Pergi

4.5K 237 0
                                    

Disini...
Ku tatap sang fajar kala pagi
Masihkah indah dipandang
Masihkah sejuk dirasa
Masihkah damai dihati?
Saat gumpalan kabut menutupi
Menghalang diri untuk melihat
Hingga ku akhiri inginku
Karena sang fajar tak nampak pagi ini...

***___***

Pagi, dengan segala kesibukannya. Mengawali semua kegiatan hari ini untuk mempersiapkan acara esok hari. Iya, pernikahan Tari dan Awan.
Setelah mengantar Vina pulang, Senja kembali lagi kerumah Tari. Banyak hal yang harus dilakukannya disana, terutama menemani calon pengantin. Dimana ada Tari disitu ada Senja, dimana ada Senja disitu ada Tari.

"Ja, kamu mau kemana?" tanya Tari, saat melihat Senja bersiap untuk pergi.

"aku diminta mengambil karangan bunga, Ri. Bunga yang khusus untuk dipasang dikamar kamu." jawab Senja, "aku tinggal dulu ya?"

"iya Ja, hati-hati..."

Setelah Senja pergi, Ibunya Tari datang dan menghampiri anak semata wayangnya itu. "nak, apa gak lebih baik kamu perginya tiga atau empat hari setelah acara ini? Masa iya, pengantin baru besoknya langsung bepergian jauh... Senja dan Fajar juga pasti butuh waktu berdua, nak. Ibu tau, kamu gak akan mengganggu mereka, tapi tetap saja berbeda... Ibu tidak melarang kamu bulan madu ke Singapura, hanya saja, kamu juga harus bisa mengatur waktunya."

Tari hanya diam saja mendengarkan nasehat Ibunya, memang semua yang dikatakan Ibunya itu benar. Mungkin lebih baik, Tari menyusul Senja nanti saja, bukan berangkat bersamanya.

"tapi semua terserah kamu nak, jangan lupa kamu juga nanti menjadi seorang istri, dan segala sesuatunya harus kamu diskusikan dulu dengan nak Awan."

"iya Bu, Ibu benar. Memang sebaiknya aku tidak terburu-buru untuk ikut Senja, biar nanti aku dan kak Awan nyusul aja." ucap Tari.

"begitu lebih baik, nak... Ya udah, Ibu keluar dulu, banyak yang harus dikerjakan."

"iya Bu, terimakasih nasehatnya." Ibu menjawabnya dengan senyuman, sambil menganggukkan kepala dan berjalan keluar dari kamar Tari. Beliau memang sengaja menyuruh Senja untuk mengambil karangan bunga itu, karena ingin berbicara dengan anaknya. Karena beliau tau, Senja tidak akan bisa menolak keinginan Tari untuk ikut bersamanya. Dan sebagai orangtua, beliau punya hak untuk menasehati putrinya itu, supaya bisa berpikir dulu sebelum bertindak.
_______

Segala persiapan sudah selesai dengan baik, dan sekaranglah saat-saat menegangkan bagi Tari. Akad nikah dilangsungkan dirumah Tari, lalu dilanjutkan dengan acara resepsinya juga.
Awan bersama Ayah Tari dan beberapa orang yang bersangkutan sudah berada ditempat acara. Awan tiada henti berdoa membaca istighfar dan sebagainya, untuk menenangkan perasaannya, sambil mengingat-ingat kalimat apa yang harus diucapkannya.
Tibalah saatnya. Saat Ayah Tari merapalkan ijab dan kini giliran Awan untuk mengabulkan.

"saya terima nikah dan kawinnya Mentari binti Muhammad Ayub dengan mas kawin tersebut dibayar tunai." ucap Awan dengan mantap.

"gimana para saksi, sah?" tanya pak penghulu.

"sah." jawab seluruh hadirin yang ada ditempat itu.

"alhamdulillah..." lalu dilanjutkan dengan rangkaian doa-doa yang dipanjatkan oleh seorang ustad yang memang diundang untuk acara itu.

Setelah ijab kabul, Tari datang menghampiri Awan dengan diantar Ibunya dan Senja.
Kini Tari dan Awan sudah berada dipelaminan menyambut para tamu yang datang dan mengucapkan selamat pada mereka. Suasananya begitu indah dan cukup meriah.
Senja juga turut bahagia menyaksikan kebahagiaan Tari, walaupun ada sebagian hatinya yang merasa sepi, ditengah keramaian itu. Apalagi saat Senja berada ditempat hidangan, Senja teringat Fajar, ketika mereka bertemu dirumah Om Herman, Fajar mengambilkan makanan begitu banyak untuknya dan selalu menganggapnya punya hoby sebagai 'penunggu'. Ngomong-ngomong penunggu, bagaimana dengan saat ini? Bukankah mereka juga masih saling menunggu untuk bertemu kembali?

Fajar dan Senja {ending}Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang