Eleven

35 8 0
                                    

Mimpi buruk lagi.

Masih pukul 2 pagi. Ia melirik ke arah jam dinding yang samar-samar terlihat. Ia berusaha mengingat-ingat siapa siluet perempuan yang ada di dalam mimpinya. Tapi semakin ia mengingat-ingat, maka ia akan semakin lupa. Mungkin sudah Hukum Mimpi memang begitu.

Ia berdiam diri cukup lama. Hingga terdengar suara motor berhenti di depan rumahnya seraya terdengar orang melempar koran, juga terdengar langkah kaki beberapa orang yang berlari hingga kembali sunyi.

Matanya beralih pada, sebuah pigura, berisi foto tiga orang. Salah satunya ia, lalu kakaknya Alex, dan yang terakhir seorang gadis yang begitu membekas, tidak hilang dimakan waktu. Semua bentuknya, kenangan-kenangan yang mereka lalui bersama tetap ada di pikirannya.

Seperti sekarang ini.

Ia masih ingat, bahwa setiap pagi gadis tersebut akan membangunkan-nya dan mengajaknya untuk Sholat Subuh bersama. Lalu meneriakinya, agar cepat keluar dari WC. Ia tak pernah lupa sama sekali, masih tetap. Dan akan selalu teringat di kepalanya.

***

Masih pukul 6 pagi. Tapi Alex sudah moncat-mancit kesana kemari hanya untuk mencari charger yang bahkan seluruh isi rumah-pun juga mempunyai barang tersebut.

"Mama, tau charger aku nggak?"Teriak Alex seraya menuruni tangga.

"Dari kemaren mama nggak liat, tapi kamu cek aja di laci bawah sendiri"jawab mamanya juga berteriak.

Alex mendengus"Nggak ada ma, sumpah aku udah cari ke semua laci sama lemari"

"Bukannya charger kamu ada dua?"tanya mama Alex, lalu meliriknya sambil menggoreng ikan tongkol.

Alex hanya berdiam diri sambil terus melihati mamanya memasak.

"Satunya kan punya mama"

"Yeee ga dibalikin. Mama kira papa yang bawa, mama ngomel-ngomel lagi sama papa. Kan mama jadi merasa bersalah"omel mamanya.

Alex tidak kaget, karena mamanya memang mempunyai hobi mengomel, "Plissss ma, dimana?"tanya Alex memelas sambil memengangi ponselnya.

"Coba tanya adek kamu!"jawab mamanya cuek.

Tanpa disuruh kedua kali Alex langsung naik ke atas lagi, ke kamar adiknya.

Alex menggedor-gedor pintu kamar Freya sembari berteriak"Dek, buka pintunyaaaa"

"Apa sih, woles aja elah"ujar Freya lalu membukakan pintu kamarnya.

"Lo bawa charger gue ya?"Tanya Alex, matanya menyipit, sambil berkacak pinggang.

Dan yang ditanya hanya meringis memamerkan senyum pepsode*tnya.

Alex melenggang masuk"Lain kali, kalo lo pinjem ato mau pinjem bilang dulu nape, kaga perlu gue lari-lari cari tuh charger. Kan capek"omel Alex, lalu mencabut charger dari stop kontak.

"Sape suruh lo lari?"ujar Freya dengan enteng lalu berlalu ke WC karena dapat panggilan dari alam, tapi sebelum itu leher Freya sudah berada di bawah ketiak Alex. "Dasar lo, gatau terima kasih!!!"gemas Alex mengusel-usel rambut Freya. "Ini nih pelajaran buat lo"

Freya berusaha melepaskan lehernya dari manusia terkutuk ini "Udah cukup pelajaran di sekolah, gue gabutuh"

Tapi tak lama setelah itu muncul suara isak tangis, yang tak lain dari mulut Freya.

Ya Tuhan please, gue gamau keliatan lemah.

Stop!!! Jangan nangis Frey. Lo kuat.

"Ya Allah dek, gue nyakitin lo ya?"tanya Alex panik.

The More StarsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang