Bab II

3.9K 165 6
                                    

Kawamura Yuuto mengerjapkan matanya kemudian menggeram kesal pada orang-orang yang mengerubunginya bak semut di sekeliling gula. Ia benci dengan kerumunan--atau yang lebih buruk lagi, kerumunan yang memotretnya tanpa izin dengan flash yang tajam.

Beberapa dari mereka bahkan bukan pers, seperti beberapa orang gadis remaja yang kini sedang mengarahkan smartphone mereka padanya. Yang benar saja! Dia bahkan bukan seorang artis! Dan suara belasan orang yang mencoba mengajaknya berbicara dengan bahasa prancis semakin memperparah keadaan. 

Tidak bisakah mereka menggunakan bahasa yang dimengerti olehku, bahasa inggris misalnya?

Yuuto melirik jamnya, kemudian memusatkan pandangan dan mencoba mencari orang yang ditugaskan untuk menjemputnya.

Di keadaan biasa, ia takkan menyalahkan orang itu. Butuh kesabaran dan tenaga lebih untuk menerobos orang-orang yang seolah membentuk barikade di sekelilingnya. Namun setelah hampir setengah jam terjebak dalam keadaan seperti itu, Yuuto mulai mengutuk si penjemput itu dalam hatinya.

"Kawamura-san! Kawamura Yuuto-san!" teriak seseorang di tengah kerumunan tersebut. Bahkan di tengah suasana ribut itu, telinga Yuuto masih menangkap jelas namanya yang dilafalkan dengan aksen berat khas prancis itu.

Sebelum ia sempat bergeming, seseorang menembus kerumunan itu hingga hampir terjerembab di depan Yuuto. Orang itu merapikan jaketnya yang lusuh, lalu tersenyum lelah kepadanya sembari mengulurkan tangan.

"Saya Clement Beauchene, editor dari Le Lite. Mohon maaf atas keterlambatannya, Mr. Yuuto Kawamura." Ia melakukan perkenalan singkat dalam bahasa inggris.

Yuuto tidak langsung menjabat tangan itu, melainkan mengamati lelaki itu dengan mata disipitkan. Dari kacamata dan rambutnya yang berantakan, mungkin sekitar awal tiga puluhan? Namun jaket yang dikenakannya membuatnya terlihat lebih muda dari itu.

Letupan flash kamera membuyarkan lamunan Yuuto. Ia menggeram rendah dan menjabat tangan itu dengan kasar dan berbisik. "Kita bicara nanti, pertama, bawa aku pergi dari sini."

***

Clement mengucapkan terima kasih seorang barista berambut pirang yang mengulurkan secangkir Cafe Latte panas padanya, kemudian memberikan uang berikut tip untuknya. Lelaki berumur dua puluh sembilan tahun itu hampir tergoda untuk berkenalan dengan si pirang manis itu. 

Sayangnya, bahkan dari balik kaca film mobil Peugeot Rcz-nya Clement dapat merasakan sepasang mata yang menatapnya dengan tajam. Dengan terpaksa, niat itu harus ditunda olehnya dengan segera berbalik dan berjalan kembali ke mobilnya.

"Kopi Anda, Mr. Yuuto," katanya sopan, segera menyerahkan cangkir kertas itu pada tamunya, yang hanya mengangguk dan menerimanya. Tidak ada senyuman, alih-alih ucapan terima kasih. Clement menahan diri untuk tidak memutar bola matanya sebelum kembali ke kursi pengemudi.

Yah, biar bagaimanapun sikap Yuuto yang seperti itu tidak seratus persen salah pemuda itu. Le Lite, perusahaan percetakan tempat Clement bekerja adalah pihak yang mengundangnya datang ke Paris. Kawamura Yuuto, atau lebih dikenal dengan nama penanya, Ken, adalah seorang penulis muda berbakat asal Jepang.

Baru-baru ini, buku kesepuluhnya yang diberi judul Raindrop langsung laku keras segera setelah diluncurkan di pasaran. Le Lite adalah penerbit yang menerjemahkan dan mempublikasikan karya Yuuto di Prancis dari buku pertamanya hingga sekarang. Sebelum menerbitkan buku kesepuluhnya, ketua redaksi Le Lite secara khusus mengundang Yuuto untuk melakukan jumpa penggemar di Paris.

Autumn In Paris : Sequel (Fanfiction)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang