Bab VI

2.1K 141 12
                                    

Note for readers: Sebenarnya dalam Bahasa Inggris, tidak ada perbedaan dalam penyebutan 'Saya' dan 'Aku' (I, Me), ataupun 'Anda' dan 'Kau' (You). Mulai bab ini dan seterusnya, penggunaan 'Saya-Anda' akan diubah menjadi 'Aku-Kau/Kamu' jika kedua karakter dirasa telah cukup dekat. (Seperti Clement-Tara yang segera mengganti panggilan tersebut sesudah pertemuan mereka)

Happy Reading! Vote & Comment please. Itu sangat berarti bagi Saya dan seluruh penulis lainnya untuk meneruskan karyanya :)

-lukasjuliano

***

Clement tidak tahu mana yang lebih buruk: kehilangan pekerjaannya di Le Lite, atau mengecewakan gadis yang baru saja ditemuinya. Mungkin akibat perbuatannya tidak akan seekstrim itu sampai membuatnya kehilangan pekerjaan, namun orang gila pun seharusnya tahu pilihan mana yang harus diambil jika dihadapkan pada situasi Clement. Pilihan yang tidak diambilnya. Clement bukan pria yang bodoh, ia lulusan sastra prancis dengan GPA 3.5 ke atas, namun orang seringkali mengatakan padanya ia bodoh soal wanita. Sekarang ia mengerti kenapa.

Nasi telah menjadi bubur pada detik yang sama dengan Yuuto membuka pintu kamarnya. Tatapan pria jepang itu jatuh pada Tara. Ia bahkan tidak repot-repot melirik ke arah Clement, hanya pada Tara, yang juga melakukan hal serupa. Ekspresi keduanya sulit ditebak, namun editor Le Lite itu melihat satu aspek yang sama pada penyatuan dua bola mata itu: rasa rindu.

"Clement." Yuuto bersuara. Datar dan tenang seperti biasanya, dan ia melakukannya tanpa melepas kontak mata itu. "Siapa gadis ini?"

"Eh, dia..." Secara logika, jawaban yang harus diberikan Clement terhadap pertanyaan Yuuto itu sangat mudah. Ia hanya perlu menyebutkan nama gadis itu, namun Clement mendapati lidahnya terlalu kaku untuk menjawab, ia berpaling ke arah Tara--meminta pertolongan dengan tatapan memelas. Namun gadis itu juga seolah tidak menyadari kehadirannya.

Yuuto mengulangi pertanyaannya. Untunglah kali ini, seolah tersadar, Tara cepat-cepat menjawab dalam bahasa inggris. "Nama Saya Tara Dupont, salah satu penyiar dari," Ia menyebutkan nama stasiun radionya. "Saya ditugaskan oleh atasan untuk menjadwalkan wawancara dengan Anda jika Anda tidak keberatan."

Perkenalan yang cukup singkat oleh Tara. Dalam hati Clement mendesah lega, Yuuto bukanlah orang yang suka dengan basa-basi panjang lebar seperti yang dilakukannya pada pertemuan pertama mereka. Namun ia juga bukan orang yang mudah memberikan persetujuan atas pertanyaan Tara.

"Apakah Clement yang membawa Anda kemari?" Clement tersentak. Untuk pertama kalinya sejak beberapa menit yang lalu, Yuuto meliriknya, meski hanya sebentar sebelum kembali ke Tara.

"Ya?" Tara menjawab ragu, melirik Clement yang memasang wajah memelas seolah meneriakkan 'Selamatkan aku darinya!', ia cepat-cepat menambahkan, "Tetapi Saya harap Anda tidak salah paham, Sayalah yang meminta dan membujuknya untuk melakukan hal itu."

Kini Yuuto tampak lebih santai, meletakkan tangan kirinya ke daun pintu dan bersandar ke sana. Senyuman tipis terlukis di wajahnya.

"Menurut kebijakan redaksi, seorang editor tidak pantas melakukan hal semacam ini--mempertemukan orang asing dengan penulis. Apapun alasannya." Yuuto melipat tangannya dan bersandar ke sisi kiri tembok, "Menurut prosedur yang berlaku, Anda harus datang ke kantor Le Lite dan mengatur janji pertemuan dengan pemimpin redaksi sebelum berhak bertemu dan mewawancarai Saya."

Mata Tara membulat, ia memandang Clement yang hanya dapat mengangguk pelan sambil menundukkan sedikit kepalanya. Yuuto mendengus. "Bukankah seharusnya itu sudah menjadi pengetahuan dasar jika Anda ingin mewawancarai seorang artis dan semacamnya?"

Autumn In Paris : Sequel (Fanfiction)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang