Berjarak tak Berpisah

4.1K 237 10
                                    

Adakah bahagia setelah pertemuan kita?
Adakah rindu setelah perpisahan kita?
Yang ku tau hanya sementara,
Karena hidup memang tidak selamanya
Tidak selalu tentang suka, kadang adapula duka menghiasinya...

***___***

Tiga hari kemudian...

Pagi yang indah, cerah dan mampu memberi semangat yang baru untuk memulai beraktifitas. Tak ada yang aneh dipagi ini, semuanya terlihat tidak berbeda dengan hari-hari biasanya.
Entah mengapa Senja bersemangat sekali untuk berangkat ke kantor lebih pagi, berjalan kaki dengan santainya, letak kontrakannya memang tidak jauh dari kantornya.
Sesampainya didepan gerbang, Senja melihat pak satpam sedang ngobrol dengan seseorang, tidak biasanya ada karyawan yang berangkat sepagi ini seperti Senja sekarang. Orang itu membelakangi Senja, saat sudah dekat pak satpam menyapanya, mengucapkan selamat pagi, membuat orang yang tadinya membelakangi Senja jadi berbalik dan melihat kedatangan Senja. Betapa kagetnya Senja, ternyata orang itu adalah Fajar. Ada apa Fajar pagi-pagi ke kantornya?

"Fajar?" tanya Senja heran dengan kehadirannya.

"assalamualaikum, Senja? Jangan kaget begitu napa, sampe lupa ngucap salam segala, apa aku terlalu menakutkan?" sapa Fajar sambil tersenyum cerah, seperti matahari tertutup mendung. Eh?

"wa'alaikumsalam...maaf? Dan, kenapa kamu ada disini? Jangan bilang kamu lupa alamat kantormu, dan kamu nyasar kesini?" ucap Senja, yang mengundang tawa dari Fajar dan satpam kantornya.

"apa aku tidak boleh kesini?"
Tanya Fajar, Senja hanya diam menunduk, bingung mau jawab apa, dan bertanya apa untuk menjawab keheranannya.

"bisa kita bicara sebentar Ja?" kali ini pertanyaan Fajar terlihat serius, dan seperti berharap-harap cemas.
Senja mengangguk, dan kemudian Fajar berjalan didepannya, menjauh dari pos satpam, tapi masih berada disekitar halaman kantor Senja.
Mereka duduk dengan jarak yang cukup dijaganya. Disana juga ada beberapa cleaning service yang hilir mudik, dan sesekali menyapa mereka.
Setelah mereka duduk, lama saling diam. Senja menunggu Fajar bicara, tapi Fajar tak juga bicara. "jadi apa yang ingin kamu bicarakan sampe pagi-pagi kesini?"

"alhamdulillah kemarin aku naik jabatan Ja, dan..."

"aku udah tau, selamat ya?"

Fajar mengerutkan keningnya seakan bertanya, dari mana Senja tau? Oh iya, pasti dari Tari. "terimakasih... Dan karena itu, bolehkah aku meminta sesuatu padamu?"

"apa?"

"kita majukan rencana pernikahan kita?"

"emang kenapa harus dimajuin?"

"selama setahun kedepan aku dipindah tugaskan ke Singapura...aku tidak bermaksud melarangmu bekerja, tapi kalo keadaannya seperti itu, aku ingin membawamu kesana. Tapi semua kembali lagi padamu, kalo kamu gak setuju juga gak apa-apa."

"aku mau menunggumu setahun lagi... Mungkin lebih baik kita tunda dulu rencana itu, jika Allah mentakdirkan kita berjodoh, kapanpun waktunya pasti akan bersatu juga. Maaf, aku belum siap, apalagi untuk berhenti bekerja dan ikut bersamamu...maafkan aku?"

Fajar menarik nafas panjang, mengeluarkannya pelan-pelan, ada rasa kecewa dalam hatinya. Perpisahan mereka mungkin memang hanya sementara, tapi kenapa rasanya berat buat Fajar. Apakah Senja juga merasakan hal yang sama dengan Fajar? Iya. Senja juga sulit mengendalikan perasaannya, Senja ingin menjawab 'iya aku mau', tapi masih banyak pertimbangan lain, yang membuat Senja merasa sulit. Hati dan logikanya terus saja berdebat, Senja bingung mau menuruti yang mana. Tapi satu hal yang Senja ingat, 'terburu-buru itu sifatnya setan', makanya Senja memilih untuk menunggu dengan sabar daripada bertindak dengan nafsu.

Fajar dan Senja {ending}Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang