III

61 18 14
                                    

10 menit kemudian mereka menemukan beberapa mobil polisi yang menandakan TKP telah dekat. Plang bertuliskan "Selamat datang di Desa Gulira" pun mereka lewati. Banyak warga memadati jalanan sibuk menonton polisi yang melakukan penyelidikan. Fiber memarkir mobil di tepi jalan dan mereka keluar dari mobil. SR3 Agent menghanpiri para polisi dan disambut hangat.

Kwary berlari ke arah Josi "JOSI!" Meneriakkan nama seorang pemuda berseragam polisi dengan suara menggelegar.

Josi yang merasa dipanggil, memalingkan muka ke sumber suara. Josi mendapati Kwary berlari ke arahnya. Josi pun menyambut Kwary dan SR3 Agent lainnya. Penyambutan ini disusul beberapa polisi lain.

"Pak Serdi, perkenalkan mereka SR3 Agent. Guys kenalkan ini pak Serdi, komandan kasus ini" Josi memperkenalkan SR3 Agent pada komandannya

"Halo SR3 Agent. Saya Serdi, komandan penyelidikan ini. Suatu kehormatan bisa bertatap wajah dengan kalian, agent yang luar biasa. Sangat luar biasa juga bisa bekerja sama dengan kalian" ucap Pak Serdi sambil menjabat tangan SR3 Agent satu per satu.

"Bapak bisa saja. Kami pun bangga banget bisa kerjasama sama pak komandan" ucap Fiber cengar-cengir tebar pesona.

"Mari kita langsung ke TKP. Tas bawaan kalian, serahkan saja pada Larc" lanjut Serdi berbicara pada SR3 Agent disusul anggukan. "Larc, tolong kamu simpan tas-tas ini di penginapan untuk SR3 Agent" Larc mengangguk

"Terimakasih Larc." Ucap SR3 Agent bergantian ke Larc

Kemudian SR3 Agent, Komandan Serdi, Josi dan beberapa polisi lain memasuki TKP. Sebuah rumah yang cukup luas untuk kategori rumah di desa kecil dan hanya diisi 3 orang dalam satu krluarga. Rumah ini didominasi kayu. Ornamen dalam rumah pun didominasi kayu namun dicat dengan warna cerah seperti warna merah, jingga, hijau muda pada tembok-tembok dan pilar rumah. Mereka mengelilingi TKP dan mencatat data dari beberapa polisi yang sudah menyelidiki.  Namun hasilnya masih minim. Tidak terdapat sidik jari di TKP selain sidik jari korban dan Moka. Semua bersih.

"Hmmm.. Kasus ini benar-benar unik dan sangat bersih." Skyla bergumam pada dirinya sendiri namun yang lain menengok ke arahnya. Pandangan Skyla jatuh pada Josi "Josi entah mengapa aku sangat penasaran dengan hutan dekat sini. Apa kamu tau sesuatu? Aku merasa ada sesuatu yang... Entahlah. Masih berelasi" ucap Skyla

"Wah kalau masalah hutan aku gatau, La. Tapi aku tau siapa orang yang bisa menjawab rasa penasaranmu, Pak Linto namanya. Beliau tau tentang hutan dan Desa Gulira ini." Jawab Josi

"Yaudah, kita langsung temui beliau aja" celetuk Dirm

"Good idea. Lets go!" Fiber menambahkan

SR3 Agent dan Josi keluar dari TKP dan berjalan menuju kediaman Pak Linto di tepi hutan. Josi yang memimpin perjalanan mereka. Mereka memasuki hutan terus ke dalam hutan. Pohon-pohon tinggi mengelilingi mereka. Beberapa burung saut-menyaut entah di dahan pohon yang mana.

Sekitar setengah jam mereka berjalan terus masuk ke dalam hutan. Sebuah rumah yang hampir sama dengan lingkungan sekitarnya berbahan dasar dari kayu terlihat selang beberapa langkah dari mereka.

Josi mengetuk pintu rumah itu. Tidak lama keluarlah seorang pria paruh baya yang masih sanggup berdiri tegap walau seluruh rambutnya sudah memutih. Pria tua itu kaget melihat kedatangan SR3 Agent dan Josi. Walau begitu ia berusaha menutupinya dengan sebuah senyuman yang terlalu lebar hingga bisa disebut seringai.

"Eh ada tamu. Nak Josi dan ehmm 'para detektif'. Silahkan masuk ke pondok sederhana saya." Ucap Pak Linto dengan raut ganjil. Ada nada aneh yang terasa saat Bapak tua itu menyebut 'para detektif'. Hal negatif itu segera ditepis Skyla.

Satu per satu SR3 agent dan Josi menyalami Pak Linto dan masuk ke dalam rumahnya. Ruang tengah rumah itu hanya diisi set meja makan tua. Ruang tamu dan dapur menyatu dalam satu ruangan. Ada 2 pintu yang kira-kira satu menuju kamar tidur dan satu lagi toilet.

Pak Linto mempersilahkan mereka duduk "Silahkan duduk dulu, saya akan membuatkan kalian minuman."

"Tidak usah repot-repot pak. Bapak duduk saja, kami tidak lama." Potong Skyla dan langsung dilanjutkannya saat Pak Linto sudah duduk. "Saya langsung ke topik saja pak. Saya penasaran dengan Hutan Ada. Bagaiman kalau bapak ceritakan tentang Hutan Ada."

Air muka Pak Linto menegang namun segera ia alihkan dengan senyuman. Ia melihat ke jendela rumahnya dan menatap sekeliling seakan menyelidiki ke luar jendelanya.

"Maaf nak ini sudah petang. Masyarakat Desa Gulira mempercayai bahwa pamali untuk membicarakan tentang Desa kami khususnya Hutan Ada pada saat petang. Apalagi saat matahari hendak tenggelam. Lebih baik esok pagi kalian datang lagi. Kalian pun harus segera kembali ke pusat desa, tidak baik berlama-lama di hutan saat malam. Mari saya hantar ke pintu," Pak Linto segera membukakan pintu dan mengusir dengan halus.

"Tunggu pak." Dirm berkata saat mereka di pintu "apa hubungannya petang malam dengan hutan atau masyarakat desa atau orang lain?"

Pak Linto kembali tegang namun ia kembali menutupinya, "Sudahlah. Lebih baik kalian segera pulang!"

Mendengar hal ini mereka memutuskan pergi walau merasa ada hal janggal ditutupi Pak Linto. Dari balik jendela Pak Linto menatap punggung-punggung tamunya yang semakin menjauh. Sesosok bayangan berkelebat depan rumah pak Linto. Hal ini membuat Pak Linto segera masuk ke kamarnya.

MISI KEMATIANTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang