Chap 5 - New sista?

837 39 0
                                    

Selesai baca, tolong kasih vote sama komen tentang cerita ku ini ya. aku butuh banget saran dari kalian, supaya bisa lebih bagus lagi.

sebelumnya, makasih ya yang udah mau baca

.

.

.

.

"Eh-eh, tunggu. Bagaimana kalau yang membunuh Miss Lauren itu, Sam?" tanya Aiko.

"Aiko! Kau yang benar saja. It's impossible." Vomi angkat bicara.

"Nothing is impossible, Vom. Kau ingat saat Miss L marah kepada Sam?" Balas Aiko

"what?"

"Di saat Miss L memarahi Sam, kau lihat matanya. Di matanya tampak dendam dan kebencian." Ujar Aiko.

"Kau sangat jeli, sampai matanya pun kau perhatikan." Vomi tertawa di sela-sela perkataannya.

"Oh ayolah, Vom. Aku sedang tidak bercanda." Ujar Aiko sambil menampakkan muka kesalnya.

"I'm sorry." Vomi menutup mulut-nya yang nyaris tertawa lagi.

"Huh!"

"Bagaimana kalau kita menyelidiki Sam?" saran Mischa.

"Kau gila, ha? Kau kira kita ini tim FBI apa?" Aiko menghela nafas terhadap kelakuan sahabatnya itu.

"Kalau kita sampai ketahuan oleh-nya, bisa mati kita." Tambah Miku.

"Iya juga sih. Ya sudah kita tidak usah menyelidikinya." Mischa cengengesan.

"Dasar!" ujar Miku, Vomi, dan Aiko serentak.

"Hehehe."

-Sam POV-

"Aku pulang!" teriakku sembari memasuki pintu rumahku.

Hahahahaha! Tunggu! Kenapa di ruang TV sepertinya sangat ramai. Sampai sampai suara tawaan dari daddy dan mom terdengar sampai sini. Apa yang sedang terjadi?

Aku pun melangkahkan kaki-ku menuju ruang TV. Dug! Aku menjatuhkan tas ku ke lantai saat melihat pemandangan ini. Siapa gadis kecil itu? dia sedang berada di pangkuan daddy. Dia berambut ikal berwarna pirang kehitam-hitaman, dan wajah yang putih bersih, serta mata yang berwarna biru itu, apa kalian mengenalnya? Tentu tidak. *hehe* gadis itu sedang memainkan jari-jarinya.

"Mom, Dad."

"Sam, kau sudah pulang. Kenalkan ini adik angkat mu." Sahut daddy sembari tersenyum. Apa maksdunya adik angkat ku? Apa Daddy dan Mom ku mengadopsi anak?!

"Hei, little girl. Pergi sapa kakak mu." Ujar Mom. Dia melambaikan tangannya ke arahku. Apa dia tidak bisa bicara? Aku baru ingat kalau sedari tadi dia memakai bahasa tangan untuk berbicara kepada mom ku.

"Mom, Dad? Kenapa kalian tidak memberitahuku terlebih dahulu?" ujarku dengan nada rendah. Tidak masuk di akal umpatku.

"Maafkan kami. Tapi kami tau kalau kau pasti akan setuju." Sahut daddy. Setuju apa? Jelas aku tidak ingin mempunyai adik yang mengalami tunarungu seperti ini. Heh!

"Kau bisa menerima adikmu ini kan?" tanya Mom memelas. Aku hanya diam. Aku menatap gadis kecil ini. Ya, kuakui anak ini sangat cantik. Rambut ikal-nya sangat pas dengan wajah imutnya.

"Hem, akan ku coba." Ujarku dingin dan pergi meninggalkan mereka. Aku berjalan menuju kamar-ku.

Aku pun merebahkan tubuh-ku di atas kasur-ku yang sangat sangat empuk. Ahhhh...

Tok...tok...tok... Heh! Siapa malam-malam begini yang mengetuk pintuku. Mengganggu saja.

Aku pun segera membuka pintu.

"A-a-a, Da ant me' ssll-eep i-in hh-eere." Ah, anak ini ternyata. Dia bersusah payah untuk berbicara. Kasihan juga. Dia kira aku tidak bisa berbahasa tangan, makanya dia berbicara langsung kepadaku. Eh, by the way aku bisa berbahasa isyarat. Dikarenakan dulu mom ku pernah bekerja disuatu sekolah khusus anak-anak yang cacat. Ototamis mom ku tau berbahasa isyarat. Dan saat aku berkunjung ke sekolah tersebut, aku diajarkan mom berbahasa isyarat. Tapi saat ini, aku rada-rada lupa. Hehe.

"Ada apa?" ujarku sambil diringi gerakan tangan-ku.

"Daddy want me sleep ini you're room." Dia mengatakannya melalui gerakan-gerakan tangannya. Imut sekali anak ini.

"Ya sudah, ayo masuk." Balasku dengan gerakan-gerakan tanganku. Pas sekali, kasur kamar ku berukuran 'Queen Size'. Kalau tidur sendirian di kasur sebesar ini rasanya juga tak enak.

"Terimakasih." Tangan mungil-nya bergerak sangat lincah. Dia tersenyum ramah kepadaku. Sangat manis. "Tidak ada salahnya aku menerima anak ini sebagai adikku, aku hanya perlu beradaptasi dengannya." Batin ku.

Aku pun menuntunya menaiki kasur. Maklum, tubuhnya sangat kecil. Mana mungkin bisa menaiki kasur yang super tinggi ini. Yang ada pun jika terjatuh dari kasur ini, bisa bisa langsung amnesia. Haha.

"Hei, girl. I forget ask you're name." ujarku yang baru sadar, kalau sampai saat ini aku belum tahu nama anak ini.

"My name S-T-A-C-Y." Dia mengejakan namanya melalui gerakan tangan.

"Stacy? Uhm, beautiful name." ujarku sembari tersenyum. Dia pun membalas senyumanku.

"You're name?" tanya nya dengan gerakan tangan.

"My name S-A-M." Aku juga mengejakan namaku menggunakan gerakan tangan.

"Sam? Wow, nama kita sama-sama berawalan 'S'." Dengan lihai tangannya kembali bergerak. Haha. Aku baru menyadari kalau nama kami sama-sama berawalan 'S', sudah takdir mungkin dia akan menjadi adikku.

"Hahaha." Aku tertawa keras melihat wajah-nya yang lugu itu.

"Why?" tanya nya heran.

"Nothing. Let's sleep!" Ajakku dengan semangat '45' :v. Dia pun langsung menyambar selimut yang ada di bawah kaki-nya. Aku juga mengikutinya. Dia tertawa girang.

"Good Night, Sam. Have a nice dream." Tangannya kembali bergerak dengan lincah.

"Too." Balasku.

Kami berdua pun menutup mata dengan rapat. Peri kecil pun membawa kami kedalam alam mimpi.

Keesokan harinya... 

***

sorry ya kalau pendek. otak aku lagi blank. ho ho ho.

jangan lupa Vote sama Comment yaa readers :* :*


A Psycopath LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang