tetapi tanganya dicekal keras oleh Amanda. Dan disaat itu pula suara orang lain pun hadir diantara suasana yang sangat tidak kondusif itu.
"Amandaaa, apa yang kamu lakukan?!" teriak orang tersebut, dan dari suaranya ia tau bahwa itu adalah ayahnya, Amanda pun menghempaskan dengan kasar tangan yang tadi ia cekal.
Wanita paruh baya itu menangis terisak lalu berlari kecil dan memeluk ayahnya. Ayahnya pun mendekap wanita itu berusaha menenangkan dan sesekali mengusap kepalanya lembut itu yang sering ayahnya lakukan kepadanya dulu tidak seperti sekarang yang malah menatapnya tajam dan dingin seakan-akan dapat menusuknya.
'Cih, dasar ular, tangisan mu buaya' cibitnya dalam hati.

Perlahan-lahan ayahnya amanda melepaskan pelukanya dari wanita itu yang mulai sedikit tenang ia mendudukanya disofa yang nyaman dan empuk lalu menghampiri Amanda yang masih berdiri didekat anak tangga.

"Manda jawab apa yang telah kamu lakukan kepada ibumu?" tanyanya dengan suara yang meninggi. Amanda tidak menggubis sama sekali ia malah memalinhkan muka dari tatapan ayahnya itu.
"JAWAB!!" teriak ayahnya tepat didepan wajah Amanda dan itu membuat ia tersentak, ayahnya memang benar-benar sudah berubah ia bukan ayahnya yang dulu, ayahnya yang selalu mengayomi, mendidik, mengajarinya dengan lembut dan penuh dengan kesabaran tetapi saat ini?, Amanda tersenyum miris lalu melirik kearah wanita yang saat ini sedang tersenyum licik. Amanda pun pergi meninggalkan ayahnya yang saat ini sedang marah besar kepadanya ia menuju ke garasi dan menyalahkan motornya lalu meninggalkan rumah tanpa sempat mengganti pakaian sekolahnya. Ayahnya sempat mengejarnya sampai pagar rumah lalu berteriak kepadanya.
"Mandaa mau kemana kamu?!''teriak ayahnya dari dalam pagar sedangkan Amanda menghiraukan panggilan ayahnya ia melajukan motornya dengan kecepatan tinggi.

Pikiranya kacau terutama hatinya saat ini, ia merindukan kebahagiaan nya, ia merindukan kasih sayang ayahnya, ia merindukan hidup damainya, yang ia rasakan dulu sebelum wanita itu datang dan menghancurkan semuanya, ia ingin sekali memekuk ibunya, ia ingin sekali bercerita tentang kehidupannya yang menyakitkan ini kepada ibunya. bahkan kalau ia bisa ia ingin sekali ikut bersama ibunya dialam sana. Ia benci akan hidupnya sekarang, ia benci karna harus kehilangan kasih sayang ayah tercintanya, ia sangat benci karna harus ditinggalkan untuk selamanya oleh ibunya, ia teramat sngat benci karna harus ada wanita itu dikehidupanya.

Saat ini Amanda berada disebuah TPU dimana ibunya disemayamkan. Ia berjalan menelusuri tpu yang terawat dan sangat bersih sampai matanya tertuju pada sebuah batu nisan yang terbuat dari marmer berwarna hitam dan disisi atas dan bawah kuburanya terdapat pohon kemboja yang mulai meninggi, ia berjongkok dihadapan nisan tersebut dan tanpa terasa tetesan air mata membasahi wajah nya, dan sedetik kemudian tangisanya pecah, tubuhnya bergetar, suara isakan pun mulai terdengar.
"Bu, manda cape bu, manda pingin sama ibu, manda pingin dipeluk ibu, manda pingin ayah sadar akan semuanya bu"suaranya berhenti sejenak lalu ia pun menghembuskan nafasnya agar lebih teratur akibat isakan tangisnya.
"manda kangen bu saat ayah manggil manda dengan sebutan sayang, manda kangen saat ayah peluk manda, manda kangen saat ayah menghapus air mata manda, tapi sekarang? Ayah udah ga perduli lagi sama manda, ayah selalu mementingkan wanita licik itu bu, ayah selalu mengacuhkan manda, manda cape bu, manda pingin pergi sejauh mungkin manda pingin melepaskan beban yang mulai ga bisa manda tanggung lagi bu."air mata terus mengalir dari sudut matanya, isakan makin terdengar jelas.

"ibu curang, masa ibu pergi duluan kesana tanpa ngajak manda, jadi manda disini harus nanggung beban yang manda sendiri ga bisa pikul lagi bu" ia pun tersenyum miris lalu mengusap wajahnya yang berlinang air mata dengan kasar.

'Gue kuat, gue harus bikin tuh wanita ular pergi dari kehidupan gue dan ayah gue, demi ibu, ya demi ibu' ia menyemangati dirinya sendiri.

Amanda mengusap nisan ibunya sekali lagi lalu mencium batu tersebut yang bertulisan nama ibunya.
"Manda pamit ya bu, manda akan menolong ayah dari wanita itu, manda janji, ini semua demi ibu" ucapnya lalu bangkit dari posisi jongkoknya, ia pun menuju ke motornya lalu menaikinya serta menjalankannya, teyapi ia tidak pulang hari ini, ia malah pergi kerumah bi Asih untuk menginap beberapa hari disana agar ia bisa menenangkan dirinya terlebih dahulu. Bi Asih adalah pembantu kepercayaan ibunya dulu, ia telah bekerja selama 20 tahun dirumanhnya tetapi sekarang tidak karna ia telah dipecat oleh wanita yang disebut ular oleh Amanda.
Baginya, walaupun rumah bi Asih jauh berkali-kali lipat dari rumahnya, tetapi ia malah menganggap ini lah rumahnya, bukan rumah megah itu, rumah megah itu bagaikan neraka untuknya terutama ada wanita itu yang tinggal didalam nya.

Tok tok tok.

Amanda mengetuk pintu yanyg mulai terlihat kusam ini.
Tak beberapa lama seorang wanita tua keluar dari dalam dan membukakan pintu, lagi dan lagi Amanda meneteskan air mata setelah melihat wanita tua itu.
"Manda kamu kenapa neng?" ucap wanita tua itu, tak lain dan tak bukan ialah bi Asih, tanpa menjawab pertanyaan nya Amanda malah menghambur kepelukan bi Asih, ia memeluk erat tubuh bi Asih sangat erat bahkan tangisnya pecaah sepecah-pecahnya saat itu juga.
Tanpa menunggu jawaban anak itu bi Asih sudah paham kenapa gadis ini menangis sejadi-jadinya, bi Asih pun membawa Amanda yang masih menangis kedalam rumahnya dan berusaha untuk menenangkan nya seraya menyuruh Amanda duduk disofa yang tidak senyaman serta seempuk yang berada dirumahnya. Dan Amanda pun menginap di rumah orang satu-satunya yang dapat mengerti dan mampu menolong ia dari segala kesusahan seperti sekarang ini.

~~~~

08 Desember 2015
By:elissetiawati

Vote and coment oke

To be continue

Bad Girl And Cool BoyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang