The Love Spell

76 10 1
                                    

-Author POV-

"Bastian..!"

Viola akhirnya tersadar bahwa ia berada dalam pelukan Bastian, ia langsung berdiri dan membenarkan rambutnya yang tak kusut. Ia tersadar bahwa semua mata tertuju pada mereka berdua.

"Maaf..maaf.." ucap Viola cengengesan pada semua tamu undangan.

~*~*~*~

Acara berjalan lancar dan kini saatnya makan siang. Para tamu undangan menikmati makanan-makanan yang tersedia. Sementara pengantin duduk di kursi pelaminan, mereka benar-benar kelelahan. Para bridesmaid tetap setia mendampingi mereka dan siap untuk membantu jika pengantin meminta sesuatu.

"Kalian makan aja sana, dari tadikan kalian udah capek, waktunya isi tenaga, acara masih lama lho." Saran Sisca. "Iya juga ya sis, gue juga udah laper nih,cacing di perut gue udah protes. Lisa,Amel, Vio, kita makan yuk." ajak Renka sedikit lemas.

"Iya ren,gue juga laper. Tapi kayaknya lo udah kelaparan berat, sampai pucat gitu hahaha." ledek Lisa.
"Ayo ayo.. sekalian kita selfie-selfie ya."
"Selfie melulu kerjaan lo mel." protes Lisa.

"Gue disini aja nemenin Ryan sama Sisca, lagian gue gak terlalu laper kok" Viola menolak ajakan teman-temannya, entah kenapa tiba-tiba ia kehilangan selera makan.
"oke deh kalau gitu, kita pergi dulu ya." Lisa, Amel dan renka pun berlalu.

"Duh disini kok panas ya, jadi keringetan." Sisca mengeluh sambil mengipaskan mukanya menggunakan tangan. "Iya lo berdua keringetan, gue ambilin tissue dulu ya."

"Iya.. iya, makasih ya vi." ucap Sisca antusias. "sipp." Viola pergi menuju ruang rias untuk mencari tissue.

-Viola POV-

Aku masuk ke ruang rias dan secepatnya mencari tissue kering. Kuarahkan pandanganku keseluruh ruangan ini.

Nahh ini dia. Aku langsung keluar dari ruangan ini karena tak banyak waktu yang kupunya. Aku berjalan cepat bahkan setengah berlari menyusuri lorong yang sedikit gelap dan menyeramkan ini, entah mengapa aku merasakan hawa-hawa yang aneh dan berbeda saat aku bersama bridesmaid dan groomsmen tadi, tepat saat aku membelok ke arah kanan, seorang wanita berbaju biru tua menabrakku hingga sekotak tissue yang kupegang terjatuh.

"Aduhh!" ku ambil sekotak tissue yang terjatuh.

"Ternyata kau yang selama ini memanggilku, Viola Clara."

Wanita ini mengenalku? Tampang seseram ini mengenalku? Tunggu, apa mungkin dia pasienku yang giginya suka ngilu-ngilu itu? atau mungkin dia nenek dari pasienku?

"Emm, anda siapa ya? kenapa anda mengenali saya?" tanyaku heran.

"Kau lupa denganku? hatimu terlalu redup hingga mengingat aku saja kau tidak bisa."

Aduuhh.. ini orang ngomong apaan sih? please deh, to the point aja kali.

"Maaf ya nek, tapi saya bener-bener gak kenal sama nenek. Maaf banget ya." Aku mulai melangkahkan kakiku, menghindari makhluk aneh ini.

"Apa?! Nenek! Apa aku kelihatan setua itu? hemm.."

Sebenarnya lo gak tua sih nek, tapi dandanan lo serem. Lipstick, eyeshadow, alis mata, semuanya menyeramkan. Kayak peramal tau gak.. eh tunggu dulu,
Peramal?

"Nah itu dia, kamu sudah mendapatkan jawabannya!"

"Madam Laila Aimer?"

"Ya benar sekali, bagaimana? ramalan saya sepuluh tahun yang lalu ada benarnya kan?"

"Emm, sedikit sih, tapi saya gak percaya sama madam. Atau jangan-jangan madam ngutuk saya ya biar saya gak bahagia sama pasangan saya?"

"Enak saja kamu, saya ini peramal sekaligus penyihir cinta, mana mungkin saya mengutuk orang yang sudah terlahir malang seperti kamu. Malah saya seharusnya membantu orang-orang yang bermasalah dengan 'Cinta' diantaralainnya kamu!"

The Love SpellTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang