Chapter 19: Almost

1K 73 0
                                    


Brittany POV

Seseorang mengetuk pintu rumahku. Dengan cepat aku langsung beranjak turun dari tempat tidur, diikuti Helena.

Siapa itu? Ah, paling tidak Jake.

Kuhampiri pintu itu. Lalu kubuka.

"Eh, Dylan? Tumben-tumbenan datang kesini." Ucapku heran.

Ya, Dylan tumben-tumbenan datang kerumahku. Ada apa ya?

"Hehe. Tidak apa. Aku boleh masuk?" Tanyanya.

"Eh, tentu. Silahkan." Jawabku dan mempersilahkannya san Jake masuk.

"Eh, ada Helena?" Dylan mendekati gadis kecil itu.

"Kak, aku ingin bermain." Ucap Helena cepat.

"Tap-."

"Sudah ya kak. Aku bermain dulu." Potongnya.

Aku tak bisa menahannya, kenapa Helena tiba-tiba ingin keluar bermain ketika Dylan datang?

"Yasudah. Biarkan saja." Kata Jake lalu duduk di sofaku.

"Kau juga duduk Dylan." Ucapku.

Dylan mengangguk pelan, lalu duduk.

"Jadi, apa ada nih tiba-tiba datang?" Tanyaku kepada Dylan.

"Eh, kok aku kebelet ya. Aku ke toilet dulu ya." Sambar Jake.

Kok seperti ada yang aneh?

"Yasudah." Balasku. Lalu Jake langsung berlari ke atas. Ya, toilet memang di atas.

Dan kini hanya kami berdua di ruang tamu. Ya hanya aku dan Dylan. Bukannya memulai perbincangan, malahan kita saling tatap-menatap satu sama lain. Aku bisa melihat dari mata Dylan banyak pesan-pesan yang ingin disampaikan. Sepertinya.

Karena sudah sekitar 5menitan kita tatap menatap tidak jelas. Aku memulainya duluan.

"Hei."

Dia masih menatap ku begitu saja.

"Hei."

Dia tidak menjawab.

Ini untuk ke tiga kalinya aku memanggil. Apakah ia akan tersadar?

"Dylan. Hei."

"Oh, maaf. Ada apa?" Jawabnya.

Huft, daritadi kemana saja?

"Kau tumben-tumbenan datang ke sini. Apakah ada yang penting?" Tanyaku dengan heran.

"Ah, iya." Jawabnya.

"Eh, tidak maksudku."

Dia menjadi begitu labil.

"Hm?" Aku memastikannya.

"Memangnya kelihatan aneh ya aku tumben-tumbenan datang ke sini?" Tanyanya.

Aku menaikki alis kananku. "Ah, tidak." "Hanya saja... seperti ada yang penting. Mungkin." Lanjutku.

"Oh, begitu. Tidak... tidak ada apa-apa." Jawabnya.

Tapi, kenapa semua jawabannya terlihat begitu tertekan?

"Benarkah?" Tanyaku. "Aku tidak percaya."

Dylan hening beberapa detik.

"...Sungguh." jawabnya sedikit ragu.

"Dylan, aku bisa merasakan ada yang tertekan dari ucapanmu. Ayolah, jawab yang jujur." Ucapku.

"Aku serius, Britt. Oh ya, toilet dimana ya?"

Helena {EDITING}Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang