9

242 13 0
                                    

Kadang dan mungkin sering kita menuntut orang lain untuk sejalan dengan pikiran dan suasana hati kita. Sayangnya, hidup ini tidak seperti itu. Dan seringnya kita menyalahkan orang lain (dan juga keadaan) atas ketidaknyamanan hidup kita.

-MASGUN



Pagi ini disambut oleh rintik hujan. Meskipun tidak deras namun tetap saja hawa dingin mendominasi pagi dan menyaingi sinar matahari.

Dela yang masih meringkuk di selimut mencoba mengingat apa yang terakhir terjadi. Oh dia ingat. Ia kabur dari tempat futsal, mengunci kamar dan tidur.

Ia melihat jam di dinding yang menunjukkan pukul setengah lima. Ia lagi-lagi menyadari bahwa ia masih menggunakan seragam dan jaket Abraham. Suara dari perutnya pun menandakan bahwa ia belum makan malam.

Dela melihat ponselnya berkedip-kedip tanda baterainya tipis. Ia mencharge hp dan melihat notifikasi yang teramat banyak.

14 pesan dari Ragil
22 panggilan tak terjawab dari Abraham

Dela meringis. Abraham yang tidak ada ikatan apa-apa dengannya melakukan langkah nyata untuk mencarinya dengan
22 panggilan. Sedangkan Ragil? Hanya 14 pesan.

Dela beranjak ke kamar mandi untuk mandi, wudhu dan sholat. Setelah itu ia menuju dapur untuk mengisi perutnya yang teramat berisik.

Dela mengambil satu bungkus nugget dan menggoreng semua isinya. Sembari menggoreng ia membuat teh hangat.

"Kemana aja semalem?" suara bass Ragil membuat Dela terkejut hingga melepaskan sendok ditangannya.

Dela mengambil sendok sembari masih memunggungi Ragil "Pulang lah."

"Kenapa sih harus kabur? Lo gak bisa nunggu bentar?" tanya Ragil dengan penuh penekanan.

Dela berbalik, sesaat ia tertegun karena Ragil bertelanjang dada namun karena rasa marahnya sedang bergelora ia mengacuhkan dada sialan itu "Satu gue muak nonton drama rec--"

"Drama kata lo?!" bentak Ragil.

Dela kembali memunggungi Ragil "kalau lo potong omongan gue. Gue gak akan bicara."

Ragil menghela nafas kasar "fine! Lanjutin."

"Satu gue muak sama drama receh. Dua gue merasa gak ada urusan lagi. Tiga gue c a p e k." tukas Dela sembari meniriskan nuget yang sudah matang.

"Lo cemburu?"

Dela berbalik "Cemburu? Gila kali gue cemburu sama lo dan cewek drama lo itu. Gak guna!"

"Dia punya nama! Dan lo perlu inget dia bukan sedang main drama!" bentak Ragil lalu pergi.

Dela menuju meja makan sembari membawa sepiring nuget, nasi dan segelas teh hangat. Ia tidak peduli jika Ragil marah. Toh sebelum ini mereka setiap hari marahan.

"lho kok udah bangun dek?" tanya Wiwik yang berada dimuka pintu dengan piyama yang masih menempel ditubuhnya.

Dela menunjukkan piring berisi nasi "makan Ma. Aku berangkat sekolah pagian jadi gak ikut sarapan."

"kenapa kok berangkat pagi banget? Ini masih jam setengah enam." tanya Wiwik yang sudah ikut bergabung dengan Dela di meja makan.

"Mau jalan kaki aja ke sekolahnya." jawab Dela sekenanya.

"Yaudah Mama mau mandi dulu." kata Wiwik lalu pergi.

Dela mencuci piring dan segera berangkat sekolah. Meskipun cuaca sedikit mendung, Ia memilih berjalan kaki. Sebenarnya Ia memilih jalan kaki karena ia ingin mengalihkan pikirannya dari kejadian kemarin.

StoryTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang