Sequel Mine by Octya Celline

17.1K 750 16
                                    

Pemenang juara 1 give away ini udah bikin tiga cerita series mine loh. Hebat bangets kan :3 dan ini sequel nya agak-agak horror misterius gitu ;) mau tau karya OctyaCelline gimana? Ayo bca~~

****

Sean's POV

Aku baru pulang dari kantor dan merasa lelah sekali karena seharian ini, aku terus saja mengadakan meeting dengan rekan bisnisku. Bukan cuma meeting, tapi juga harus membaca puluhan dokumen yang di ajukan oleh ratusan perusahaan untuk membuat kerjasama denganku.

Bayangkan saja, dalam sehari aku harus menandatangani puluhan dokumen yang tiada habisnya. Ditambah lagi, aku juga harus duduk selama berjam-jam untuk mendengarkan presentasi dari perusahaan-perusahaan yang ingin bekerja sama dengan perusahaanku.

Semoga saja, setelah sampai dirumah, Tika dapat membuatku kembali merasa segar dan bersemangat. Rasanya hari ini seluruh semangatku sudah di serap oleh dokumen-dokumen itu.

Aku melangkah memasuki rumah yang di sambut hormat oleh para pelayanku. Dari dalam rumah terdengar teriakan penuh bahagia dan tawa yang meramaikan suasana.

"Ada apa ini? Sepertinya kalian berpesta tanpa Papa?" Aku tersenyum, menatap keluarga kecilku yang nampak bahagia.

Dengan cepat Melvin menjawab, "Papa, tahu tidak? Mama menang Lotere, dapat tiket berlibur ke Jepang selama 3 hari 2 malam!"

"Oh ya? Wah, beruntung sekali sayang." Aku tersenyum ke arah istriku yang nampak begitu bahagia dan memasang senyum close up dengan menampilkan sederet gigi putihnya yang rapi.

"Tapi, tiketnya cuma buat dua orang Pa. Sepertinya hanya buat pasangan saja," kata Deira yang berpura-pura sedih.

"Ah, apaan sih Dei, biarin Papa sama Mama pergi berdua doang. Itung-itung buat mereka bulan madu lagi. Masa iya kita mau gangguin terus?"
Terlihat Melvin yang menjawab keluhan Deira.

"Iya Dei, biarkan saja Papa sama Mama pergi berdua. Lagipula kita masih harus kuliah. Emang kamu mau bolos begitu? Sebentar lagi kan UAS." Kelvin memperkuat argumen Melvin dan menimpali keluhan Deira dengan sangat jitu.

Terlihat Deira yang menepuk dahinya, "Oh iya, UAS ya. Kok bisa lupa sih."

"Kalau kalian mau ikut, nanti papa yang mengurus izin buat kalian dan kalau kalian masih ingin naik pesawat sama dengan mama dan papa, nanti papa belikan tiket buat kalian. Kita juga bisa pergi menggunakan pesawat pribadi ke sana. Mau pergi sekarang juga bisa kan? Jadi jangan ribut-ribut," kataku menanggapi perdebatan mereka dengan santai.

"No, no, no! Aku kan mau manfaatin Lotere ini, Sean! Masa mau pakai pesawat pribadi sih?!"

Terlihat Tika yang nampak memasang wajah cemberut mendengar usulanku untuk pergi dengan pesawat pribadi.

"Iya nyonya Franklin yang tersayang, kita tidak akan pergi dengan pesawat pribadi. Kita pergi menggunakan tiket Lotere itu. Sekarang berhentilah memasang muka cemberut seperti itu hemm," ucapku mencubit pelan pipi Tika yang nampak menggemaskan.

"Terus, kalian bertiga mau ikut pergi?" Aku menengok kearah ketika buah hatiku.

"Tidak!" jawab mereka serempak.

"Oke, kalau begitu papa akan pergi berdua saja dengan mama. Awas kalau sampai ada yang membuat kekacauan selama kami pergi. Papa akan memberikan hukuman yang tidak akan pernah kalian lupakan. Jadi, jangan berani-berani untuk berbuat onar dan jangan berkeliaran sewaktu kami tidak di rumah. Kalian masing-masing akan mendapatkan pengawal. Tenang saja, mereka hanya akan mengawasi kalian dan tidak akan mengekori kalian kemana pun.
Kalian mengerti?" Aku memberikan ultimatum kepada ketiga buah hatiku itu.

One Shoot StoryTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang