Rela bukan Ikhlas

4.2K 261 17
                                    

Dan waktu membawa sang senja
Pergi bersama cahaya
Terang yang akan menghiasinya...
Dengan segenap harapan
Menyongsong masa depan...

***___***

Diruang tamu rumah Senja, kini sudah duduk manis Fajar beserta Mamahnya, dan dikursi samping kanannya ada Ibunya Senja. Sementara Senja dan Tari didapur menyiapkan minuman untuk mereka. Sedangkan Seno dan Sani sudah berangkat sekolah bersama Bapak mereka. Bapak Senja adalah seorang guru di SMA tempat Seno menimba ilmu, jadi setiap ada jam mengajar pagi mereka akan berangkat bersama.

Selesai membuat minuman, Senja membawa nampan yang berisi tiga gelas teh hangat, dan dua toples makanan ringan. Dengan hati-hati Senja menaruh dan menata semuanya diatas meja. Saat Senja beranjak bangun dan hendak masuk lagi, Ibunya menahan dan meminta Senja untuk duduk disebelahnya, dan Senja menurutinya.

Dalam hati Senja bertanya dari mana Fajar tau tentang kepulangannya, bagaimana bisa Fajar sampai menyusul kerumahnya sekarang? Dan masih banyak pertanyaan-pertanyaan lain dalam hatinya. Tapi tiba-tiba Ibunya menyenggol lengannya, dan berhasil membuatnya tersadar, melihat semua mata tertuju padanya. Ada apa ini?

"gimana ndok? Kamu ditanyain kabar oleh Tante Feby koq diem aja?" tanya Ibu Senja, Feby adalah nama Mamahnya Fajar.

Senja melihat Ibunya, kemudian berganti menatap Mamah Fajar, Senja tersenyum malu-malu (lebih tepatnya malu-maluin).

"maaf Tante, alhamdulillah kabarku baik. Tante sama Fajar sih gimana? Sehat?" ucap Senja yang masih terlihat grogi, semua yang ada diruangan itu jadi tersenyum menahan tawa, karena wajah Senja yang benar-benar menampakan kegugupannya.

"alhamdulillah kami juga sehat nak...oh iya nak Tari mana? Perasaan tadi kamu sama nak Tari juga kan?" tanya Mamah Fajar.

"ada Tante, sebentar Senja panggil dulu," baru saja Senja bangkit dari tempat duduknya, Tari sudah muncul dihadapannya. Karena memang sedari tadi Tari memperhatikan mereka dari dalam, maklum dia tidak ada kerjaan didalam cuma sendirian. Kemudian Tari duduk disebelah Senja, Senja diapit oleh Ibunya dan Tari. Tari menyalami Mamah Fajar dan sedikit menyapa Fajar. Hanya sedikit, sebatas saling melempar senyum saja.

Mereka kemudian terlibat obrolan ibu-ibu. Ibunya Senja dan Mamahnya Fajar termasuk orang yang mudah bergaul dan cepat akrab. Mereka membicarakan banyak hal, dari perkenalan keluarga sampai curhat-curhatan masa muda. Sedangkan yang benar-benar masih muda, mereka hanya saling diam menjadi pendengar yang baik. Sambil sesekali saling melirik dan tersenyum. Dua orang paruh baya itu baru sadar dengan melihat tingkah anak-anaknya, lalu Mamah Fajar mulai berbicara serius dan menyampaikan maksud dari kedatangan mereka ke rumah Senja, yaitu untuk melamar Senja.
Mamah Fajar juga menerangkan, kalau sudah ada kepastian, nanti mereka akan datang lagi secara resmi bersama Papah Fajar juga. Karena saat ini Papah Fajar masih ada di Jakarta.

"kalo saya sih sebagai orangtua, terserah mereka aja, mereka sudah cukup dewasa dan tau mana yang terbaik. Gimana ndok? Mau dijawab sekarang atau gimana? Ibu sama Bapak menyerahkan semua keputusan padamu." kata Ibunya Senja sambil tangannya mengelus punggung anaknya.

Suasana menjadi hening. Senja berusaha menenangkan hati dan perasaannya yang terasa seperti sedang lari maraton, hingga detak jantungnya berpacu sangat cepat.

"bissmillahirrohmanirrohim... Senja terima lamaran dari Fajar." Senja mengatakan itu dengan mantap, sambil menatap Mamah Fajar, sesaat matanya sedikit melirik kearah Fajar dan disaat bersamaan pandangan mereka saling beradu.

"ekhem...belum halal tuh!" celetuk Mamah Fajar, berhasil membuat keduanya tersipu malu dan menundukkan pandangan mereka. Sedangkan yang lain? Jangan ditanya, tentu mereka puas menertawakan kedua orang salah tingkah itu.
________

Fajar dan Senja {ending}Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang