Tiada yang sulit bagi Allah
Menyatukan yang berjodoh
Menjauhkan yang tak berjodoh...
Semua yang berasal dari Allah
Pasti akan berakhir dengan indah...***___***
"Insya Allah Senja udah punya jawabannya Bu, Senja udah istikharah..." jawab Senja.
"Alhamdulillah kalo gitu ndok... Ibu yakin, kamu sudah bisa menentukan pilihanmu sendiri."
"terimakasih ya Bu, sudah mempercayakan pilihan itu pada Senja." Senja memeluk Ibunya, dan sesekali mencium pipi yang sudah mulai menua dan keriput itu, Ibunya sudah tidak muda lagi.
Mereka melanjutkan acara masak memasak dengan diselingi canda tawa, obrolan yang tidak terlalu penting memang, tapi bisa menjadi sangat berarti karena bersama orang yang tersayang.
Rasanya Senja belum siap melangkah menuju pernikahan, Senja masih ingin terus berbakti dan mengabdi pada kedua orangtuanya. Saat sudah menikah nanti, pengabdian dan bakti seorang istri yang paling utama adalah pada suaminya, orangtua bukan menjadi yang utama lagi. Tapi Senja juga sadar, menikah adalah sunah Rasul dan pelengkap separuh dari agama. Semoga Allah memudahkan setiap langkah kita, aamiin.
________"Tari...mau sampai kapan kita diam-diaman begini?" tanya Senja, selepas shalat isya dikamarnya.
"diam-diaman gimana sih Ja? Perasaan semuanya biasa aja deh." jawab Tari, memandang kearah Senja tanpa menatap matanya.
"aku tau Ri, kamu masih kecewa padaku...tapi kan kamu gak tau apa yang aku katakan pada Fajar kemarin itu, kamu..." ucapan Senja dipotong oleh Tari.
"udah lah Ja, itu urusan kalian, aku gak mau terlalu ikut campur lagi...udah terlalu jauh aku masuk dalam urusan pribadimu...maafkan aku?" Tari baru menatap mata Senja, seraya tulus meminta maaf padanya.
Senja menggenggam kedua tangan Tari, "Ri...terimakasih karena kamu masih berada disampingku saat ini, walaupun aku tau kemarin kamu sangat kecewa padaku. Dan kamu akan lihat apa yang akan aku lakukan dalam rangka kepulanganku ini...tidak ada yang perlu dimaafkan Ri, kamu gak salah...kalo kamu kesal atau marah padaku, tolong tegur aku Ri, tapi jangan pernah tinggalin aku ya?" mata Senja sudah mulai berkaca-kaca.
"iya Ja, insya Allah...dan kamu juga sebaliknya ya?"
Senja menganggukkan kepalanya mantap, menjawab pertanyaan Tari. Setelah itu, mereka berpelukan, seperti teletubies.
________Udara pagi selepas subuh terasa sejuk dan damai, Senja mengajak Tari dan kedua adiknya untuk lari pagi mengelilingi sekitar kampung mereka. Senja dan Seno berlari lebih depan daripada Tari dan Sani, mereka tertinggal cukup jauh.
Akhirnya Senja mengajak Seno untuk berhenti terlebih dahulu menunggu Tari dan Sani. Mereka mencari tempat duduk yang strategis, supaya mudah dilihat kalau Tari dan Sani lewat.Cukup lama mereka menunggu, tapi Tari dan Sani belum terlihat juga. Mereka memutuskan untuk mencari Tari dan Sani dengan berjalan kearah terpisah.
"kak Tari, Sani, kalian koq malah main ayunan? Aku sama kak Senja nungguin dari tadi, kalian gak muncul-muncul, eh malah ada disini." kata Seno yang kesal melihat ulah Tari dan adiknya, sementara mereka, bukannya menjawab, tapi malah tertawa.
"kak Seno kayak cewe aja kalo lagi kesal, hehehe" Sani malah semakin meledek kakaknya, "duduk dulu kak, nanti kak Senja juga pasti kesini...dulu kita kan sering main ditaman ini."
Sebelum bekerja di Jakarta, Senja memang sering membawa adik-adiknya ketaman itu, karena letaknya tidak jauh dari rumah mereka. Entah itu untuk bermain ayunan ataupun hanya sekedar duduk-duduk sambil membaca buku. Saat orangtuanya sibuk, Senja selalu bisa diandalkan untuk menjaga adik-adiknya. Tapi hari ini mungkin Senja lupa untuk mengunjungi taman itu.
__________Ditempat lain, Senja masih terus berjalan mencari Tari dan adik-adiknya. Saat merasa lelah, Senja memilih istirahat dulu sebelum melanjutkan pencarian, mereka juga bukan anak kecil lagi dan mereka tidak mungkin tersesat menuju rumah, pikir Senja. Senja duduk disalah satu bangku didekat perbatasan gang menuju rumahnya. Sebenarnya tidak jauh dari situ juga ada taman yang lumayan besar. Taman tempat dimana Tari dan adik-adiknya menunggunya. Tapi sepertinya Senja sedang lupa dengan taman itu.
Senja duduk sambil memejamkan matanya, merasakan terpaan angin menyapa dirinya, walaupun udaranya tidak sesejuk pagi tadi, tapi masih cukup nyaman untuk menghirup udara segar yang sulit ditemukan ketika dikota."aku kira, kamu udah lupa jalan pulang..." Senja membuka matanya, mendengar ada yang berbicara dengan jarak yang cukup dekat dengan telinganya. "lama tak melihatmu, tidak banyak yang berubah ya?"
"Ilham?" Senja tidak percaya bertemu Ilham disitu, lebih lagi Senja belum siap bertemu dengannya, dan mungkin takkan siap jika masih belum ada penjelasan hubungan diantara mereka.
"iya...gimana kabarmu? Sepertinya baik-baik aja ya." Ilham memang sering memberi pertanyaan yang tidak meminta jawaban dari lawan bicaranya, begitupun saat bersama Senja. "habis lari pagi bukannya pulang malah nyangkut disini...apa ada masalah, hingga kamu perlu waktu untuk sendiri?" Ilham kini duduk dikursi yang sama dengan Senja, dengan jarak yang cukup untuk menjadi pembatas diantara mereka.
"jangan pernah bertanya, jika kamu sendiri mampu menjawabnya!" Senja memalingkan wajahnya pada jalanan, yang tidak terlalu ramai, hanya ada beberapa orang saja yang hilir mudik disana.
"kamu masih tetap sama...dan aku merasa selalu mengenalmu," Ilham memberi jeda pada kalimatnya, "apa kamu sudah mendengar niatku yang aku sampaikan pada orangtuamu?" Ilham menghadap kearah Senja, walaupun Ilham tau Senja tidak akan balas menatapnya, tapi setidaknya Ilham ingin melihat reaksi Senja atas pertanyaannya itu.
"Ibu sudah menyampaikannya padaku...apa boleh aku menjawabnya sekarang?" Senja mulai berbicara serius, namun tidak merubah tatapannya dari jalanan didepannya.
"tentu...gimana?" tanya Ilham.
Senja menghela nafas panjang, Senja tidak ingin mengulur waktu, dan tidak. mau terlalu lama memberi harapan yang tidak pasti. "bissmillahirrohmanirrohim...Ilham... Terimakasih untuk semua niat baikmu padaku. Kamu tau aku dari dulu seperti apa, bahkan kita pernah sangat dekat, mungkin lebih dekat dari jarak kita saat ini," Senja tersenyum sejenak mengingat hubungan yang pernah ada diantara mereka dulu, begitu indah. "banyak hal yang kita lalui setelah itu, aku dengan kehidupanku, kamu dengan kehidupanmu, kita berada dijalan yang sama, mungkin tujuan kita juga sama. Sudah ada seseorang yang aku merasa nyaman ketika menghadapi kehidupanku dengan dia disampingku...dan maaf, orang itu bukan kamu..maafkan aku, Ilham?"
KAMU SEDANG MEMBACA
Fajar dan Senja {ending}
Spiritualtentang cinta dan persahabatan. semua ini berawal dari persahabatan, pengorbanan perasaan demi saling menjaga hati yang lain. berjalan sebagaimana takdir yang sudah Allah gariskan...