Part 4 (Daniel)

6.4K 95 6
                                    

Aku memang datang untuk bertemu dengannya.
Ya Ardiana siregar, gadis cantik yang telah lama memikat hatiku sanpai terasa nyeri bila mengingatnya.

Dia mantan pacarku saat aku sma dan dia smp. Kami terpaut usia tiga tahun.
Kalau saja waktu itu aku tidak terdesak masalah itu,
Tentu saja aku akan masih baik baik saja dengan Ardiana.

Mungkin ini takdir dari Tuhan, dengan gampangnya mempertemukanku dengannya kembali tanpa aku harus berusaha
Dia sedikit berbeda
Bukan, bukan soal penampilannya.
Tentu saja setelah beberapa tahun tidak bertemu, dia sedikit berubah yah menjadi lebih cantik dan menawan.
Mata itu, aku selalu memujanya, mata yang tak bisa membuatku berpaling pada siapapun
Mata coklat terangnya...

Tapi seperti yang kusebutkan dari awal, dia sedikit berbeda...
Entahlah, aku hanya punya firasat tentangnya...

Aku sengaja memandangnya lekat saat ini, mengukur ukur apakah ia masih sama seperti dulu?

Sepertinya dia sadar, aku memandangnya. Aku tau dia sangat membenciku, aku sadar apa yang kulakukan dulu itu sangat fatal.
Bisa saja sekarang dia tidak mencintaiku lagi, atau mungkin lebih buruknya 'dia punya kekasih'
Aku tak ingin itu, aku mencintainya! Masih! Dan akan terus seperti itu.

Aku akan memulai lagi, kalau bisa aku akan menceritakan kenapa aku bertindak hal itu dulu. Jika dia tak percaya aku akan meyakinkannya.
Jika dia sudah tak mencintaiku, aku akan membuatnya jatuh cinta lagi padaku, atau jika dia punya kekasih dengan senang hati aku akan merebutnya kembali
'Aku egois sekali yah...'

Dia memang beda dengan gadis lain, itu yang membuatku suka.
Disaat yang lain berebut ingin perhatianku dia malah tak acuh padaku.

Aku terus memandangnya, sekarangpun aku masih memandangnya dan dia juga memandangku. Entah apa yang ada difikirannya, dia selalu sulit kutebak.
Itu juga salah satu penyebab kenapa aku jatuh cinta kepadanya.

Lama kami berpandangan, akhirnya ia yang memutuskan untuk tidak memandangku lagi, kukira ia akan menyerah nyatanya ponselnya bergetar dan kulihat saat dia menatap layar ponselnya
Ekspresinya berubah, ia tersenyum senang.

Lalu dia berjalan menjauh, mungkin dia akan mengangkat telepon. Aku mengikuti tanpa sepengetahuannya.

Dia berjalan ke arah taman, setelah melihat keadaan sekitar dia duduk disatu kursi yang ada ditaman dan langsung mengangkat teleponnya.
Kenapa dia harus sewaspada itu? Ada apa sebenarnya?

"Hallo"

"..."

"Aku senang kamu menelepon"

"..."

"Tentu saja tidak, pestanya lumayan menyenangkan"

"..."

"Aku juga kangen padamu"

"..."

"Tidak masalah, aku akan kerumahmu kalau begitu"

"..."

"Tidak? Kenapa?"

Aku mendengarkan percakapannya dengan seksama. Kenapa dia mesra sekali sih! Menjengkelkan!

"Owh, oke besok?"

"..."

"Baiklah, sampai ketemu besok. Sayang"

Dengan begitu dia mengakhiri sambungan teleponnya.
'Sayang' ternyata benar yah dia punya kekasih, tapi kenapa seperti dia yang harus berkorban sih? Kenapa tidak pacarnya saja...
Ini aneh, aneh

Aku kembali ke dalam gedung, sebelum dia menyadari aku mengikutinya dan menguping pembicaraannya.

Ardiana, lihat saja kau akan jatuh cinta lagi padaku
'Janjiku'















Bersambung...

Hello Lesbi (Is Writing)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang