4

314 17 0
                                    

Semua yang dimulai dengan rasa marah, akan berakhir dengan rasa malu.

-Benjamin Fanklin

•••••

"Del, Kamu gak usah sekolah dulu ya? badan kamu masih panas. Mama udah nulis surat ijin, Abraham udah Mama beritahu juga." tutur Wiwik panjang lebar.

Dela menyingkap selimut yang melilit tubuhnya. Ia menatap jam berbentuk roda di dinding. Masih ada waktu 15 menit untuk siap-siap ke sekolah, jika sang Mama mengijinkan.

"Ma aku gak enak sama kak Abraham." cicit Dela dengan suara sumbang.

"Dia sudah tahu kamu lagi sakit. Udah kamu nggak usah mikir apa-apa. Mama ambilin sarapan dulu." Tegas Wiwik lalu meninggalkan Dela.

Dela meraih kaca dan melihat pantulan dirinya. Ia terlihat sangat kacau. Rambutnya acak-acakan, mata bengkak, dan baju yang belum berganti sejak kemarin sore.

Getaran hp di meja, membuat Dela terlonjak.

Abraham : Get well son ya del, next time mungkin kita bisa berangkat bareng? :)

Tanpa sadar senyumnya mengembang, namun Selang beberapa detik sebuah pesan masuk lagi.

Ragil : Sory.

Seketika senyum Dela hilang. Ia mengembalikan ponsel ke tempat semula.

"Hm baunya enak." sahut Dela melihat nampan yang dibawa Wiwik.

Wiwik tersenyum, ia menaruh nampan di atas pangkuan Dela.

"Makan gih. Mama ke bawah dulu mau bersih-bersih."

"Oke Ma!"

Dela lalu melahap masakan sang Mama. Meskipun tidak nafsu, ia sadar makan mampu memulihkan kesehatan.

•••••

"Mang es teh satu!" pesan Ragil kepada penjual kaki lima yang beroperasi di belakang sekolahnya.

"Oke mas Ragil!"

Ragil memutuskan duduk di trotoar. Ia mengamati kendaraan yang berlalu-lalang di jalan raya. Asap kendaraan menerpa wajahnya.

Seorang cowok yang berasal dari Sma berbeda menghampiri Ragil.

"bolos bro?"

"Udah tau nanya."

"Sendiri aja."

"Lo juga sendirian." Jawab Ragil to the point.

Mang Asep pun datang dengan satu gelas es teh "Aduh mas Candra, mas Ragil kalau kesini biasanya lagi emosi. Jangan banyak nanya." jelasnya.

"O gitu to. Yaudah Saya juga pesan es teh satu Mang." ujar Candra, mang Asep mengacungkan jempol.

Ragil mengambil pesanannya dan menyodorkan uang lima ribuan "makasih Mang. Nih uangnya."

"Pas ya Mas Ragil." jelas Mang Asep lalu pergi.

Candra terkekeh dan menyodorkan tangan "sory banyak basa-basi. Gue cuma mau kenalan sama lo, Candra."

Ragil menjabat tangan Candra "Ragil. Kenapa lo minta maaf sama gue?" tanyanya sambil menyeruput es teh.

Candra terkekeh lagi "karna Gue ngerasa salah, dan-"

StoryTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang