"Cinta akan tumbuh seiring waktu berjalan."
***
Kata orang menikah itu indah. Dimana dua hati dijadikan satu dalam ikatan janji suci. Berjanji untuk setia, saling menyayangi dan tidak menyakiti. Melalui hari demi hari, menghabiskan waktu demi waktu, senang dan sedih, tangis dan tawa semuanya dilakukan bersama hingga maut memisahkah.
Kata orang jika kalian ingin merasakan syurganya dunia maka menikahlah. Di sanalah syurga itu akan kau rasakan, kenikmatan yang tiada taranya. Bahkan Tuhan menjanjikan rejeki yang berlimpah bagi ke dua orang yang terikat dalam pernikahan. Betapa mulianya sebuah pernikahan dalam pandangan kehidupan, karena pernikahan adalah sebuah penyempurnaan separuh agama. Dan itu termasuk ke dalam sebuah ibadah.
Namun keindahan itu enggan menyapaku, kenikmatan syurga itu belum ku rasakan saat ini dalam pernikahanku. Aku telah menikah, aku sudah bersuami. Tapi aku merasa sendiri dalam menjalani pernikahan ini, lelaki yang ku harapkan untuk menjadi imam dalam hidupku, membimbingku, dia enggan mendekatiku, dia bahkan tidak menganggapku ada, atau mungkin dia menganggap aku bukanlah istrinya. Lalu apa artinya pernikahan ini jika dia tak ingin melalui kehidupan ini bersama-sama.
Harapanku untuk membina sebuah rumah tangga yang ku cita-citakan luntur sudah, tak sesuai dengan apa yang ku inginkan. Keinginanku dalam sebuah jalinan pernikahan sangatlah sederhana, tidak muluk-muluk, aku dan suamiki membangun sebuah keluarga yang harmonis yang di landasi cinta, kasih sayang dan kepercayaan. Membangun keluarga yang selalu di rahmati dan di ridhoi oleh Allah.
Tapi jika sejak awal sudah seperti ini, aku tidak tahu sanggupkah aku bertahan sendirian mempertahankan rumah tangga ini dari hempasan badai?
"Lagi apa toh, mbak?" Si mbok yang tiba-tiba datang membuyarkan semua lamunanku "Pamali ngelamun sore-sore, sendirian lagi. Entar kesambet setan lho!" Ucapnya lagi, ia kemudian menghidangkan secangkir teh lemon hangat beserta sepiring biskuit.
"Aku hanya sedang mengajak Bagas dan Bagus bermain, mbok." Jawabku.
"Dengan melamun?"
"Tentu saja tidak, mbok." Elakku.
Si mbok kemudian duduk menghadap ke arah si kembar yang sekarang sedang asik memakan biskuit.
"Mereka lucu dan menggemaskan ya, mbak!?"
Aku mengangguk setuju membenarkan pernyataan si mbok mengenai Bagas dan Bagus.
"Kadang si mbok kasihan kalau lihat si kembar yang masih kecil sudah di tinggal ibunya. Sejak lahir ke dunia mereka tidak merasakan kasih sayang seorang ibu sedetikpun. Bahkan mereka tidak di beri kesempatan merasakan air susu ibunya." Raut wajah si mbok berubah sedih.
"Tapi sekarang si mbok bahagia." Ucapnya kembali ceria dengan bibir yang dihiasi okeh senyuman "Si kembar dan kakak-kakaknya sudah mempunyai ibu lagi." Si mbok menatapku dengan haru "Tadinya mbok ga percaya saat di beritahu jika den Brama akan menikah lagi. Mengingat ia sangat mencintai mendiang istrinya dan..." Si mbok terdiam.
"Dan kenapa, mbok?" Tanyaku penasaran.
"Ahh. Tidak." Ia buru-buru mengalihkan pembicaraan seperti ada yang di sembunyikan tentang mas Bram dariku "Oiya. Bagaimana dengan tanganmu?"
Aku melihat telapak tanganku dan membolak-balikannya "Sedikit lebih baik setelah mendapat pijatan dari mbok lagi."
"Syukurlah. Kalau begitu."
"Mbok." Ucapku lirih memanggil namanya. Aku masih penasaran apa yang ingin si mbok katakan tentang mas Bram.
"Ya." Si mbok menengok ke arahku.
KAMU SEDANG MEMBACA
Adakah Aku di Hatimu [Tersedia E - Book di Google Play]
RomanceCERITA LENGKAP TERSEDIA DI GOOGLE PLAYBOOK & KBM APLIKASI (LINK ADA DI BIO) Aini, diusianya kini yang hampir menginjak kepala tiga mempunyai keinginan yang sama seperti wanita lainnya yaitu mendambakan suami yang ceria, manis dan romantis, serta kel...