Chapter 6 : The Next Game

37 1 0
                                    

"Kalian ini bagaimana sih? Tadi katanya tidak keberatan kalau mereka ikut? Buktinya apa? Kalian sama sekali tidak mengoper pada mereka berdua! Apa - apaan ini?!" seru seseorang pada para pemain tim. "Siapa itu, Coach Steve?" tanya Niall. "Oh, itu pelatih satunya, namanya Luke Walton. Kalian panggil saja Coach Luke. Entahlah apa yang sedang dia bicarakan," kata Coach Steve.

Niall tidak mau membuang waktu hanya untuk menonton acara orang membentak - bentak pemainnya. Dia membuka tasnya, mengambil bola basket yang dibawanya, lalu membawanya ke tengah lapangan yang kosong. Waktu luang ini dipakai Niall untuk bermain basket, biarpun sendirian, tapi dia sangat senang. Dia mendribel - dribel bola, menembakkan bola ke keranjang juga. Jarang yang masuk, tapi itu bukan masalah baginya. Bagi Niall, itu semua merupakan refreshing.

"Ngomong - ngomong, biasanya kalau hari Sabtu aku kesini, kalian tidak ada disini," kata Greg pada Coach Steve. "Memang. Kami biasanya berlatih di Oakland, bukan di New York. Tapi entahlah ada apa, tiba - tiba kami diusir dari sana. Jadi, kami pindah ke New York. Ini memang hari pertama kami berlatih disini. Ngomong - ngomong juga, kami tidak keberatan bila setiap Sabtu kamu dan adikmu itu datang untuk bermain dengan kami disini. Hitung - hitung kenalan dengan orang baru," kata Coach Steve.

Di sisi lain...

Para pemain sedang dibentak - bentak oleh Coach Luke. Ternyata perihalnya adalah karena mereka tidak mau mengoper pada Greg dan Niall. Biarpun hal kecil, rupanya Coach Luke memang orang yang tegas soal pertemanan dan persahabatan. Dia memarahi pemainnya karena awalnya berkata tidak keberatan tapi lalu tidak satupun mau mengoper. Tiba - tiba seorang pemain berkata, "Maaf Coach Luke, kami tidak mengoper. Tapi tadi saya sudah berniat..." "Cukup! Berani kau membantah! Pada game selanjutnya, kalian harus mau mengoper pada pendatang baru kita itu, biarpun hanya satu dari kalian yang melakukannya," kata Coach Luke.

5 menit kemudian...

Priiiit....

Game berikutnya dimulai. Pemain dari tim Niall dan Greg dulu yang mendapat bola. Tanpa pikir panjang, orang yang mendapat bola itu langsung melakukan operan ke belakang, kepada Niall. Operan itu juga no look pass, artinya mengoper tanpa melihat kemana dia mengoper. Hebat sekali, pikir Niall. Dia sudah menerima bolanya. Sekarang Niall mencoba melakukan fast break ke area pertahanan lawan, tapi banyak yang menghalanginya, dia tidak bisa maju lagi. Greg juga dikawal, sehingga Niall tidak bisa mengoper. Pemain lainnya pun dijaga. Niall bingung harus melakukan apa. Kalau dia begitu terus, dia akan melakukan pelanggaran, karena sudah mendribel bola sendiri selama 10 detik. Namun dia bingung juga apa yang harus dilakukannya.

Tiba - tiba terdengar, "Hei anak muda! Jangan ragu! Oper saja kesini! Cepat!" Rupanya itu adalah orang yang mengoper bola ke Niall tadi. Dia sedang dijaga oleh seorang lawan, tapi Niall memercayainya. Dia mengoper ke orang itu. Orang itu pun menunduk, menerima bola, maju beberapa langkah, lalu mengoper lagi ke Niall sambil berteriak, "Tembak bolanya!" Niall mau menerima bola, bersaing dengan seorang pemain lawan di udara. Niall sidah hampir mendapatkan bolanya, tapi tersenggol oleh pemain lawan itu. Lawan itu berbadan besar, sedangkan Niall berbadan kecil. Sehingga Niall pun terdorong jatuh ke lantai.

Niall jatuh tengkurap di atas lantai. Peluit dibunyikan, permainan dihentikan. Niall tetap diam disitu, tidak bergerak. Semuanya kaget. Greg langsung menhampiri Niall, takut kalau dia kenapa - kenapa.

Mr Horan and Mr CurryTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang