[Dalam Batas Doa]

9K 556 34
                                    

Serial QUEENNORA – Dalam Batas Doa 

Penulis : Uniessy

Dipublikasikan di wattpad : 2015, 21 Desember

*****



"Wahai manusia, sesungguhnya kalian hanyalah kumpulan hari. Tatkala satu hari itu hilang, maka akan hilang pula sebagian dirimu."

- Hasan Al Basri

"Rasanya aku capek."

Kalimat itu yang kulontarkan dalam percakapan awal kami ketika aku dan Nora dalam perjalanan pulang sehabis bergelut dengan teori-teori pelajaran di kampus.

"Kalau capek ya bisa istirahat dulu."

Nora menghentikan langkahnya, kemudian memandang berkeliling, sepertinya mencari tempat duduk. Aku menghela napas pendek demi menanggapi tanggapan sahabatku itu.

"Bukan capek jalan kaki," tukasku.

"Lalu?"

"Capek. Kenapa ada beberapa keinginanku yang belum juga terkabul sampai sekarang."

Nora memerhatikanku sejurus kemudian. Teduh matanya justru membuatku kebat-kebit bersebab melontarkan kalimat keluhan seperti barusan.

"Keinginanmu?"

Nora menatapku, kali ini penuh selidik. Ya ampun, apa aku sudah pernah bilang, bahwa mengeluh di hadapan Nora adalah suatu hal yang bodoh. Dia pasti punya sejuta cara untuk membuat keluhanku terdengar seperti angin lalu.

"Yeah," aku menggedikkan bahu, "setiap manusia kan punya keinginan."

Menggamit tanganku, Nora kembali meneruskan langkah. "Seberapa banyak yang belum terkabul?" tanyanya.

Aku mencibir. Berpikir berulang sebelum menjawab. "Beberapa," sahutku. Nora tidak lantas bertanya apa saja keinginanku, tentunya. Dia tipe-tipe pemancing, di mana kita harus ekstra hati-hati dalam melontarkan ucapan. Huuuf!

"Lalu, seberapa banyak jika dibandingkan dengan kebaikan yang kau terima, padahal kau tidak pernah memintanya dalam doamu?" tanya Nora, kali ini menolehkan kepala ke arahku, dalam langkah kaki kami yang beriringan.

Tuh kan! Apa aku bilang?!

Nora pasti punya sejuta cara untuk menyudutkanku. Dia pasti akan berkata; Bukankah kau diberi udara gratis? Lalu air minum yang membasahi tenggorokanmu? Atau makanan yang mengenyangkanmu? Atau tidur pulas yang kau alami setiap malam? Lalu keberadaan kedua orangtuamu?

Dan lain-lain. Dan lain-lain.

Aku menghela napas, kali ini lebih panjang, dan kesal.

"Lihat saja si Rose," aku berkata setengah sebal. "Dia jalan-jalan ke Jepang bulan kemarin, padahal aku yang berdoa siang malam agar diberi kesempatan ke Jepang, belum juga diperjalankan. Atau si Vega, dia bisa nonton konser di mana saja dia mau, dan selalu punya gadget keluaran terbaru," menghentikan kalimatku, aku mendesah pelan.

Bodoh sekali, Queen, membahas gadget di hadapan Nora. Dia akan sukses menceramahimu bahwa gadget tidak menunjukkan apapun. Orang tetap bisa hebat tanpa gadget baru kan?

Aku melirik Nora. Tangannya masih melingkar di tanganku. Langkah kami masih beriringan. Dia tidak bersuara.

"Padahal..." aku menjeda kalimat lagi. Menggigit bibir. Meragu untuk melanjutkan.

[✓] QUEENNORATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang