Perjalanan

3.9K 290 23
                                    

Berjalanlah dijalanmu,
Karena jalanku dan jalanmu berbeda.
Kita bisa sama-sama berjalan,
Tapi kita berada dijalan yang berbeda.
Setiap insan memiliki jalan hidupnya masing-masing,
Sebagaimana yang sudah tertulis...

***___***

Senja dan Tari berpamitan pada orangtua dan adik-adik Senja. Rasanya Senja masih ingin tetap tinggal dirumah, tapi pekerjaan sudah menantinya, lusa mereka harus mulai masuk kerja kembali.
Mereka berangkat diantar oleh Bapak Senja sampai ke stasiun, mereka memang lebih nyaman naik kereta daripada transportasi lainnya.

"Ri, kamu kenapa? Aku perhatikan dari semalam kamu kayak gak tenang gitu?"

"iya Ja, aku mikirin nanti gimana saat ketemu Mamahnya kak Awan lagi, apa benar Beliau sudah bisa menerimaku?"

"jangan pesimis gitu donk Ri, kamu harus optimis. Semangattt!!"

"ngomong sih gampang Ja, aku yang jalaninya susah nih!"

"tapi tetep aja kamu harus optimis, Beliau juga sebenarnya baik koq, hanya saja waktu itu, perkenalan kalian yang gak baik situasinya...sekarang kan situasinya sudah berbeda Ri, insya Allah semuanya akan jadi lebih baik, aamiin."

"aamiin...makasih ya doanya."

Tiba-tiba ada seorang nenek yang sudah renta, berjalan didekat mereka, seperti sedang mencari tempat duduk. Tapi orang-orang yang lain seakan tidak peduli dan tidak ada yang memberikan tempat duduk untuknya. Tari dan Senja bangun dan mempersilakan nenek itu duduk disamping Tari, dan Tari duduknya jadi mepet ketempat Senja.

"kalian mau ke Jakarta ya nak?" tanya nenek itu.

"iya nek, nenek mau kemana?" Tari balik bertanya.

"sama nak, nenek lapar..." ucap nenek itu sambil memasang muka memelasnya.

Tari dan Senja saling memandang, mereka memang tidak membawa makanan banyak, hanya ada roti saja didalam tas Senja. Senja mengambilnya, kemudian memberikan pada nenek itu.

"ini, nenek makan aja, maaf kami cuma punya roti nek." kata Senja, sambil mengulurkan roti itu.

"terimakasih ya nak, kalian baik sekali..."
Senja dan Tari hanya menganggukkan kepala sambil tersenyum pada nenek itu.
Setelah memakan roti, nenek itu kembali berbicara, menceritakan anak cucunya, kerinduannya pada mereka, dan banyak hal-hal lainnya. Sampai membuat Tari dan Senja tidak bisa tidur selama perjalanan, karena berusaha bersikap sopan dan mendengarkan cerita nenek itu.

Nenek itu hendak turun lebih dulu dari mereka, sedangkan mereka akan turun distasiun setelahnya.

"nenek gak punya uang, padahal nenek masih harus naik angkot lagi, gimana ya nak?" nenek itu kembali memasang wajah memelasnya.

Tari dan Senja tidak tega melihatnya, mereka memberikan uang pada nenek itu, sekiranya cukup untuk sampai ketempat yang ditujunya. Nenek itu berterimakasih pada Tari dan Senja, dan kemudian turun.

Setelah nenek itu turun, ada beberapa orang yang mendekati Senja dan Tari.

"kalian sudah ketipu." kata salah satu dari orang itu.

"nenek itu emang biasa mencari mangsa yang bisa dimintain tolong dan kemudian meminta uangnya." salah satu yang lain.

"lain kali hati-hati mau nolong juga dilihat dulu, orang yang benar-benar butuh atau tidak." kata yang lainnya.

"jangan karena kasihan, kalian malah jadi tertipu."

"biarlah Allah yang membalas, yang penting niat kami membantu, adapun yang dibantu punya niat lain. Cukup Allah saja yang membalas..dan terimakasih sudah mengingatkan kami. Tapi alangkah baiknya, mengingatkan itu sebelum kejadian, bukan setelahnya." kata Senja, berdiri, kemudian menggandeng tangan Tari, berjalan menuju pintu keluar.

Fajar dan Senja {ending}Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang