Hujan datang membawa berkah
Pelangi datang hadirkan indah...
Ketika gerimis temaniku dalam lelah
Kuharap dirimu temaniku dalam langkah...***___***
Ketika jam pulang kerja tiba, Fajar masih dalam keadaan lelah. Lelah dengan kegiatannya hari ini yang harus menyiapkan segala keperluannya untuk keberangkatan lusa. Ditambah lagi lelah pikiran tentang Senja yang lebih memilih untuk menunggunya daripada melangkah lebih cepat. Apakah kakimu kurang kuat untuk melangkah? Aku siap untuk menjadi penuntun dan penopangmu berjalan, kita akan melangkah bersama dengan jalan yang sama. Senja, semoga ini memang yang terbaik bagi kita, katamu kan rencana Allah adalah yang terbaik, yaa semoga kita tetap saling menerima dengan apapun yang nanti akan terjadi, aamiin, harapan Fajar dalam hati.
_______Ditempat yang lain, Tari tidak tega meninggalkan Senja sendirian, karena Senja sedang tidak baik-baik saja. Diam dan banyak melamun, itulah yang Tari lihat pada Senja selama seharian dikantor. Tari menemani Senja dikontrakannya, seperti ketika Senja menemani Tari saat Tari rapuh dan terluka. Kini Senja juga mengalami hal itu, dengan masalah dan kejadian yang berbeda.
"Ja, kamu yakin dengan keputusanmu ini? Kamu yakin akan menunggu selama itu? Aku malah melihat ketidakyakinan dalam sikap kamu... Ayolah Ja, jangan seperti ini, turuti kata hatimu, jangan biarkan penyesalan datang dikemudian hari."
"Ri... Apa masih boleh aku merubah keputusanku itu? Waktunya sangat mepet, tidak mungkin, tidak ada persiapan sama sekali. Lusa dia udah harus pergi."
"ya bisa aja Ja, tidak ada yang sulit jika Allah sudah berkehendak. Tunggu apalagi? Jangan diem begini, kamu harus segera bertindak Ja!"
"bertindak apa Ri? Aku harus gimana?"
Ponsel Senja berdering, menghentikan percakapan mereka. Senja melihat pemanggilnya adalah Fajar, dengan perasaan yang campur aduk, Senja berusaha mengangkatnya.
"..."
"wa'alaikumsalam, Tante?" jawab Senja.
"..."
"innalillahi..." butir-butir bening jatuh begitu saja dari matanya, "iya, Senja segera kesana Tante."
"...."
"wa...wa'alaikumsalam."
Senja menangis terisak-isak setelah menerima panggilan itu.
"ada apa Ja? Kenapa kamu menangis?" tanya Tari yang khawatir pada sahabatnya itu.
"Fajar, Ri, Fajar... Kecelakaan." Senja mendekap Tari dan masih larut dalam tangisnya dipunggung Tari.
Tari melepaskan pelukan Senja, "kita harus segera berangkat Ja, bukan terus menangis. Ayo siap-siap."
Senja hanya menurut saja mengikuti ajakan Tari, sungguh perasaannya sakit mendengar berita itu. Mungkin seandainya dia tadi pagi menerima usul Fajar, kecelakaan itu tidak akan terjadi. Kecelakaan itu terjadi karena saat Fajar mengemudikan mobilnya kurang konsentrasi, hingga menabrak pembatas jalan dan selanjutnya menabrak pohon yang berada disisi jalan.
_________"Tante, bagaimana keadaan Fajar?" tanya Senja pada Mamahnya Fajar.
"alhamdulillah, Fajar tidak mengalami luka parah nak, tapi ada beberapa bagian tubuhnya yang luka-luka, untuk sementara Fajar harus dirawat inap dulu, tidak boleh banyak bergerak."
"alhamdulillah." jawab Senja dan Tari.
"perpindahannya ke Singapura gimana Tan?" kini Tari yang bertanya.
"dari pihak perusahaannya, memberi Fajar waktu sepuluh hari untuk masa penyembuhan, dan jika dalam sepuluh hari Fajar masih dirumah sakit, kemungkinan tugas itu akan diberikan pada yang lain." jelas Mamah Fajar, kemudian menatap Senja, "nak, apa kamu masih belum siap untuk menikah dengan Fajar? Bukan maksud Tante ikut campur tentang urusan kalian, tapi Tante sudah dengar dari Fajar kalo kamu memilih menunggunya daripada mempercepat pernikahan kalian. Tante yakin, Fajar tidak konsentrasi juga karena memikirkan masalah ini, apa nak Senja masih tetap dengan keputusan itu?"
"Tante... Senja mau menikah dengan Fajar... kapanpun. sekarang juga gak apa-apa. Senja siap... Karena Senja lebih tidak siap jika harus kehilangan Fajar." jawab Senja dengan tangisnya yang kembali menghiasi wajahnya.
Tari dan Mamah Fajar mengucap syukur mendengar jawaban Senja, kemudian mereka berdua sama-sama mendekat dan memeluk Senja dengan air mata haru, bukan air mata kesedihan lagi.
Tidak lama kemudian dokter keluar dari ruang rawat Fajar, memberitahukan bahwa Fajar sudah boleh dijenguk. Dan mereka bertiga segera masuk dalam ruang rawat itu.
Disana Fajar terbaring dalam ranjang rumah sakit, wajahnya terlihat pucat dan tak berdaya. Matanya mulai berkedut-kedut, setelah itu perlahan terbuka. Saat menyadari ada orang-orang tercintanya diruangan itu, Fajar tersenyum bahagia. Dan senyumnya mampu memudarkan pucat yang sebelumnya menghiasi wajahnya."alhamdulillah, kamu udah sadar nak." Mamah Fajar duduk disamping anaknya.
"iya Mah... Senja, Tari, terimakasih sudah mau datang kesini." ucap Fajar.
"sudah kewajiban kami untuk datang Jar. Apalagi yang disebelahku ini, dengar kamu masuk rumah sakit aja, udah kayak orang patah hati." celetuk Tari sambil menyenggol lengan Senja, dan Senja membalasnya dengan cubitan dipinggang Tari, membuat Tari meringis menahan sengatan tangan Senja.
"gimana keadaanmu sekarang? Ada yang sakit?" tanya Senja dengan wajah khawatirnya.
"dengan kehadiranmu saja, aku merasa sudah sembuh Ja..." jawab Fajar, yang membuat semua yang ada diruangan itu tersenyum geli mendengarnya. Berbeda dengan Senja, dia menahan senyumnya, untuk menghindari rona merah pada pipinya.
"nak, Mamah bawa kabar gembira... Dan pasti kamu akan semakin sembuh mendengarnya."
"kabar apa Mah?"
Suasana menjadi hening. Mamah Fajar sengaja menahan kalimatnya, agar Fajar semakin penasaran dengan apa yang akan disampaikannya. Sedangkan Senja hanya menunduk dan memainkan jari jemarinya, menyeimbangkan detak jantungnya yang sudah diatas normal. Dan Tari, hanya menjadi penonton yang manis, menyaksikan kejadian-kejadian yang biasa dilihatnya dalam sinetron kesayangannya.
"kapan kamu mau menikah nak? Nak Senja siap menerimamu kapanpun."
Fajar membelalakan matanya, benarkah yang didengarnya itu? Kemudian pandangan Fajar beralih pada Senja, untuk meminta penjelasan atas pernyataan Mamahnya, dan Senja menganggukkan kepalanya. Kemudian tersenyum penuh arti, dan Fajar membalas senyumnya dengan lebih manis, semanis perpaduan gula dan madu, hingga yang melihat dari jauhpun bisa membayangkan manisnya. Termasuk orang yang berada dibalik pintu itu, iya, disana ada Papah Fajar dan Vina, kemudian muncul ditengah-tengah mereka.
Suasana bahagia sangat terasa dalam ruangan itu. Suara nyanyian burung didepan jendela terdengar nyaring saling bersahut-sahutan, seakan menyampaikan kabar gembira itu pada teman-temannya. Ada yang bernyanyi tiada henti, ada yang bersorak sorai riang, menambah keindahan senja sore itu.
Seperti perasaan Fajar dan Senja, yang selalu mengucap syukur memuji skenario Allah. Yang mulai terlihat indah dari jangkauan mereka. Semoga tiada aral melintang lagi untuk melaksanakan apa yang semestinya terjadi.
Bagaimana dengan perasaan Tari? Bukankah kita sudah tau, mentari selalu ikhlas membagi sinarnya untuk Fajar dan Senja, juga siapapun yang berada didekatnya...***___***
Dan ternyata,
Fajar tidak hanya membagi indahnya pagi,
Senja tidak hanya membagi indahnya sore,
Karena mereka sama,
Berada dalam taat dan patuh atas perintah Allah...
KAMU SEDANG MEMBACA
Fajar dan Senja {ending}
Spiritualtentang cinta dan persahabatan. semua ini berawal dari persahabatan, pengorbanan perasaan demi saling menjaga hati yang lain. berjalan sebagaimana takdir yang sudah Allah gariskan...