Prolog

3.9K 87 0
                                    

Hola reader! *cium* ini tulisan pertamaku, so i hope you like it muaacchhh!

-Author POV-

Suara sirene mobil itu sangat memekakkan telinga. Juga lampu berwarna merah dan biru itu sangat menyilaukan. Mobil itu mengejar seorang wanita yang tengah berlari kearah hutan. Entah apa yg telah diperbuat wanita itu sehingga dia dikejar oleh polisi-polisi itu. sungguh malang nasibnya.

-Sam POV-

Ahk! Sial! Lagi lagi aku dikejar orang-orang ini. Aku sungguh bodoh. Kenapa bisa aku ketahuan seperti ini. Ahh, sungguh melelahkan berlari seperti ini.

Dorr dorr dorr... suara apa itu? itu seperti suara tembakan. Tapi siapa yang ditembak? Kalau aku yg ditembak, kenapa tidak ada satu pun yang menembus tubuhku. Sungguh aneh.

Aku pun berhenti berlari dan secara perlahan aku membalikkan tubuhku kebelakang. Pemandangan yang aneh. Semua polisi yang memburuku tadi mati mengenaskan. Kenapa bisa? Siapa yang melakukannya? Ah banyak tanya :v.
Tunggu-tunggu, ada seorang pria 2 m jaraknya dariku tengah berdiri membelakangiku dan dia memegang sebuah pistol. Sepertinya dia yang menembaki polisi sialan ini. Baguslah, berarti aku selamat untuk ketiga kalinya. Hehe.

Jujur saja, aku sudah dua kali dikejar polisi seperti ini, tetapi aku selalu saja lolos. Oke, to the point. Siapa pria ini? Dengan gaya rambut nya yang spike dan menyamping membuat dia terlihat dari belakang sangat cool.

"Hei! Kau siapa?" teriakku yang masih diam diposisi awal ku tadi. Pria itu pun berbalik sehingga kami berdua berhadapan. Tetapi wajahnya sungguh gelap karna tidak disinari cahaya lampu jalan ini. Aku tidak dapat melihat wajahnya dengan jelas. Perlahan dia berjalan kearahku.

"Hei, you ok?" tanya nya. Sekarang jarak kami + hanya 1 m. Sungguh dekat, sehingga aku sangat jelas melihat wajah tampannya. Wajahnya putih, alis tebal, matanya berwarna hijau tosca. Ahhhh sungguh indah sehingga ingin membuatku berteriak saja. Tapi aku jaga image di depannya. Wuehehe. Tunggu, dia mirip Justin Bieber :v. Oke balik ke pokok cerita :D.

"Uhm, ya. I'm ok." Jawab ku gugup. "Kau siapa? Kenapa kau menolongku?" tanya ku.

"Oh iya, perkenalkan nama ku Mike. Tak sengaja tadi aku melihat mu dikejar oleh polisi-polisi ini, aku pun membantumu untuk menghindar dari polisi-polisi ini." Ujarnya.

"ohh, kalau begitu makasih ya." Aku tersenyum.

"Ngomong-ngomong kenapa kau hisa dikejar polisi seperti ini?" tanya nya heran.

"Uhm, hehe. Tidak apa-apa." Ujar ku.

"Sudah, tak apa, ceritakan saja." Pinta Mike.

"Se-sebenarnya aku baru saja membunuh orang." Ujarku yang langsung tertunduk.

"Me-membunuh? Kamu serius?" tanya Mike.

"I-iyaa aku serius." Ujarku.

"Jadi kau pembunuh?"

"Bu-bukan. Akhir-akhir ini aku sering membunuh akibat dendam yang ada pada diriku. Entah bisikan setan atau apa yang menyuruhku untuk membunuh, aku tak tau." Ujarku dengan nada yang agak rendah.

"Sama saja kau sudah menjadi pembunuh." Ujar Mike.

"Iya sih, pembunuh apa bahasa kerennya itu? yang psi psi apalah itu aku gak tau." Ujarku seperti anak TK.

"Psycopath. Dasar payah." Ledek Mike.

"Haaa, itu dia." Ujarku kegirangan.

"Heh."

"Oh iya, Mike. Aku harus pulang. Ini sudah larut malam. Jangan sampai orangtua ku tau kalau aku habis membunuh."

"Jadi orangtua mu tidak tau?

"Tidak." ujarku polos.

"Bodoh. Kau sudah menjadi anak durhaka." Ujar Mike.

"Kalau aku memberitahu orangtua ku, bisa-bisa aku gak dianggap lagi sebagai anaknya. Kau sungguh gila." Ujarku kesal.

"Terserahmu saja."

"Yasudah. Aku mau pulang dulu, sebelum polisi yang lain datang, lalu aku ditangkap, disidang, dan dihukum mati. Sebelum semua itu terjadi, aku harus pulang. Bye." Ujarku. Aku pun membelakanginya dan perlahan meninggalkan tempat itu.

"Sampai jumpa lagi!" Teriak Mike dari kejauhan.

***

A Psycopath LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang