Kendall
"Berikan kunci mobilmu"
Dengan bodohnya aku memberikan saja kunci mobil yang berada di tanganku.
Aku berjalan beriringan keluar kafe dengan Harry, bak sepasang kekasih. What the hell? What r u thinking bout, Ken? Ku gelengkan kepalaku cepat. Harry yang melihatnya pun menatapku penuh dengan kebingungan.
"Kau ini kenapa? Tingkahmu sangat aneh" ucapnya sambil menaikan sebelah alisnya.
Pipiku memanas, entah karena merasa malu atau rasa emosi yang menbuatku ingin marah karena ia telah menghinaku.
Aku membuka pintu mobil di bagian kursi penumpang. Tak lupa dengan seatbelt nya ku kenakan dengan benar. Entahlah baru ku sadari bahwa mobilku ternyata sangat berantakan, ini memalukan sekali. Apa yang ia pikirkan sekarang ya Tuhan?
"Ma-- maaf. A--aku belum sempat memberesakan mobilku. Kuharap kau tetap nyaman." ucapku tergagap gagap.
Ia masih dengan wajah dinginnya dan muka datar nya itu. Ya Tuhan, Kenapa ia tercipta sebagai manusia yang seperti ini? Sangat dingin dan tidak ramah. Bagaimana nungkin ada orang yang mau berteman dengannya.
Pikiranku buyar ketika ia menemukan sebuah majalah tergeletak di dekat kursi kemudinya.
Aku segera merebutnya namun tenaga yang ia berikan lebih besar, ia menaikkann majalah itu keatas, sehingga aku gagal menjangkau majalah itu.
"Berikan majalah itu!" Bentakku sedikit kesal.
Ia tetap fokus dengan apa yang ia lihat sekarang.
"Fabulous Magazine, huh?" Balasnya sambil menaikkan sebelah alisnya.
"Ya! Dan memangnya ada yang salah?"
"Uhm, tidak. Tapi kau memgoleksi semua edisinya. Mengapa? Apakah itu menarik?"
"Bukan urusanmu. Dan cepat jalankan mobilnya. Apa kau tiba tiba lupa cara mengemudikan mobil, huh?" Ucapku tak kalah dingin.
"Tidak akan kunyalakan mesinnya. Sebelum kau beri aku alasannya!"
Aku memdengus berat.
"Well, aku mengidolakan mereka seperti Gigi Hadid, Miranda Kerr, dan model model seksi yang lainnya."
Sudut bibinya berkedut, sepertinya ia sedang menahan senyum. Aku tahu, kalau aku memang memalukkan, tapi setidaknya ia bisa menjaga persaanku sedikit lah. Oh, tapi mana mungkin seorang spertinya bida menjaga perasaan orang lain.
"Bahkan kau tidak kalah cantik dari mereka, Ken. Kau memiliki paras yang cantik, tubuh yang seksi, dan ukuran dadamu juga tidak terlalu buruk."
Ingin sekali aku menamparnya. Tapi ku urungkan niatku. Disatu sisi aku merasa tersanjung, dia berkata aku tak kalah cantik dari para modrl terkenal itu. Namun disisi lain, ia juga berkata rude mengenai ukuran dadaku. Dan sekarang pipiku langsung memerah seperti tomat. Ku tundukan wajahku agar ia tidak menyadarinya.
"Kau mau menjadi model seperti mereka? Aku bisa membantumu. Tak sedikit model model ku bisa menjadi bintang besar. Seperti di Victoria's secret misalnya." Ucapnya tanpa menatap ke arahku.
Aku melebarkan mataku.
"Apa kau bilang tadi? Model modelmu? Tunggu dulu. Aku tidak mengerti." Tanyaku dengan masih berusaha mencerna kalimatnya.
"Ya. Aku pemilik Fabulous Magazine. Ralat, ayahku yang pemiliknya."
Aku tertawa hambar dibuatnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Moved On // h.s.
FanfictionBukan aku yang menginginkan hal itu terjadi, tapi takdirlah yang melakukannya. Aku berjanji atas jiwa dan ragaku, aku akan menjagamu selagi aku masih mampu melakukannya. Aku akan menjagamu sampai nafas terakhirku berhembus. -Harry Edwards Styles. Co...