VIII

33 9 3
                                    

"FIBER! FIBER!" Kwary menjelajahi rumah sementara mereka demi mengetahui keberadaan Fiber. "Sekarang bukan waktunya bercanda dengan main petak umpet. Kita lagi dalam misi. Keluar Fiber!"

"Lu kenapa teriak-teriak sih, Kwar?"

"Sky--Skyla hilang," Kwary menghapus peluh yang bercucuran di pelipisnya.

"Lah, dia kan tadi sama Dirm." Ucap Fiber dengan raut heran

"Iya. Tadi. Tiba-tiba Skyla ilang. Terakhir Dirm bilang Skyla udah di kamar. Tapi pas gue cek di kamar udah ga ada."

"Hah? Sumpah demi apa Skyla ilang? Eh jangan sumpah deh, dosa. Yodah ayo kita cari."

"Ya ayo. Apa mungkin Skyla ada di hutan ya? Soalnya dia kan emang rasa penasarannya tinggi."

"Mungkin tuh. Kita cari ke rumah bapak-bapak yang kemarin kita kunjungin aja gimana?"

"Nah! Boleh tuh. Yuk kita berangkat sekarang. Ajak Dirm dan Josi ya."

Merekapun mecari Dirm dan Josi terlebih dahulu. Mereka menuju ke belakang penginapan dan mendapati kedua orang yang dicari sedang berdiskusi.

"Gimana kalo kita cari Skyla ke dalam hutan?" Fiber sudah masuk ke percakapan dan langsung memberi usul. Dirm dan Josi memperhatikannya dengan tatapan tak setuju. "Gue punya alasan. Kan Skyla tingkat ingin tahunya besar banget, ga menutup kemungkinan dia cari petunjuk duluan ke dalam hutan."

"Bener tuh. Gue setuju sama Fiber." Timpal Kwary.

"Baiklah kita cari ke dalam hutan. Tapi kita harus kembali ke penginapan sebelum gelap. Bahaya." Ujar Josi.

Akhirnya Dirm, Kwary, Fiber, dan Josi memasukki hutan. Josi meminjamkan dua pistol kepada Dirm dan Fiber untuk jaga-jaga pada situasi darurat. Kwary dipinjamkan pisau lipat oleh Josi. Wajah mereka menegang.

Mereka menyusuri hutan semakin ke dalam hutan. Sudah sejam mereka berada di hutan namun belum ada terlihat batang hidung Skyla.

"Skyla kemana sih? Ya Tuhan gue khawatir banget." Ujar Kwary dengan nada cemas.

Fiber memegang bahu Kwary demi menenangkan, "Lu tenang aja. Kita tahu kalau Skyla itu cewe smart dan kuat, dia pasti baik-baik aja."

"Kita istirahat aja dulu." Usul Josi.

Merekapun duduk di akar-akar pohon yang menjalar keluar dari tanah. Kwary mengeluarkan roti dari tasnya dan membagikan pada cowo-cowo. Mereka memakan roti dalam diam. Pikiran mereka berkelana entah kemana.

***

Di dalam rumah pohon, Skyla mulai menunjukkan tanda siuman dari pingsan. Ia membuka matanya perlahan. Sosok itu memenuhi indra penglihatan Skyla. Skyla kaget dan refleks menyeret tubuhnya mundur. Namun ia menabrak dinding tempat tidur. Ekspresi takut membelengu wajah pucatnya.

Sosok itu menatap Skyla lekat-lekat sembari tersenyum. Pria jamgkung itu memberikan gelas berisi teh yang asapnya masih mengepul ke Skyla. Gadis ini menatapnya takjim, masih mencerna apa tujuan dari pria dihadapannya. Padahal sudah jelas pria itu ingin Skyla meminum teh yang ia serahkan.

"Minumlah." Suara serak keluar dari pita suara sosok pria itu. Ia mengalihkan pandangannya usai Skyla mengambil gelas. "Berhenti menatapku seakan aku 'monster'." Kemudian ia keluar. Ia menekan kata monster dalam kalimatnya tadi.

Skyla masih tak bergeming atas semua kejadian yang ia hadapi. Ia meneguk tehnya sedikit dan meletakkan di nakas kemudian.

Mata tajamnya menyisir tempatnya tadi pingsan. Pandangannya berhenti di dinding yang dipenuhi figura. Berbagai moment yang menampakkan seorang gadis berambut orange. Patah-patah Skyla turun dari tempat tidur dan mendekati dinding yang dipenuhi figura-figura. Skyla menggurat bingkai figura itu.

Kemudian Skyla keluar dari rumah pohon. Ia mendapati sosok pria itu sedang duduk di tepi pelataran rumah pohon dengan membiarkan kaki menggantung di udara. Sosok pria itu menenggok tanpa perintah, menatap Skyla.

"Kamu masih menyimpan bahkan memajang fotoku?" Tanya Skyla.

"Seperti kelihatannya. Kamu tetap cantik walau berambut hitam." Pujj sosok pria itu. Mau tak mau rona merah menyembul di pipi Skyla.

"Anak bocah..." Skyla menarik nafas sejenak. "Kejadian tadi. Bocah cowo. Aku menunggu penjelasanmu."

"Dia anak Guilermo. Aku menemukkannya sudah seperti itu."

***

Akhirnya aku publish cerita ini setelah berbulan-bulan hiatus untuk cerita ini. Maafkanlah aku yang mentok akan Misi Kematian. Sebagai hadiah dari penantian readers, aku membuat cover baru untuk cerita ini.

MISI KEMATIANTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang