Art School Academy

131 13 0
                                    

Chapter 2 : Art School Academy

Miyuki baru saja sampai di Bandara Internasional Charles de Gaulle Prancis. Miyuki berjalan menyeret kopernya dan membawa tasnya. Miyuki berjalan dengan cepat keluar bandara, ingin segera sampai di apartemen yang telah dipilihkan ayahnya untuk segera tidur dan istirahat. Berjam-jam duduk didalam pesawat membuat seluruh tubuhnya pegal dan ototnya kaku. Terlihat sebuah taksi akan melintas menuju bandara, buru-buru Miyuki melambaikan tangannya bermaksud menghentikan laju taksi. Taksi berhenti tepat di depannya, dibukanya pintu penumpang di belakang dan taksi pun meluncur meninggalkan wilayah bandara.

"Kemana tujuan Anda, Nona?" tanya supir taksi dalam Bahasa Prancis.

"Ke alamat ini, please!" Miyuki menyerahkan secarik kertas bertuliskan alamat apartemennya.

Taksi meluncur dengan kecepatan tinggi, bahkan bisa disebut ngebut. Miyuki tidak mempermasalahkannya, dia sudah terlalu lelah bahkan untuk sekedar mengeluarkan ekspresi ketakutan. Miyuki tanpa sadar terlelap sambil menyandarkan tubuhnya di jok kursi yang didudukinya, sampai akhirnya supir itu membangunkannya.

"Nona, nona, bangunlah." Miyuki merasakan tubuhnya diguncang pelan, dia membuka matanya yang masih mengantuk.

"Apa sudah sampai, Paman?" tanya Miyuki dengan suara lirih khas orang baru bangun tidur.

Supir itu hanya menganggukkan kepalanya tanda mengiyakan pertanyaan Miyuki. Miyuki mengucapkan terima kasih dalam Bahasa Jepang, tapi cepat-cepat disadarinya karena saat ini dia sedang ada di Prancis. Miyuki membayar argo taksi dan segera masuk ke gedung apartemennya, beuntung ayahnya sudah mengurus segala keperluan dirinya di Prancis. Oh baik hati sekali ayahnya!

Miyuki memasuki lift dan menekan tombol angka 7, dentingan lift terdengar dan sampailah di depan apartemennya. Dimasukkannya kunci, mengatur kata sandi dan mengonfirmasinya, dan akhirnya terbuka. Koper ungunya diseret masuk ke dalam, membuka pintu kamar dan segera merebahkan tubuhnya ke kasur empuk berukuran queen size. Koper dan tasnya dibiarkan tergeletak secara mengenaskan. Belum sampai 5 menit, Miyuki sudah kembali terlelap menuju alam khayalan.
.
.
.
Mobil sedan itu meluncur memecah jalanan di jalanan yang ramai. Mobil itu melaju dengan cepat, seakan ingin buru-buru sampai di tujuan. Seseorang di balik kemudi melirik jam tangannya, dan setelahnya kecepatan mobil itu bertambah.

Mobil itu memasuki garasi, seorang pemuda keluar dari mobil kemudian menekan tombol alarm. Dia berlari-lari kecil memasuki rumah mewah itu.

"Tadaima," ucap pemuda itu dengan lantang. "Otousan, okaasan, menungguku?"

"Ya, menunggu telepon juga." jawab ibunya dengan menggenggam ponsel di tangannya.

"Miyuki belum menelepon?"

Ibunya hanya mengangguk, "Kaasan khawatir dengannya."

"Daijoubu, Kaasan. Miyuki pasti akan menghubungi kita." Ozaki duduk di sebelah ibunya sembari mengelus punggungnya untuk menenangkannya.
.
.
.
Mentari pagi telah keluar dari persembunyiannya, sinarnya menerobos laca jendela yang berada di kamar itu, bermaksud agar si empunya kamar segera bangun dan menjalankan aktivitasnya. Miyuki menggeliatkan tubuhnya, matanya mengerjap untuk membiasakan cahaya matahari yang masuk ke dalam kamarnya. Dilihatnya jam dinding, sudah pukul 8. Segera saja dia bangun dan mengambil handuk kemudian melesat ke kamar mandi.

Miyuki mengecek ponselnya, sudah pukul 9 waktu Prancis. Jarinya menekan tombol di ponselnya dan mendekatkannya di telinga, terdengar nada sambung dan setelahnya terdengar suara seorang wanita.

I Will be YoursTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang