Chapter 3 : First Day
Setelan seragam yang berada di gantungan baju terletak rapi di ranjang. Seragam yang terdiri dari kemeja putih lengan pendek dibalut rompi ungu lavender dan rok lipit 5 cm diatas lutut bermotif kotak-kotak berwarna ungu tua dipadu warna hitam, tidak lupa dengan dasi pita yang selaras dengan warna roknya.
Miyuki mulai mengenakan seragamnya. Setelah itu memakai kaos kaki putih panjang dan sepatu pantofel. Miyuki menyisir rambutnya dan anak rambut ke belakang telinganya dan dihiasi dengan pita. Miyuki bersiap berangkat ke sekolah.
Suasana di halte masih sepi, memang hari masih sangat pagi. Miyuki sengaja berangkat pagi agar bisa punya banyak waktu untuk keliling sekolah artistiknya. Bus berhenti di halte, Miyuki naik dan membayar ongkos. Dia memilih duduk di kursi paling belakanh dekat jendela. Miyuki mendengarkan musik di ponselnya dengan headset.
"Bonjour." sapa seseorang di samping Miyuki. Miyuki melepaskan headsetnya.
"Hai." sapa Miyuki singkat. Seorang pemuda di sebelahnya tersenyum.
"Namamu?" tanya pemuda itu.
"Miyuki." jawab Miyuki seadanya.
"Art School?" Miyuki mengernyitkan alisnya mendengar kata yang diucapkan pemuda di sebelahnya. Pandangannya mengarah pada seragam yang dikenakannya. Seragam Art School! Pantas saja, tetapi seragam dibalut jas ungu lavender dan celana hitam panjang.
"Kau sendiri?" tanya Miyuki ambigu.
"Sama denganmu." ujar pemuda itu.
"Nama?" tanya Miyuki sekali lagi.
"Oh, Matthew Jo." sahut pemuda itu disertai senyum manis.
Bus berhenti merangkak. Miyuki berdiri dan berjalan keluar bus diikuti si pem- ah Matthew. Mereka berdua berjalan beriringan dan saat di lobi mereka berpisah.
"Sampai jumpa, Miyuki. Aku ada di kelas musik." kata Matthew. Miyuki mengangguk dan melanjutkan jalannya.
**
Itano menyandarkan kepalanya di meja, jam pelajaran terakhir tinggal beberapa menit lagi. Sizuku-sensei, guru yang sedang mengajar, mengoceh tanpa henti menceritakan cerita yang begitu memuakkan.
"Dia lebih pantas disebut pendongeng daripada seorang guru sejarah." kesalnya dalam hati sambil menguap lebar.
Ujian kemarin sudah hampir membuat kepalanya pecah, berharap cepat liburan dan bersenang-senang, tetapi pendongeng itu malah meminta seluruh murid angkatan kedua mengikuti pelajaran tambahan khusus mapel ini selama seminggu dengan dalih lebih memahami sejarah. Ah persetan dengan dalih menjijikan itu!
Bel pulang berbunyi. Sorak sorai penghuni kelas 2-4 memenuhi ruangan, Itano segera menyambar tasnya dan berdiri.
"Baiklah, kita lanjutkan besok." kata Sizuku-sensei dan setelahnya keluar dari ruang kelas.
"Akhirnya sesi dongeng sudah selesai." teriak Itano disambut gelak tawa seluruh kelas.
"Yosh. Ayo pulang." teriaknya lagi. Itano berjalan keluar kelas namun langkahnya terhenti.
"Itano ayo kita hangout." ajak salah seorang temannya. Itano menjawab dengan mata berbinar, "Yosh, ayo."
Ramainya kafe tidak mengganggu meja yang penuh dengan empat orang, justru gelak tawa di meja itu menambah ramai.
KAMU SEDANG MEMBACA
I Will be Yours
РомантикаMenjadi seorang model adalah impiannya dan Paris akan menjadi kota yang mewujudkannya. Dalam perjalanannya menjadi seorang model, dia bertemu dengan seorang penguasaha muda yang umurnya tak jauh beda darinya. Pertemuan mereka berakibat tumbuhnya per...