CHAPTER 18: Sebuah Pengakuan

34.9K 1.8K 101
                                    

***

Cukup sudah, aku tak ingin mendengar hal apapun dari mulut Stella yang bisa membuatku tersulut emosi  "Aku berusaha untuk ikhlas dengan takdir Tuhan, Stella."

"Termasuk menikah dengan orang yang tidak mencintaimu!" Stella mengatakannya dengan mimik muka mencemooh.

Dan aku hanya bisa menghela nafas pelan "Kau pasti pernah mendengar istilah Bisa karena terbiasa, begitu juga dengan cinta, cinta bisa tumbuh karena terbiasanya kami menghabiskan waktu bersama, hidup dalam satu atap yang sama, makan dalam satu meja makan yang sama dan termasuk tidur menggunakan ranjang yang sama setiap malamnya. Aku yakin Cinta di hati mas Bram akan datang dengan seiringnya waktu melalui proses kebiasaan dan kebersamaan yang kami lalui bersama."

Sebenarnya aku tidak tahu apa yang aku bicarakan ini, aku sendiri tidak yakin dengan apa yang ku ucapkan barusan, dalam hati aku menyangkal semua ucapanku ini. Karena ku tahu cinta itu sama sekali belum tumbuh di hati mas Bram. Tapi untuk seseorang seperti Stella terpaksa aku harus mengatakannya dan membohongi diriku sendiri.

"Hah!" Stella tertawa sumbang  "Itu hanya istilah dan kau terlalu mempercayainya. Walau bagaimanapun hati seseorang tidak akan semudah itu berubah, semudah membalikan telapak tangan,  memberikan perasaannya pada seseorang yang sama sekali tidak ia inginkan tidaklah mudah, Aini. Termasuk hati Bram pada dirimu."

"Oiya!?" Mungkin dengan membuatnya cemburu akan menghentikan niat Stella yang selalu membuatku ingin menjambak rambut panjangnya "Kau mungkin tidak tahu, jika sekarang mas Bram sangat perhatian kepadaku, ia tak hentinya selalu menanyakan apapun yang ku lalukan setiap waktu setiap jam. Bukankah itu sebuah tanda jika sekarang mas Bram sudah membuka hatinya untukku."

Tapi rupanya perkataanku ini menjadi boomerang bagi diriku sendiri. Stella sedang menertawakanku dengan senangnya.

"Kau terlalu naif dalam memandang seseorang Aini, kau yakin Bram melakukannya karena tulus dari hatinya!? Atau jangan-jangan ia terpaksa melakukannya karena sesuatu alasan!" Stella mengatakannya dengan puas hati.

Tapi apa yang di katakan Stella ada benarnya juga. Mas Bram tidak mungkin tiba-tiba baik dan perhatian kepadaku, ia tidak mungkin begitu saja meluangkan waktunya hanya untuk menanyakan apa yang ku lakukan, jikalau bukan...?

***

🍀Selengkapnya ada di Google PlayBook :

https://play.google.com/store/books/details?id=TH51DwAAQBAJ🍀


Adakah Aku di Hatimu [Tersedia E - Book di Google Play]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang