Lima

36.4K 2.2K 12
                                    

"Apa? Makalah tentang rokok?" Donny mengerutkan keningnya.

"Trus lo mau aja gitu Byan?" Fajar menghembuskan asap rokoknya.

Mereka sedang asik nongkrong di toilet belakang sekolah yang sepi. Biasanya kalau mereka sudah tak tahan lagi untuk merokok, mereka memilih toilet ini untuk markas mereka. Walaupun tempatnya kotor dan jorok, tapi mereka tetap menghargainya sebagai satu-satunya tempat aman untuk merokok.

"Mau gimana lagi? Lo kan tau sendiri bu Dewi itu gimana?" Abyan mengeluarkan asap rokoknya dari hidung.

"Gimana caranya lo kerjain makalah itu Byan sementara lo ngerjain PR 2 soal aja males?" Gilang menambahkan, namun sayangnya ia mendapatkan pukulan halus oleh Abyan tepat di atas kepalanya.

"Sial lo!" Abyan mendengus. "Gue punya ide, lo tau Zahra?" Abyan menatap teman-temannya satu per satu.

"Zahra?" Donny berusaha mengingat-ingat sambil menopang dagunya.

"Zahra? Oh neng Zahra yang gue ajak kenalan di kantin?" Fajar berbinar-binar mendengar nama Zahra.

"Oh cewek aneh itu?" Gilang menghembuskan asap rokoknya lagi ke udara. Lagi-lagi ia mendapatkan pukulan dari Abyan di atas kepalanya. "Duh kenapa gue mulu sih yang kena pukul?!" Gilang komentar sambil mengusap-usap kepalanya yang sakit.

"Gue akan minta dia untuk bantuin gue kerjain makalah itu. Gimana menurut kalian?" Abyan melemparkan puntung rokoknya yang sudah memendek ke tanah.

"Cewek alim itu mau lo manfaatin juga Byan?" Fajar menaikkan alisnya.

Abyan menggeleng. "Bukan, gue nggak manfaatin dia. Gue justru mau minta tolong sama dia untuk bantuin gue. Beda kan?" Abyan masih bersandar di dinding toilet dengan kedua tangannya yang dimasukkan kedalam saku celananya.

"Emang lo yakin dia mau bantuin orang yang udah nampar dia?" Gilang menghembuskan asap rokoknya ke udara. Mereka seperti kereta api yang tak berhenti mengeluarkan asap.

Abyan menatap Gilang marah, dan mencengkram kerah kemeja Gilang dengan kasar. "Mau lo tuh apa sih? Mau ribut sama gue? Ayo?!" Abyan mengambil ancang-ancang untuk menonjok Gilang.

Gilang terkejut. Rokok yang ada di tangannya terjatuh saat Abyan menarik kerah kemejanya.

"Bro bro bro! Santai bro kita obrolin baik-baik." Donny berusaha melerai. Melepaskan cengkraman tangan Abyan yang kuat.

"Santai santai." Fajar ikut menengahi mereka. Membuat jarak antara Abyan dan juga Gilang.

Abyan menunduk sambil mengusap wajahnya dengan kasar.

"Lo juga Lang! Omongan lo dari tadi nggak ada bagus-bagusnya." Fajar melirik Gilang.

"Iya sorry. Gue nggak bermaksud untuk bikin lo marah Byan, gue cuma mau lo berpikir realistis. Zaman sekarang mana ada cewek yang mau bantuin orang yang udah nyakitin dia? Ya kalaupun ada bisa 1 banding 10.000 alias limited! Cewek itu pendendam bro!" Gilang angkat bicara.

"Ok, kita liat aja nanti." Abyan menatap Gilang tanpa ekspresi apa-apa. Sedetik kemudian, ia pergi begitu saja meninggalkan teman-temannya yang bingung akan sikapnya kali ini.

"Doi lagi PMS ya?" Donny menyenggol lengan Fajar sepeninggalnya Abyan.

Fajar mengangkat kedua bahunya bersamaan.

"Yaudah kita liatin aja dia dulu." Fajar menepuk bahu Gilang dan Donny.

Gilang mengangguk, namun merasakan hal yang berbeda dari sahabatnya itu. Entah apa yang sedang terjadi, namun ia merasa jika Abyan sedikit berbeda kali ini.

Zahra & AbyanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang