Six

110 18 0
                                    



Freya's POV

Sudah seminggu aku sekolah di Bhakti Nusa ini. Seminggu juga aku tidak pernah bertemu dengan Abi. Badanku sebenarnya masih sakit karena hari kedua MOS aku datang terlambat gara nonton pertandingan bola,bukan kemauan aku juna yang ngajak. Kalo dia gak keuh-keuh sama permintaannya dia, aku mending belajar atau baca novel.

Dan gara-gara juna jadi bangun siang dan dihukum salah satu osis untuk mengumpulkan seratus daun kering. Seratus woi seratus. Kalo ngumpulin aja sih nggak papa itu suruh ngitung. Hufttt.
Kalo juna, dia disuruh cari siswa terserah yang huruf awal pernama panjangnya sama persis buat diajak nyanyi Indonesia Raya didepan tiang bendera. Lebih berat. Wajar deh. Aku cerita semua ke Osis yang ngehukum aku kemaren.

Ya emang salah dia sendiri. Udah ah males ngomongin yang kemaren.

"Woii, nglamun aja mbak"suara melengking yang mengagetkanku.

"Duh,Zahwa nggak teriak-teriak nggak bisa ya?"keluhku.

"Abis daritadi tuh bakso banyak lalat nya. Lo kenapa lagi?"tanya Zahwa.

"Lagi keinget hari kedua Mos"jawabku sambil melirik arah lain.

Dia menghela nafasnya"ya yang sabar aja buat lo buat pelajaran wkwkwk"ucapnya. Meledek atau menasehati?

Aku menyodorkan bakso ke Zahwa"Kamu makan aja deh, aku kenyang"ujarku.

"Kenyang apanya lo, minum aja kagak"jawabnya dengan keras.

"Males"acuhku.

"Yaudah, serah lo deh. Biarin disini aja gue udah kenyang kali. Udah mau bel nih. Gue bayar dulu ya"jawabnya sambil melihat jam yang melingkar di tangan mulusnya.

Kujawab dengan sekali anggukan

Aku senang bersahabat dengan Zahwa. Zahwa sangat baik,tentunya tulus,dan dia mau mengalah saat beradu mulut denganku. Itu point besar , aku memang tidak suka mengalah.

Aku dan Zahwa berjalan beriringan menuju kelas.

"Panas banget ya,gerah nih. Ngapain juga lewat lapangan basket kan muter-muter namanya, Freya."keluhnya sambil mengusap keringat dikeningnya dengan telapak tangannya.

Aku hanya tersenyum penuh arti. Yeap, aku memang sengaja ingin lewat lapangan basket karena setiap istirahat Abi bermain basket.

Tapi itu masih katanya. Yah,siapa lagi yang tau aku suka sama Abi. Cuman kembaranku yang terlalu over itu.

Tapi selama seminggu ini, aku nggak liat dia sama sekali.

Aku melengkungkan bibirku keatas. Melenggangkan mataku kearah lapangan. Yey, akhirnya. Entah rasanya dari mana hati dan fikiranku tidak sejalan.

Dia menatapku.

Menatapku.

Dengan tatapan dinginnya. Dan aku mengeluarkan senyum termanisku pada Abi. Entah suruhan dari organ apa(?)

"Awasss, tianggg heii"teriak seseorang.

Dan.

Jeduggg

"Aduhh,sakitt Zahwaaaa. Lo nggak bilang sih"kesalku. Ishh sakit sekali.

Dia memutar kedua bola matanya"siapa suruh lo nglamun sambil jalan, senyum kayak orang gila sambil jalan"jawabnya menahan tawa.

"Lo ga papa?"tanya sesorang yang sukses membuatku merinding.

Dia bernjongkok

"Ehh.. Ohh.. Eh.. Nggak papa kak. Kak Abi lanjutin aja mainnya"ujarku sangat sangat sangat gugup.

The More StarsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang