Summer Models

77 7 4
                                        

Chapter 7 : Summer Models

Ruangan luas yang terdapat meja kaca dan kursi itu sunyi. Udara dingin dari air conditioner yang menyala menyeruak di ruangan. Suara ketukan sepatu terdengar beberapa kali. Semula pelan dan lama kelamaan terdengar seperti tak sabaran. Suara detik jam dinding mengiringi menciptakan orkestra sederhana.

Decakan kesal keluar dari bibir manis seseorang di ruangan itu. Matanya melirik jam dinding, sesekali ke jam tangannya. Bisa dipastikan angka yang ditunjuk sama saja. Matanya melirik ke arah lain, pintu. Bolak balik matanya melirik jam dan pintu dan berakhir dengan hentakan kaki yang cukup keras.

"Tenanglah, Hanazono. Mereka sedikit terlambat." Ucap Tuan Louis.

"1 jam lebih kau bilang sedikit?" Tanyanya sinis.

Perasaan canggung menguasai mereka. Miyuki tak bisa diajak bicara meski hanya tanya jawab, suasana hatinya sedang tidak bagus, bad mood istilahnya. Ketukan pintu terdengar dari luar. Seorang wanita dengan setelan kerjanya masuk kemudian membungkuk memberi hormat Tuan Louis. Sesaat setelahnya masuklah seorang pria tambun dan seorang pemuda dengan kamera mahalnya. Miyuki menatap sekilas lalu mendecih tak suka dan memalingkan wajah.

"Maaf, kami terlambat. Ada sedikit masalah di perjalanan." Ucap Tuan Carl membungkuk.

"Ucapkan pada gadis tak sabaran disana." Balas Tuan Louis seraya menunjuk Miyuki.

Tuan Carl tersenyum menanggapi. Dia menghampiri Miyuki yang masih memalingkan wajah. Raut kesal jelas terlihat di wajah oriental itu. Tangan yang dilipat di dada semakin menegaskannya.

Puncak kepalanya terasa ditepuk pelan. Reflek menoleh dan mendapati Tuan Carl. Masih kesal, Miyuki belum bisa menghilangkannya. Menunggu itu membosankan dan dia benci menunggu. Menunggu selama setengah jam masih bisa ditolerir, tetapi ini sudah 1 jam menunggu tanpa kabar apapun sebelumnya.

"Ayo, Hanazono. Kita berangkat." Ajak Tuan Carl.

"Kemana?" Tanya Miyuki ketus.

"Astaga, apa kekesalanmu membuatmu lupa?" Tanya Tuan Carl tenang.

"Seharusnya sudah dari sejam yang lalu. Ini sudah terlambat, Tuan. Time is over." Ucapnya sinis.

Tuan Carl terkekeh pelan, tak menyangka gadis ini sangat kekanakan. Kelakuannya seperti balita yang merajuk minta dibelikan mainan.

"Maaf, Nona. Aku tak bermaksud menunda selama ini." Miyuki tak tertarik mendengarkan kalimat alasan Tuan Carl. Tuan Carl menghela napas, "Bagaimana kalau ke butik setelah pemotretan? Anggap saja sebagai hadiah." Bujuk Tuan Carl.

Miyuki mengerutkan dahi, menimbang ajakan untuk pergi ke butik. Dia tertarik dengan ajakan itu, mengingat dirinya penggila fashion. Hei jangan samakan dia dengan penggila belanja alias shopaholic.

"Janji?" Miyuki mengulurkan jari kelingkingnya. Tuan Carl membalas dan menautkan jari kelingkingnya dengan Miyuki. "Janji."

Perjalanan ke lokasi memakan waktu sekitar 15 menit. Udara yang panas dan menyengat menembus kaca mobil. Suhu AC ditingkatkan untuk mengurangi hawa panas. Empat orang di dalam mobil mengibaskan tangannya, mengipasi diri sendiri. Peluh pun mengalir di pelipis mereka. AC benar-benar tak membantu, udara di dalam semakin pengap.

Mobil berhenti melaju di sebuah tempat yang sepi. Mereka turun dan tampaklah sebuah hamparan pasir putih dengan birunya air asin. Tekstur halus terasa di telapak kaki mungilnya. Diambilnya sebuah topi lebar dan kacamata hitam menghindari sengatan terik matahari. Kakinya bergerak cepat menuju pinggiran pantai.

Miyuki menikmati angin yang berhembus dari laut. Matanya terpejam dan tangannya direntangkan untuk lebih menikmati. Ini benar-benar waktu yang pas. Musim panas bermain di pantai, ah salah, Miyuki disini untuk bekerja.

I Will be YoursTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang