Dear no one (on the other hand)

83 13 1
                                    

29 Oktober 2014 | 23.oo WIB
-Bastian POV-

Aku berjalan cepat menuju night club dan melewati pintu masuk. Kuhampiri seorang security yang sedang berdiri tegap.

"Selamat malam pak, saya Bastian Ricky Syahputra. Saya datang kesini karena baru saja ditelfon oleh pihak night club ini .." Belum sempat aku selesai bicara, security berbadan tegap ini langsung memotong perkenalanku.

"Saya yang nelfon tuan. Cepat masuk, pacar anda membuat onar di night club ini." Security itu menarikku masuk ke dalam night club.

"Saya tidak punya pacar, yang bapak maksud siapa?" pertanyaanku tak dijawabnya. Tanganky terus ditarik security ini dan berjalan memasuki private room yang baunya menyengat karena asap rokok dan alkohol. Dan bodohnya aku hanya ikut saja, padahal aku tidak mengerti 'pacar' yang dia maksud, atau jangan-jangan..

Setibanya di private room, aku melihat ada tiga orang wanita, diantaranya pelayan wanita yang sedang berdiri di dekat pintu dengan kepala menunduk , satu orang wanita berbadan tinggi karena mengenakan stiletto heels, atasan bermodel kemben dan rok mini yang ketat hingga lekukan badannya terlihat jelas, rambutnya pendek sebahu berwarna merah kecoklatan, sedang berdiri memunggungi kami, dan disisi lain ada seorang wanita menggunakan mini dress merah ketat, berambut panjang dan warnanya coklat tua sedang duduk sambil menyilangkan kakinya hingga pahanya yang putih terpampang jelas.

"Tunggu, sepertinya aku kenal dengan wanita ini."

"Nona, ini pacar anda kan?" tanya security itu pada mereka.

Wanita berambut panjang itu langsung menoleh ke arah kami dan.. Ya benar dugaanku, wanita yang membuat onar dan mengaku-ngaku kalau aku adalah pacarnya adalah Cindy.

Cindy adalah sepupu jauh ku. Mengapa ku sebut dia seperti itu? karena memang dia bukan saudara dekat ku. Kami memiliki hubungan karena mamanya ayahku atau nenekku adalah adik papanya mama Cindy atau kakeknya Cindy.

Cindy sangat terobsesi untuk menikahiku, entah mengapa. Mungkin karena aku tampan,sopan,dan mapan. haha.

Tapi sayangnya aku tak memiliki rasa apapun pada nya, semakin hari dia semakin membuatku illfeel dengan tingkahnya yang kekanakan. Dia kusebut 'pengacara' as known as 'pengangguran banyak acara', sebutan yang sangat tepat untuknya karena ia tidak memiliki pekerjaan, mengawasi butik mamanya saja dia menyerah karena tidak bisa memanaje dengan baik. Yang dia tau hanyalah berpestapora bersama teman-temannya yang sebelas-duabelas dengannya, mabuk-mabukkan dan berfoya-foya menghabiskan uang ayahnya.

Bukannya berniat mencampuri hak orang lain, tapi wanita yang tidak mandiri dan boros jauh dari tipeku. Ditambah Cindy sama sekali tidak jago memasak, menghidupkan kompor saja dia  tidak berani, alasannya karena takut kompornya meledak. Dasar childish!

"My sweetheart, akhirnya kamu datang." sambut Cindy dengan manja kepadaku.

"Heh jalang! lihat,ini pacar gue! jadi lo jangan nuduh kalau gue negerebut pacar lo dan godain pacar elo. Amit amit deh, pacar lo tuhh yang godain gue." ucap Cindy pada wanita berambut pendek itu

Bagi ku lebih baik Cindy merebut pacar orang dari pada dia terus menghantui hidupku. Huffttt..

Lalu cindy berdiri, jalan dengan sempoyongan mendekatiku dan memelukku dengan manja

"Sayang kita pulang yuk, aku capek nih berdebat sama bitch kayak dia!"

Nadanya yang lembut menggoda berubah menjadi kasar, nafasnya bau alkohol. Dia pasti minum alkohol lagi.

"Yaudah, ayo kita pulang. Maaf ya mbak kalau wanita ini udah kasar sama mbak. Maaf ya pak kalau dia sudah buat onar di night club ini." apa boleh buat, aku harus minta maaf pada orang-orang yang ada disini meskipun ini sama sekali bukan kesalahanku, agar kami bisa pulang dengan damai.

Tapi anehnya wanita berambut pendek itu malah tersenyum dan memicingkan mata kanannya padaku. Ihh, benar yang dibilang Cindy, dasar jalang!

"Iya tuan, kami maklum kok, mungkin karena efek alkohol yang berlebih juga." Balas security itu dengan sopan.

Kalau tau karena efek alkohol, kenapa masih disediakan?

Aku pun menuntun jalan cindy yang sudah tak seimbang lagi, iya sangat mabuk dan hampir tak sadarkan diri. Kumasukkan dia kedalam mobil Nissan Juke hitamku dan kududukkan di bangku depan sebelah kiri.

Lalu aku masuk ke bagian setir. Kupandangu dia yang acak-acakkan, kepalanya bersender ke arah kanan, tapi kutegakkan agar lehernya tak pegal.

"wauuuwauuwauufff..." Cindy mengigau.

Ku setel bangkunya agar sedikit bersender dan tak terlalu pegal, kini badanku harus menimpa badannya karena penyetel bangkunya ada di sebelah kiri bawah bangku Cindy.

"Haa Bastian! kena kau. Kauingin memelukkukan? Hahaha, tidak harus saat aku tertidur, saat aku terbangun juga aku dengan senang hati menerima pelukanmu, sayang.hiiaahahahaha."

Aku langsung menjauhkan badanku dari badannya.

"Siapa juga yang mau meluk elo."

Ku nyalakan mobilku dan kukendarai.
Sepanjang perjalanan Cindy terus mengoceh tak jelas seperti orang mengigau.

"wauuwaaauusyuuuuhhhhhhhh."

Bising dan sangat mengganggu ditambah hujan deras yang membuat suasana menjadi semakin sulit.

"Bas..lamar aku dong. Aku cinta kamu loo, aku siap jadi istri kamu bas." Cindy merengek seperti anak-anak yang minta dibeliin boneka.

"Cin,denger ya, aku gak cinta sama kamu, dan kita gak cocok sama sekali. Lebih baik kamu cari cowok lain yang klop sama kamu. Kamu cantik kok, aku yakin diluar sana pasti banyak yang mau sama kamu." aku harap cindy bisa mengerti.

"Ya aku tau kalau diluar sana banyak cowok yang ngincer aku, tapi.. aku cintanya sama kamuuu!!"

Cindy menjerit ditelingaku sampai membuatku sedikit budeg. Hah ini keterlaluan, lebih baik aku mendengar musik daripada dengerin ocehan dia.

Ku tekan tombol power radio dan ku keraskan suara radio ini agar menutupi suara cindy yang mengganggu konsentrasi menyetirku.

"But sometimes, I just want somebody to hold.
Someone to give me the jacket when it's cold.
Got that young love even when we're old.."

Sepertinya lagu ini berhasil memberhentikan ocehan cindy yang tak jelas, ia terlihat serius mendengar lagu Dear No One dari Tori Kelly ini.

Apa yang di fikirkan? ah sudahlah, yang penting dia sudah diam dan aku bisa berkonsentrasi menyetir.

"So if you're out there I swear to be good to you
But I'm done lookin', for my future someone!!"

Sial, Cindy malah ikut menyanyi dan yang paling parah ia bernyanyi seperti diruang karaoke saja, teriak-teriakan namun false.

"Cause when the time is right
You'll be here, but for now.."

Cindy semakin teriak dan mengarahkan wajahnya padaku seolah Ia ingin berkata melalui lagu itu. Cindy mengguncang-guncangkan tanganku membuat tanganku tak mampu mengendalikan stir.

"Apaan sihh cin.."

"Dear no one, this is your love song..."

Cindy semakin teriak dan yang paling parah dia merentangkan tangannya di depan muka ku hingga aku tak mampu melihat jalan. Karena terkejut, refleks tanganku memutar asal stir mobil dan..

"Braak.."

Hah apa itu? setauku tidak ada tiang di depan jalan, ataupun tong sampah besar, di depan benar-benar gelap tapi apa yang kutabrak? Cindy...ini semua gara-gara kau!

The Love SpellTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang