Bab III

2.6K 140 6
                                    

"Kawamura-san? Kawamura Yuuto-san?"

Yuuto tersentak di bangkunya. Setengah sadar, saat dirasakannya beberapa pasang mata memandanginya dengan tatapan menuntut. Clement, salah satu di antara mereka, menyunggingkan senyuman kecil.

Victor Lambert, ketua redaksi Le Lite mengangkat alis, wajahnya menyiratkan kekhawatiran. "Apakah sudah terlalu malam? Anda pasti lelah, meeting-nya bisa kita teruskan besok pagi."

"Itu tidak perlu," jawab Yuuto cepat. Ia berdeham, mengalihkan pandangan ke semua orang di ruangan itu, mencoba untuk terdengar menyakinkan. Mengesampingkan fakta bahwa tubuhnya memang sudah sangat lelah.

Victor yang menyadari hal itu kini tersenyum lebar padanya. "Baiklah kalau begitu... akan Saya ulangi pertanyaannya: menurut Anda, nama apa yang cocok digunakan untuk event jumpa penggemar Anda, Mr. Yuuto?"

Lelaki itu tampak berpikir sejenak sebelum menjawab dengan yakin.

"Il pleuvra. (It will rain.)"

***

"Oh ayolah Tara... satu... dua... TIGA!"

Sebastien mendudukkan diri di lantai kamar tidur Tara setelah berhasil membaringkan gadis itu ke ranjangnya. Setelah kejadian di The Gourmet tadi, tepatnya setelah Tara menghabiskan gelas kedua Dolcetto de Alba-nya, gadis itu langsung tertidur pulas.

Bayangkan betapa kagetnya Sebastien saat wajah Tara hampir tercebur ke dalam sup sebagai hidangan pembuka mereka.

Dengan berat hati, Sebastien memilih meninggalkan makan malamnya dan menggendong gadis itu pulang. Di sinilah ia sekarang, kelaparan di apartemen gadis itu.

"Mademoiselle Dupont, kau punya mi instan atau semacamnya?"

"Nnghh..." Tara mengerang tertahan dalam tidurnya sebagai jawaban.

"Kurasa itu artinya tidak." Sebastien mendengus geli, memaksa tubuhnya untuk bangun. "Aku akan mencari sesuatu di dapurmu untuk mengisi perut. Kau tidak keberatan, bukan?"

Sebastien menatap sejenak wajah pulas Tara, tersenyum simpul. Kemudian berbalik menuju pintu kamar.

"...su..."

Langkahnya terhenti. "Apa yang kau katakan?"

"Tatsu...ya..."

Napas Sebastien tertahan. Dadanya terasa sesak mendengar kepedihan dalam suara lembut itu.

Jika ia bahagia, maka aku juga bahagia. Sesederhana itu.

Kalimat Tatsuya pada email terakhirnya kembali terngiang di pikiran Sebastien.

Tanpa berbalikpun, lelaki itu tahu wajah Tara sudah mulai basah oleh air mata.

"Tidak sesederhana ucapanmu, Teman," Sebastien berbisik lirih, "ia sama sekali tidak bahagia."

***

"...bastien? Sebastien?"

Satu rahasia kecil yang hanya diketahui oleh orang-orang terdekatnya mengenai Sebastien Giraudeau adalah: lelaki itu tidak bisa bangun pagi.

Bahkan Linda, sekretarisnya yang sangat strict itu menyerah untuk memaksanya hadir di kantor pagi-pagi. Meeting yang dihadiri oleh Sebastien selalu dijadwalkan paling cepat pukul sepuluh pagi.

Autumn In Paris : Sequel (Fanfiction)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang