Cover Girl

64 4 0
                                        

Chapter 8 : Cover Girl

Sebuah suara bergetar nyaring. Suara yang memekakkan telinga bagi banyak orang. Tangan yang keluar dari selimut mendekati benda menyebalkan itu. Sebuah tombol di samping benda kotak itu ditekan. Seketika benda itu terdiam dan berhenti menganggu orang.

Selimut tebal itu tersibak. Seorang gadis remaja keluar dari persembunyian selimutnya. Tubuhnya menggeliat dan tangannya menggosok kedua matanya yang masih terpejam. Matanya terbuka dan melihat angka yang tertera di benda kotak menyebalkan itu. Sontak bola matanya melebar dan segera turun dari ranjangnya.

"Astaga, aku terlambat."

Kegiatan sehari-hari saat pagi dilakukannya dengan cepat. Rambut panjangnya disisir dengan kasar mengakibatkan beberapa helai rambutnya jatuh bebas ke lantai. Tas sekolahnya disambar dan bergegas pergi ke halte. Tak ada waktu untuk sarapan. Jika ibunya tahu sudah pasti ibunya akan menceramahi dirinya.

Waktu selisih satu menit begitu memasuki gerbang sekolah. Ia berlari menuju kelasnya. Koridor utama tampak sepi, hanya terlihat beberapa murid. Mereka sudah memasuki kelas masing-masing saat bel masuk berbunyi. Pintu kelasnya dibuka dengan cepat dan semua pandangan mengarah kepadanya.

"Maaf, aku terlambat. Apa guru sudah masuk?"

Gelengan kepala menjadi jawaban dari pertanyaan Miyuki. Ia menghembuskan napas lega. Miyuki berjalan menuju tempat duduknya yang berada di barisan ketiga dari kiri nomor empat. Terdapat 20 tempat duduk yang disusun menjadi 4 baris. Setiap tempat duduk diisi oleh satu orang. Itu artinya satu kelas hanya terdapat 20 orang murid. Bukan hanya di kelas ini, semua kelas di sekolah ini menerapkan sistem itu.

"Tumben kau berangkat sesiang ini. Biasanya kau akan sampai disini saat kelas baru diisi beberapa orang." Sindir seseorang di belakangnya.

Miyuki menoleh ke belakang dan mendapati wajah cantik dengan senyum meremehkan. Gadis itu mengangkat sebelah alisnya menambah kesan angkuh di wajah yang ditampilkannya.

"Dan tumben sekali kau berangkat mendahuluiku." Balas Miyuki menyindir.

Gadia itu merengut kesal. Sindiran dibalas sindiran, ia tak menyukainya. Ia merasa kalah jika menyindir gadis ramah tetapi bermulut tajam ini.

"Hey aku hanya bencanda. Kau membalasnya dengan kejam sekali." Rutuk gadis itu.

"Aku tahu, dan aku tadi membalas candaanmu, Nona Albert."

Gadis itu mendengus mendengar Miyuki mengucapkan namanya dengan sedikit tekanan. Nona Albert, ia tak pernah menyukai panggilan macam itu. Albert terdengar seperti laki-laki. Gadis itu menginginkan orang memanggilnya dengan nama depannya walaupun baru mengenal. Nama depannya terdengar lebih feminim.

"Panggil aku Sasha, Miyuki. Aku tak pernah suka panggilan itu."

"Baiklah. Aku juga tak suka dengan nama Albert-mu itu, sulit diucapkan olehku." Ucap Miyuki datar.

Pintu kelas dibuka dari luar. Masuklah seorang wanita yang sudah tak asing bagi penghuni kelas itu. Mrs. Diana, seorang guru yang mengajarkan tentang modelling dan fashion di kelas itu. Perawakannya tinggi dengan tubuh langsing. Wajahnya masih terlihat muda di usianya yang sudah pertengahan kepala tiga. Orang yang baru melihatnya tidak akan percaya jika dia sudah menikah dan memiliki seorang anak.

Mrs. Diana masuk dengan membawa sebuah majalah di tangannya. Mrs. Diana memang biasa membawa majalah, tetapi disertai membawa sebuah tempat pensil. Pagi ini dia hanya membawa sebuah majalah yang kelihatannya edisi terbaru. Murid penghuni kelas dibuat penasaran oleh gurunya tersebut.

"Bonjour." Sapa Mrs. Diana.

"Bonjour, Madame." Balas seluruh murid.

"Aku membawa sebuah majalah, edisi terbaru. Sudah melihatnya?"

I Will be YoursTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang