Kendall
"Aku mendengar mu, nona Jenner"
Walau aku akui, tumpangan gratisnya ini cukup membantuku untuk pulang dengan beberapa kardus yang teramat berat. Karena mobil satu satu nya yang aku miliki digunakan Kylie untuk menghadiri acara ulang tahun temannya, ia juga menolak untuk ku antar dengan alasan 'aku sudah besar'. Menurutku, sekali sekali tidak apa membirakannya membawa mobil sendiri.
Tapi, di sisi lain aku juga merasa tidak enak terhadap pria ini karena selalu merepotkannya. Tunggu dulu, bukannya dia juga yang memaksaku untuk menerima tawarannya? Bukan sepenuhnya kemauanku.
"Jadi kapan kau akan melakukan pemotretan pertamamu?" Tanyanya mengawali percakapan.
"Lusa, memangnya kenapa?" Tanyaku balik.
"Aku akan mengantarmu sekaligus aku ingin menemanimu disana." Balasnya dengan pandangan yang masih fokus pada jalanan.
"Wh-- what? Kau tidak perlu melakukannya. Aku bisa berangkat sendiri. Dan kau tahu? pemotretan memakan waktu yang tidak sedikit, dan kau bisa menghabiskan waktumu itu dengan kegiatan lain.
"Dengan kau membantuku bisa di terima disana saja aku sudah sangat berterima kasih. Jangan membuatku berhutang budi banyak kepadamu."
Ia tersenyum penuh kemenangan. Oh, astaga, dia manis sekali. Lesung pipi itu terbentuk dengan sempurna. Aku tidak berbohong, aku mendeskripsikan apa yang aku lihat sekarang.
Apa lagi sekarang? Jantungku mulai bekerja dua kali lebih cepat dan bertempo tidak teratur. Fuck your smile, Styles.
"Kau merasa berhutang padaku, eh?" Tanyanya, dengan menatap ke arahku. Tatapan yang tidak bisa di artikan.
Ia mulai mendekatkan wajahnya ke arahku. Hampir tidak ada jarak diantara kami. Aku menahan nafas dan mengeluarkannya perlahan. Fuck. Jantungku berdetak tidak karuan. Aku memejamkan mataku. Apa ia akan menciumku,uh?
"Traktir aku besok, okay?"
Aku membuka mataku perlahan, dan mengatur nafasku. Jantungku belum juga bekerja dengan benar.
"Kau mengira aku akan menciummu,huh?" Ucapnya sambil tersenyum menyeringai.
Pipiku memanas dibuatnya. Tanpa dikomandoi aku langsung menundukan kepala untuk menghindari kontak mata dengannya. Persetan dengan mu Styles.
"Ugh, ti-tidak. Kau percaya diri sekali, Styles" ucapku terbata. Dia menengok ke arahku dengan tatapan tajamnya.
"Heey, lihatlah pipi mu memerah." ucapnya sambil tertawa puas. Dia berhasil membuatku malu. Sialan.
Aku hanya diam membisu mengabaikan godaan godaan darinya.
"Jadi bagaimana? Mau tidak mentraktirku sebagai tanda terimakasihmu? Mau tidak mau kau harus mau, Ken."
Aku membelalak dibuatnya. Dia memang suka melakukan pemaksaan rupanya.
"Kau bukannya menawariku. Tapi kau lebih terkesan memaksaku. Ugh, baiklah aku mau. Tapi setalah kita pulang dari pemotretan, okay?"
"Deal."
***
Aku menekan bel apartemenku. Namun tidak ada yang membukanya. Dimana Gigi? Apa ia pergi? Tanpa mengabariku?
Ku tekan terus bel nya sampai ada suara seseorang membukakan pintu.
"Kenapa lama sekali membukanya?" Gerutuku.
"Maaf, aku baru selesai mandi tadi."
Harry, ia tidak berhenti melihat ke arah Gigi. Ia bahkan lupa untuk berkedip karena Gigi masih menggunakan handuk yang melilit pada tubuhnya. Pasti Harry sedang berpikir tentang hal hal jorok kepada Gigi.
KAMU SEDANG MEMBACA
Moved On // h.s.
FanficBukan aku yang menginginkan hal itu terjadi, tapi takdirlah yang melakukannya. Aku berjanji atas jiwa dan ragaku, aku akan menjagamu selagi aku masih mampu melakukannya. Aku akan menjagamu sampai nafas terakhirku berhembus. -Harry Edwards Styles. Co...