1

748 29 6
                                    

"Boleh jadi kamu membenci sesuatu padahal ia amat baik bagimu dan boleh jadi pula kamu menyukai sesuatu padahal ia amat buruk bagimu, Allah mengetahui sedang kamu tidak mengetahui"

-QS. Al-Baqarah:216

•••••

"Mah lihat kaus kaki Dela gak?" tanya seorang cewek berseragam putih abu-abu dengan ekspresi cemas.

Seorang cowok berseragam sama dengan rambut acak-acakan menatapnya jengah "noh cari di jemuran."

Dela menghentikan aktivitas mengacak-acak laci dengan wajah kusut dan tidak mood "gak ada!"

Mama mereka, Wiwik. Datang dari lantai atas dengan membawa barang yang Dela cari "nih, kamu mah kalau nyari barang gak bakat."

Dela mengambil alih kaus kaki yang berada di tangan mamanya.

"Makasih mama wiwik." ucap Dela dengan senyum lebar.

"Emang gak punya bakat apa-apa." sahut Ragil sarkasme.

Dela yang akan memakai sepatu berhenti dan mendelik tajam "maksud lo apa sih kak!" teriaknya sengit.

Wiwik menghela nafas "Ragil! Gak usah ngurusin adik kamu, urusin hidup kamu yang udah berantakan!"

Kemudian, Ragil berlalu tanpa pamit kepada Wiwik. Mata Dela sudah memerah, Wiwik pun memeluk Dela dan berusaha membuat dia tenang.

"Gak usah dimasukkin hati ya dek, kakak kamu mungkin lagi capek." nasehat Wiwik hanya ditanggapi Dela dengan anggukan.

"Sharla udah berangkat ya?" tanya Dela sambil mengedarkan pandangan ke seluruh penjuru ruangan.

"Tadi udah dijemput teman-temannya jam enam." jawab Wiwik.

"Yaudah, Dela berangkat dulu ya ma. Assalamualaikum." pamitnya.

"Waalaikumsalam. Hati-hati dek."

•••••

"Kenapa gil, Pagi-pagi muka udah kusut?" tanya Agas yang sedang sibuk di bangku menyalin pr.

Yahya yang sedang bermain game coc menyahut "gara-gara Dela nih pasti. Hahaha"

Ragil melempar buku Reno ke arah Yahya "sok tau aja, makan tuh buku!"

Reno berpose memelas "Yaampun bang Ragil itu buku hayati. Jangan dibuang." tukas Reno lalu memungut buku yang bersampul rapi itu.

Agus yang baru datang langsung duduk di sebelah Yahya.

"Gila tuh babi guling, tau aja gue telat." ocehnya, dengan nafas masih ngos-ngosan.

"Gak sadar diri, kalau Bu Heni kayak babi guling, lo kayak apa? Unta guling?" ledek Yahya.

Ragil terbahak dengan memegang perut "Agus tuh gak unta guling, kingkong guling pantes. Haha"

"Cup cup, disini yang punya hati cuma bang Agas seorang." timpal Agas yang sudah selesai menyalin Pr.

"Emang Dela ngapain lagi sih? Abang dianiaya?" tanya Yahya terlihat antusias membahas topik awal mengenai Dela.

Agus menyahut "Followers Ragil berkurang kali."

"Sejak kapan Ragil gila followers?" tanya Agas heran.

"Sejak kamu menduaaa." jawab Yahya dengan gombalan.

"Idih gue masih normal ya." sahut Agas jijik memandang Yahya.

"Agas, yang kamu lakuin ke saya itu , J A H A T!" Pose Yahya bak Cinta difilm AADC 2.

"Dasar gila!" balas Reno.

Agus melerai "orang gila kakinya berapa hayo?"

"Dua." jawab Yahya.

"Berarti kita berempat..."

"Gilaaaa!" jawab mereka bertiga kompak, dengan wajah Ragil yang terlihat malas.

•••••

Dela menghel nafas kasar. Ban sepeda motornya bocor. Di parkiran hanya tinggal beberapa motor saja, itu menandakan bahwa sekolah sudah sepi. Ia memutuskan mengirim pesan ke Sharla.

Dela: Shar udah pulang?

Sharla : Gue lagi main ke Tangerang. Emang napa?

Dela : Ban gue bocor. Gimana nih? Gue takut gak bisa pulang.

Sharla : Oke gue bilangin bang Ragil aja ya. Bye.

Dela reflek menepuk dahinya. Bukan Ragil yang ia harapkan memberi bantuan.

Dela : Plis jangan, gue mending gak bisa pulang daripada lo panggilin dia.

"Kenapa kok belum pulang?" suara itu membuat Dela refleks menoleh ke belakang.

Dela menunjuk sepeda motornya "Ban gue bocor."

"Coba gue lihat, bisa aja cuma kempes doang." Dela membiarkan cowok yang tidak ia kenal itu memeriksa bannya.

Tiba-tiba sebuah motor berhenti di sebelah motornya dengan kecepatan yang cepat dan rem yang mengerang. Dan ternyata itu Ragil.

"Oh udah ada yang nolongin. Nyesel banget gue kesini." desis Ragil dengan melepas helmnya.

Dela masih berfikir, setau Dela, motor Ragil scoopy bukan klx.

"Eh Ragil, ini pacar lo?" tanya cowok yang sedang memeriksa sepeda motor Dela menatap Ragil heran.

"Eh Abraham. Nggak, dia adik gue. Hm btw lo kenal sama si cabe ini?" tanya Ragil menunjuk Dela dengan ekspresi seperti jijik.

Dela yang ditunjuk hanya menggembungkan pipinya. Dan ia menyimpulkan bahwa cowok bernama Abraham itu kakak kelasnya.

"Gila, ini adek lo cuk! ngehargain adik aja gak bisa, gimana lo mau macarin sepupu gue." tegur cowok yang bernama Abraham.

Ragil menggaruk tengkuknya "Hehehe bisa aja lo ham, eh lo mau disini terus? Naik!" bentak Ragil kepada Dela.

"Lah sepeda gue gimana?" tanya Dela dengan memelas.

"Biar gue urus deh." sahut Abraham.

"Gak usah ham, dia emang nyusahin. Gak kayak Sharla emang, yang mandiri." perkataan Ragil membuat Dela hampir menangis.

Abraham menengahi "kan Dela cewek, manusiawi. Kalau lo gak mau direpotin, gue gak papa kok Del lo repotin."

Dela hanya menunduk, takut pertahanannya runtuh saat itu juga.

"Yaudah ayok pulang, gak usah mewek elah." kata Ragil dengan mengelus kepala Dela.

Dela tau perlakuan Ragil itu alibi, agar Abraham menganggap Ragil baik.

"Kak Abraham, Dela pulang dulu ya. Makasih" pamit Dela kemudian mengambil helm bogonya dan naik ke boncengan Ragil.

"Makasih ham duluan." pamit Ragil lalu menjalankan klx-nya.

"Oke, hati-hati ya!" teriak Abraham.

Motor Ragil membelah padatnya lalu lintas Jakarta. Dan Dela hanya meringkuk di balik punggung Ragil, andai ia bisa mengubah keadaan. Ia tidak mau mengenal Ragil.

•••••

StoryTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang