Chapter 1 : Niall To New York

110 11 2
                                    

Niall POV

"Niall, sudah siap?" seru ibuku dari dapur. "Hampir bu," jawabku. Sebentar lagi aku akan pindah ke New York, tinggal bersama kakakku, Greg Horan. Kakakku kuliah disana, dan kami berencana menyusulnya. Aku sama sekali tidak keberatan akan mengulang kuliah dari semester 1 lagi, karena di New York aku bisa bersenang - senang dengan kakakku. Sekarang memang aku hanya bisa bertemu kakakku setiap setahun sekali, karena kakakku baru pulang setahun sekali. Kalau berkunjung ke London pun hanya menginap seminggu atau dua minggu, lalu berangkat ke New York lagi. Aku tau, kakakku memang sangat sibuk jauh disana. Tapi begitu senangnya bila bisa bertemunya setiap hari!

15 menit kemudian...

"Ayo! Semuanya sudah siap? Yuk, semuanya berangkat, kita akan segera bertemu Greg," kata ayahku. Aku dan ibuku segera naik ke mobil. Ayah mengebut, ya nggak ngebut ngebut banget sih, tapi ayahku juga sepertinya sangat antusias akan bertemu anak sulungnya itu.

5 menit kemudian...

Kita sampai di bandara. Kita segera check - in, lalu duduk di ruang tunggu. Seperti biasa, kalau sedang menunggu di bandara, aku akan bersantai dengan HPku. Ya, kalian benar, aku sedang wifi - an, menikmati wifi yang ada di bandara. Nonton youtube lah, buka internet, instagram, twitter, tumblr, dan lain - lain. Aku juga skype - an dulu sama kakakku, memberi kabar bahwa aku beserta ayah dan ibu sudah berada di bandara.

1 jam 30 menit kemudian...

Tiba - tiba terdengar suara bel, disusul suara seseorang, "Perhatian perhatian, pesawat DrillAir telah mendarat. Penumpang DrillAir dengan nomor keberangkatan XG - H123T diharapkan untuk segera mempersiapkan diri." Lalu terdengar bel seperti tadi lagi. Ayah dan ibu pun memperingatkanku untuk bersiap - siap.

5 menit kemudian...

Kembali terdengar bel dan suara, "Penumpang pesawat DrillAir dengan nomor keberangkatan XG - H123T bisa masuk kedalam pesawat melalui pintu 1." "Ayo Niall, jangan sampai kita ketinggalan," kata ayahku yang bernama Bobby Horan sambil menyeretku. Akhirnya aku, ayah dan ibuku pun sudah ada di dalam pesawat.

7 jam kemudian...

"Hei Niall! Ayo bangun! Kita sudah sampai di New York," sebuah suara yang sangat familiar ini muncul di telingaku. Tapi aku malas bangun. Aku sedang bermimpi bahwa aku sedang bermain basket dengan kakakku. Sungguh sayang kalau aku bangun, mimpi ini akan selesai.

Tapi tunggu dulu! Setelah ini kan aku akan bertemu kakakku, jadi tidak ada masalah. Aku segera bangun. Ternyata yang bicara tadi adalah ayahku, Bobby Horan. "Ayo Niall, cepat turun! Nanti keburu penumpang berikutnya naik dan kita tidak bisa turun, sehingga terbawa penerbangan selanjutnya," ayahku terkikik. Ya, memang lucu! Mana mungkin kami akan terbawa dalam penerbangan selanjutnya? Para pramugari kan pasti memastikan dulu bahwa semua orang sudah pergi, sebelum mempersilahkan penumpang berikutnya masuk.

Lupakan! Kakak! Kakak! Kakak! Kakak! Aku akan segera memelukmu kak! Dan begitu aku keluar pesawat, aku memandang pemandangan yang terlihat dari situ dan wow! Sungguh indahnya New York ini! London masih kalah jauh dengan New York. Terlihat pegunungan - pegunungan yang tinggi. Tapi banyak juga mobil dan motornya. Huh, sama saja kalau begitu! Polusi! Aku tak suka! Apalagi polisi, eh salah, polusi udara bikin sesak nafas.

Baiklah, lupakan! Kak Greg! Aku datang! Kak! Aku sayang kakak!

Jangan lupa tinggalkan jejak disini!

Mr Horan and Mr CurryTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang