Chapter 6 : Hambatan

32.8K 1.7K 32
                                    

"Akan ada saja kerikil-kerikil tajam di setiap perjalananmu, menuju kebaikan."

***

Baru sehari aku disini, tapi sudah banyak rentetan kejadian demi kejadian yang terjadi padaku dan membuatku berpikir keras bagaimana nasib rumah tangga kami kedepannya.

Setelah meninabobokan sikembar, aku belum mampu memejamkan mata ditengah malam buta seperti ini, gelisah atas apa yang terjadi seharian tadi. Beberapa kali mencoba untuk membuat tertidur tapi yang ada hanya membuatku semakin tak bisa memejamkan mata ini dan membuatku teringat pada pesan Ibuku di malam sebelum aku berangkat ke esokan harinya.

Beliau mengatakan banyak kata untukku, wejangan untuk anak perempuan semata wayangnya yang telah menikah.
Malam itu, di pangkuan Ibu aku berbaring, kebiasan ketika ku kecil dulu sebelum tidur, dengan lembut ibu mengusap pelan kepalaku dan berkata "Ibu tak menyangka hari ini akhirnya tiba juga. Kau akan pergi meninggalkan rumah ini, ibu dan juga bapakmu. Kini Kau bukanlagi hanya sebagai anak ibu, akan tetapi kau sudah menjadi istri sekaligus ibu bagi anak-anaknya. Ibu senang, ibu bahagia karena anak ibu kini akan memulai kehidupan baru, kehidupan yang sesungguhnya di dunia ini. Namun ibu juga sedih karena anak ibu satu-satunya akan pergi meninggalkan ibu dan bapak." Ibu terdiam sejenak, menahan isakannya. Ku rasakan setetes air matanya jatuh di pipiku.

"Bu." Panggilku lirih. Ku lihat ia menyeka sudut matanya.

Sambil tersenyum ia berkata lagi "Ibu tidak apa-apa nak. Ini bukanlah tangisan kesedihan akan tetapi ini adalah tangisan kebahagian seorang ibu yang bahagia melihat anaknya telah memulai kehidupan baru. Ingatlah selalu Aini, bahwa kini engkau bukan saja seorang istri tapi juga seorang ibu.

Ibu tahu, jika di tanganmu kini ada tanggung jawab yang begitu besar tapi jangan sampai itu menjadi beban bagimu, ikhlas dan sabar. Cintai mereka dengan sepenuh hatimu, sayangi mereka dengan segenap jiwamu. Bahagiakan suami dan anak-anakmu. Jadilah kau dermaga untuk pelabuhan hati suamimu, niscaya ia akan menjadi penjaga hatimu. Jadilah kau hamparan bagi suamimu, niscaya ia akan menjadi tiang bagimu. Jadilah bumi baginya dan ia akan menjadi langit bagimu. Kini syurgamu tak hanya ada dalam telapak kaki ibumu, tetapi juga suamimu, ia adalah pusat dimana surga itu berada. Railah surgamu dengan taat dan patuh pada perintahnya.

Adakah Aku di Hatimu [Tersedia E - Book di Google Play]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang