Zahra terbaring lemas di atas tempat tidur di ruang UKS. Matanya masih tertutup rapat, di pipi kirinya terdapat tanda merah yang kebiru-biruan akibat insiden tamparan Abyan yang tak disengaja. Hijabnya masih terpasang rapi, tadi Gina sempat membenarkannya saat Abyan izin ke toilet sebentar.
Gina dan Abyan sama-sama diam di dalam ruang UKS. Tidak ada percakapan diantara mereka. Sesekali Gina melirik Abyan yang menyeka darah segar yang masih keluar dari pelipis matanya. Gina bergidik ngeri, pasti rasanya sakit, batinnya.
Abyan duduk kursi plastik di sisi kiri Zahra, sedangkan Gina duduk di kursi plastik di sisi yang berlawanan dengan Abyan. Gina memperhatikan Abyan yang sedang sibuk memainkan telepon genggamnya sambil sesekali mengusap pelan pelipisnya yang luka.
"Lo nggak pulang?" Abyan menoleh pada Gina.
Gina gelagapan takut-takut Abyan memergokinya memperhatikannya diam-diam.
"Hm nggak. Gue nungguin Zahra. Lo pulang aja." Jawaban Gina terkesan jutek.
"Lo aja yang pulang duluan. Biar cewek ini gue yang jagain." Abyan kembali fokus pada telepon genggamnya.
"Gue aja."
"Lo yakin mau pulang sore?" Abyan menaikkan salah satu alisnya.
Tadinya Gina memang berniat untuk menemani Zahra hingga cewek itu tersadar. Tapi, mendengar ucapan Abyan, ia jadi teringat janjinya dengan Nico, pacarnya yang akan menjemputnya.
Gina menepuk dahinya cukup keras. "Duh!"
Abyan kaget mendengar bunyi tepukan dahi Gina, lalu ia mengerutkan keningnya melihat Gina yang gusar.
"Kenapa?" Tanya Abyan.
Gina ragu-ragu ingin menjawab.
"Lo mau pulang?"
Tiba-tiba telepon genggam Gina berdering, tanda ada panggilan masuk. Gina melirik Abyan sekilas, dan ternyata Abyan juga menatapnya.
Gina menyentuh tanda terima telepon. "Hallo?"
"Kamu dimana? Aku udah tunggu kamu daritadi di depan sekolah kamu."
"Oh iya iya sebentar ya."
"Cepet ya!"
"Iya sayang." Klik, Gina memutuskan hubungan teleponnya. Gawat! Nico sudah menunggu di depan sekolah. Pasti Nico akan marah-marah karena menunggunya terlalu lama.
"Yaudah sana lo pulang aja. Cewek ini jadi tanggung jawab gue." Abyan memasukkan telepon genggamnya ke dalam saku celananya.
"Cewek ini punya nama! Zahra namanya! Awas lo ya kalo macem-macem sama dia! Gue abisin lo!" Gina menjawabnya dengan ancaman.
"Lo pikir gue bakal ngapain dia?"
"Sialnya gue harus pulang sekarang. Tapi inget! Kalo sampe gue tau lo lakuin hal macem-macem sama dia, lo bakal kreeekk!" Gina menarik jari telunjuknya di leher secara horizontal.
"Kalo lo bilang gitu, gue jadi mau macem-macemin dia." Abyan menyunggingkan senyum liciknya.
Gina bangkit dari kursinya. "Gue cekek lo!" Sambil mengayunkan tas ranselnya yang penuh dengan buku-buku tebal ke punggung Abyan.
Abyan meringis kesakitan, melihat Gina yang keluar dari ruang UKS sambil mengenakan kembali tas ranselnya.
Kini pandangannya tertuju pada Zahra yang masih menutup matanya. Ia mengamati wajah cewek itu dari jarak yang tak terlalu dekat. Takut-takut Gina kembali lagi ke UKS dan memergokinya memperhatikan Zahra dari jarak dekat.
KAMU SEDANG MEMBACA
Zahra & Abyan
Spiritual(Uncompleted story) PUBLISHED Warning! Cerita di Privat karena mirror web, harap follow terlebih dahulu untuk membaca :) "Aku nggak pacaran." "Kenapa? Masih belum move on dari mantan?" Zahra tersenyum, lalu menggeleng lagi. "Nggak boleh pacaran...